Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
A. Penerapan
Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa SD
Kelas V
B. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah
mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan
berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan
nasional semakin mengalami kemajuan, pendidikan di sekolah-sekolah telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena
terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru
selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat
belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional yang mencakup seluruh komponen
yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan nasional barulah ada artinya apabila
dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian melalui
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi maupun
masyarakat, serta mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
professional.
Untuk tercapainya
tujuan Pendidikan Nasional tersebut, telah ditempuh berbagai upaya oleh
pemerintah. Upaya-upaya tersebut hampir mencakup seluruh komponen pendidikan
seperti pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, proses
pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta usaha lainnya yang berkaitan dengan
kualitas pendidikan.
Dewasa, ini telah
terjadi pergeseran pola sistem mengajar yaitu dari guru yang mendominasi kelas
menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang
aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran harus menantang, mendorong eksplorasi
member pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berfikir siswa (Dimyati,
2006:116).
Penggunaan media
dan metode pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu cara meningkatkan
kualitas pembelajaran. Hamalik (2001:32) juga menyatakan bahwa, “untuk lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran, di sekolah perlu digunakan metode dan teknik
pembelajaran yang tepat”.
Berdasarkan
pendapat teersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran akan
meningkat jika guru mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif, dan
mengefektifkan komunikasi interaksi guru dan siswa menggunakan metode diskusi
dengan media pembelajaran yang tepat.
Namun, kenyataan
menunjukkan bahwa penerapan metode diskuis dan penggunaan media belum tampak
diterapkan secara optimal. Hal ini ditunjukkan oleh tindakan guru pada saat
mengajar. Guru hanya menggunakan buku pegangan yang ada dan hanya mengandalkan
metode ceramah, tanpa menggunakan media yang sesuai dengan materi. Akibatnya
keaktifan, partisipasi, dan hasil belajar siswa menjadi rendah.
Keaktifan dan
hasil belajar siswa yang rendah, khususnya pada mata pelajaran IPS merupakan
permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan dalam
kegaiatan pembelajaran dapat ditinjau dari beberapa aspek. Ditinjau dari aspek
siswa, yang mempengaruhi hasil belajar muncul dari factor internal dan
eksternal. Menurut (Dimyati, 2006:200) “faktor internal siswa meliputi sikap
terhadap belajar, motivasi berprestasi, konsentrasi belajar, mengolah bahan
belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang
tersimpan, kemampuan berprestasi, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa,
sedangkan faktor eksternal dapat berupa guru, sarana dan prasarana, kebijakan
penilaian, lingkungan social, dan kurikulum sekolah”.
Karena rendahnya
keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD khususnya mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial , maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) denga
judul: Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
IPS Pada Siswa SD Kelas V. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir
kritis, partisipasi, demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan
berbicara. Dengan menerapkan metode diskusi diharapkan dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa SD kelas V khususnya mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas,
maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan pokok sebagai berikut.
a. Apakah penerapan metode diskusi dapat
meningkatkan keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SD?
b. Apakah penerapan metode diskusi dapat
meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SD?
3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.
Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar setelah
penerapan metode diskusi, dan penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial.
b.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah
penerapan metode diskusi, dan penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial.
4. Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoretis
Secara teoritis penelitian ini akan
mengkaji metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar IPS melalui metode diskusi. Dengan demikian temuan penelitian ini akan
memperkaya khasanah pengetahuan di bidang metode pembelajaran.
b.
Manfaat Praktis
1)
Bagi Siswa
Dari penelitian ini
siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna, sehingga siswa menjadi
lebih menguasai dan terampil dalam pembelajaran pemecahan masalah dengan
penerapan metode diskusi sehingga hasil belajar lebih meningkat dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2)
Bagi Guru
Informasi hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta masuka berharga bagi
para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran dengan penerapan metode diskusi, khususnya dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan mata pelajaran lain pada umunya.
3)
Bagi Orang Tua Siswa
Hasil penelitian
ini dapat dijadikan dasar bahwa betapa pentingnya perhatian orang tua dengan
aktivitas dan prestasi belajar putra-putrinya. Dengan demikian, akan menggugah hati
para orang tua siswa untuk berpartisipasi aktif dalam rangka menyukseskan
pendidikan putra-putrinya.
4)
Bagi Sekolah
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah untuk
mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam kaitan dengan upaya
menyajikan strategi pembelajaran yang efektif dan efesien di sekolah.
C. Landasan Teori
1. Kajian Teoretis
a. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana
sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang
suatu topik atau masalah, atau mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan
semua fakta yang memungkinkan untuk itu.
Menurut (Depdikbud, 1999:14) metode diskusi adalah
suatu metode untuk memupuk keberanian anak didik untuk mengemukakan pendapat
atau memberi kritikan terhadap pendapat orang lain yang dikemukakan dalam suatu
forum.
Dari uraian tersebut di atas dapat didefinisikan
metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar-mengajar yang membahas suatu topic
atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa
atau siswa dan siswa lain).
Dapat disimpulkan metode diskusi adalah suatu kegiatan
belajar mengajar dalam bentuk tukar pendapat dari pertanyaan-pertanyaan yang
ada baik dari murid secara individual atau secara kelompok maupun dari guru
sehingga diperoleh suatu kesepakatan bersama dari permasalahan yang dikaji.
Dalam kegiatan diskusi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan guru dan siswa agar diskusi dapat dilaksanakan dengan efektif,
selanjutnya disebut syarat-syarat diskusi yaitu sebagai berikut.
1)
Pembicaraan berlangsung dalam kelompok, dan setiap
kelompok ada peserta yang terlibat didalamnya.
2)
Setiap peserta bebas mengeluarkan pendapatnya, dalam
komunikasi langsung tatap muka.
3)
Ada aturan main yang disepakati bersama untuk mengatur
proses pembicaraan.
4)
Harus ada tujuan dari diskusi tersebut dan tidak boleh
ada tekanan dari siapapun termasuk dari guru.
5)
Harus ada pemimpin yang memimpin jalannya diskusi agar
tidak menyimpang dari topik yang dibahas.
Tujuan Pemakaian Metode Diskusi
Secara rinci tujuan pemakaian metode
diskusi adalah sebagai berikut.
1)
Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi,
menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
2)
Mengembangkan sikap sportif terhadap sekolah, para guru
dan bidang studi yang dipelajari.
3)
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep
diri yang lebih positif.
4)
Meningkatkan keberhasilan siswa dalam mengemukakan
pendapat.
5)
Mengembangkan sikap terhadap isu-isu controversial.
Kelebihan dan
Kelemahan Metode Diskusi
Kelebihan dan kelemahan dari metode
diskusi adalah sebagai berikut.
1)
Kelebihan Metode Diskusi
a)
Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok,
atau penyusun pertanyaan diskusi.
b)
Metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum,
selama, ataupun sesudah metode yang lain.
c)
Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir
kritis, partisipasi, demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemmpuan
berbicara yang dilakukan tanpa persiapan.
d)
Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk menguji, mengubah dan mengembangkan, pandangan, nilai dan keputusan yang
diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan pertimbangan
kelompok.
e)
Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima, sehingga siswa dapat mengerti
dan mempersiapkan dirinya sebagai warga Negara yang demokratis.
f)
Metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam
pemecahan masalah oleh kelompok, biasanya lebih tepat daripada pemecahan
perorangan (Joni, 1984:105).
2)
Kelemahan Metode Diskusi
a)
Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya walaupun sudah
diatur secara hati-hati.
b)
Metode ini kurang efesien dalam penggunaan waktu dan
memerlukan perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.
c)
Metode ini tidak menjamin penyelesaian sekalipun
kelompok setuju dan membuat kesepakatan pada akhir pertemuan sebab keputusan
yang dicapai belum tentu dilaksanakan.
d)
Metode ini seringkali didominasi oleh seorang atau
beberapa orang anggota diskusi dan menyebabkan orang yang tak berminat hanya
sebagai penonton.
e)
Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para
peserta agar dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi. Kemampuan ini hanya
dimiliki oleh seseorang bila dipelajari dan dilatih (Joni, 1984:105).
Prosedur
Pemakaian Metode Diskusi
Prosedur pemakaian metode diskusi secara umum terbagi
menjadi tiga tahapan. Pada tiap-tiap tahapan pemakaian metode diskusi terdapat
berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa. Adapun tiga
tahapan dalam pemakaian metode diskusi adalah sebagai berikut.
1)
Tahapan Sebelum Pertemuan
a)
Pemilihan topik diskusi, yakni suatu kegiatan yang
dimaksudkan untuk menentukan topik diskusi untuk melakukannya, guru dan siswa menggunakan
tujuan yang ingin dicapai serta minat dan latar belakang siswa sebagai
kriteria.
b)
Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan
dilaksanakan (jika memungkinkan bagi guru).
c)
Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
d)
Mengorganisasikan siswa dan formasi kelas sesuai dengan
jenis diksusinya.
2)
Tahapan Selama Pertemuan
a)
Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dari diskusi,
topik diskusi dan kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
b)
Siswa dan guru melaksanakan kegiatan disksusi (sesuai
jenis diskusi yang digunakan).
c)
Pelaporan dan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa
bersama guru.
d)
Pencatatan hasil diskusi oleh siswa.
3)
Tahapan Setelah Pertemuan
a)
Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum
ditanggapi dan kesulitan yang timbul selama disksusi.
b)
Mengevaluasi disksusi dari berbagai dimensi dan
mengumpulkan evaluasi dari para siswa serta lembaran komentar.
(Hidayat, 2008:7.20-7.23)
Bentuk-Bentuk
Diskusi
1)
Diskusi Kelas, yaitu jenis diskusi yang melibatkan
seluruh siswa yang ada dalam kelas sebagai peserta diskusi. Dalam hal ini guru
berfungsi sebagai pengatur, pendorong dan pengarah pembicaraan.
2)
Dikusi Kuliah, yaitu terdiri dari seorang pembicara,
guru atau seorang anak berbicara dimuka kelas, mengemukakan persoalannya selama
20-30 menit setelah itu dihadirkan pertanyaan-pertanyaan tetapi hanya terbatas
pada satu bentuk persoalan.
3)
Diskusi kelompok kecil yaitu terdiri dari 3-7 orang.
4)
Simposium, yaitu hampir sama dengan diskusi kuliah tetapi
pada simposium terdapat beberapa orang yang berbicara atau pengarah persoalan
dan masalah yang ada ditinjau dari beberapa segi.
5)
Diskusi panel yaitu terdiri dari 4 samapi 5 orang
pembicara yang mengemukakan pertanyaan akan ditunjuk langsung.
Dari bentuk-bentuk
diskusi tersebut maka yang lebih ditekankan pada pembelajaran IPS di sekolah
dasar adalah diskusi kelas. Dengan bentuk diskusi kelas maka diharapkan guru
berperan sebagai pemimpin atau pengarah diskusi maka ada hal yang harus
dipahami dan harus dimiliki oleh guru yaitu sebagai berikut.
a)
Menyiapkan dan menjelaskan topik diskusi.
b)
Mengatur pembicaraan agar semua peserta terlibat dalam
diskusi.
c)
Menjaga agar pembicaraan tetap terfokus pada topik.
d)
Mencegah distorsi atau penyimpangan pembicaraan dan
percakapan yang bertele-tele.
e)
Mendorong siswa agar berani mengeluarkan pendapat.
f)
Membimbing siswa agar dapat menguraikan pendapat
rasional.
g)
Memperjelas pendapat siswa agar dimengerti oleh yang
lain.
h)
Mencegah dominasi pembicaraan oleh satu atau dua orang
peserta.
(Hidayat, 2008:7.22-7.25)
b. Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
IPS merupakan bidang
studi yang utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang
ada. Artinya bahwa bidang IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi,
ekonomi, sejarah secara terpisah melainkan semua disiplin tersebut diajarkan
secara terpadu (Mujinem, 2008:6).
Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi
pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM), salah satu
solusinya adalah pembelajaran dengan metode diskusi.
Di bawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPS
di SD, yaitu sebagai berikut.
Tujuan
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
1)
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2)
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalalm kehidupan sehari-hari.
3)
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan.
4)
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.
Ruang Lingkup IPS
di Sekolah Dasar
1)
Manusia, tempat dan lingkungannya.
2)
Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
3)
Sistem sosial budaya.
4)
Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Fungsi Ilmu
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
IPS di Sekolah Dasar
berfungsi mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat, berupa
fakta-fakta dan ide-ide kepada anak, selain itu juga mengembangkan rasa
kontunuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga
mereka dapat ikut memajukan masyarakat sekitar (Hidayat, 2008:24).
Pendekatan dan
Metode Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Beberapa pendekatan dan metode
pembelajaran IPS adalah sebagai berikut.
1)
Lingkungan
Kegiatan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan ini dapat dimulai dari atau mencakup hal-hal atau
petistiwa yang pernah dialami.
2)
Penemuan
Pendekatan ini mendorong dan
mengarahkan siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar
mengajar dengan melakukan kegiatan belajar.
3)
Induktif-Deduktif
Pendekatan induktif, siswa menarik
suatu kesimpulan dari sejumlah fakta yang satu sama lainnya ada hubungannya
yang diperoleh melalui pengamatan atau cara lain. Sedang deduktif, menghadapkan
siswa pada sesuatu yang berlaku umum dan mengumpulkan berbagai fakta yang medukung
pernyataan tersebut.
4)
Nilai
Pendekatan ini dapat dikembangkan
berbagai nilai seperti nilai moral, nilai estetika, dan sebagainya (Hidayat,
2008:26).
Alat Peraga atau
Media IPS
Alat peraga atau media
adalah sumber belajar yang harus dikembangkan untuk tercapainya hasil belajar
yang optimal. Hal ini seperti yang dikatakan (Hidayat, 2008:123) “Dalam usaha
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak
boleh melupakan suatu hal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa, pelajar
sebanyak-banyaknya berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar
yang memadai sulit diharapkan dapat diwujudkan proses pembelajaran mengarah
kepada tercapainya hasil belajar yang optimal”.
Atas dasar ini,
beberapa alat peraga atau media IPS sangatlah perlu diaplikasikan dalam setiap
pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar. Adapun alat peraga atau media
IPS dapat digunakan adalah peta, atlas, globe, planetarium, solar sistem,
gambar-gambar (pahlawan, rumah adat) lingkungan sekitar, alat peraga buatan
siswa atau guru dan sebagainya.
c. Keaktifan Belajar
Pengertian
Keaktifan Belajar
Dalam kemajuan
metodologi dewasa ini asas keaktifan lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar
siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai
(Hamalik, 2001:172).
Pendapat lain
menyatakan bahwa keaktifan belajar itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari
kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah kita
amati. Kegiatan fisik bias berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan (Dimyati, 2006:45).
Bertolak dari
beberapa pendapat tentang keaktifan belajar di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keaktifan belajar merupakan bentuk segala kegiatan yang dilakukan siswa
dalam proses pembelajaran, baik secara fisik maupun mental dan kegiatan yang
mudah diamati maupun sulit diamati.
Ciri-Ciri
Keaktifan Belajar
Dimyati, (2006:48)
mengemukakan pendapatnya bahwa terdapat lima ciri-ciri dalam keaktifan belajar
siswa yaitu sebagai berikut.
1)
Keberanian siswa untuk mewujudkan minat, keinginan, dan
dorongan.
2)
Keinginan dan keberanian siswa untuk ikut serta dalam
kegiatan belajar.
3)
Adanya usaha dan kreativitas siswa.
4)
Adanya keingin tahuan siswa.
5)
Memiliki rasa lapang dan bebas.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Menurut pendapat
Dimyati, (2006:33) “ada empat hal yang mempengaruhi keaktifan belajar antara
lain: 1) bahan belajar, 2) suasana belajar, 3) media dan sumber belajar, 4)
guru sebagai subjek pembelajar”. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah, ada dari luar siswa maupun
dari dalam diri siswa. Faktor internal itu terdiri atas, faktor fisiologis
psikologis sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan (fisik dan
sosial) dan faktor instrumental (kurikulum, sarana prasarana, guru, metode,
media, serta manajemen).
d. Hasil Belajar
Pengertian Hasil
Belajar
Di antara para pakar
pendidikan dan psikologi tidak memiliki definisi dan perumusan yang sama
mengenai pengertian hasil belajar. Namun di antara mereka memiliki pemahaman
yang sama mengenai makna hasil belajar sebagaimana yang dikemukakan Dimyati dan
Moedjiono, (2006:200) bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak mengajar atau tindak belajar”. Demikian pula dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa “Hasil belajar merupakan sesuatu yang diadakan,
dibuat, dijadikan oleh suatu atau dapat juga berarti pendapatan atau
perolehan”.
Hamalik, (2001:34)
menyebutkan ada 3 teori tentang hasil belajar yaitu: 1) Teori disiplin formal
yang menyatakan bahwa ingatan, sikap, imajinasi dapat diperkuat melalui latihan
akademis. 2) Teori unsur-unsur yang identik yaitu: siswa diberikan
respon-respon yang diharapkan diterapkan dalam situasi kehidupan. 3) Teori
generalisasi yaitu: menekankan pada pembentukan pengertian yang dihubungkan
pada pengalaman-pengalamannya.
Berdasarkan
pernyataan di atas, dalam konteks penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses
pembelajaran. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu hasil belajar
yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses pembelajaran mata
pelajaran IPS.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hamalik (2001:32)
menyebutkan “faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor
pengalaman masa lampau, faktor kesiapan belajar, faktor minat dan usaha, faktor
fisiologis dan faktor intelegensi”.
Menurut Uno Hamzah
(2008:3) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
faktor guru, siswa, kurikulum dan lingkungan. Keempat faktor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1)
Faktor Guru
Setiap guru memiliki pola mengajar
sendiri-sendiri, pola mengajar tercermin dalam tingkah laku pada waktu
melaksanakan pengajaran. Gaya mengajar yang dilakukan guru mencerminkan
bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan, yang dipengaruhi oleh
pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep, psikologi, dan kurikulum.
2)
Faktor Siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman
dalam hal kecakapan maupun kepribadian, kecakapan, yang dimiliki masing-masing
itu meliputi, kecakapan potensial maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil
belajar.
3)
Faktor Kurikulum
Bahan-bahan pengajaran sebagai isi
kurikulum mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai.
4)
Faktor Lingkungan
Lingkungan meliputi keadaan ruangan,
tata ruang dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar kelas atau sekitar
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Berdasarkan
berbagai pernyataan tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut
terdiri atas, faktor fisiologis psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri
atas faktor lingkungan (fisik dan sosial) dan faktor instrumental (kurikulum,
sarana-prasarana, guru, metode, media serta manajemen).
2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan
hasil pengamatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V Sd No 5 Bondalem
rendah, khusunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dipengaruhi faktor
eksternal. Guru tidak menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai
dengan materi, sehingga sikap belajar, motivasi belajar siswa, konsentrasi
belajar, dan perolehan hasil belajar siswa rendah.
Karena
rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD No 5 Bondalem, khususnya
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan judul: Penerapan
Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS pada Siswa SD
Kelas V SD No 5 Bondalem Tahun Ajaran 2009/2010 Kecamatan Tejakula Kabupaten
Buleleng. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis,
partisipasi, demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan
berbicara. Dengan menerapkan metode diskusi diharapkan dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa SD No 5 Bondalem khususnya mata pelajaran
Ilmu Pengetahaun Sosial.
3. Kerangka Berpikir
Penerapan metode
diskusi dalam proses pembelajaran merupakan salah satu metode yang tidak terlalu mahal dan tidak terlalu sulit diterapkan
serta cukup efektif untuk mencapai tujuan belajar.
Penerapan metode
diskusi merupakan sebuah metode yang dapat menggali potensi siswa untuk dapat
berpikir kritis, bebas mengembangkan gagasan-gagasannya serta memberi
pengalaman langsung sehingga perolehan belajar tidak bersifat verbal semata,
melainkan mampu member pengalaman yang bersifat konkret. Dengan demikian metode
tersebut akan dapat menguatkan ingatan siswa terhadap materi yang
dipelajarinya. Bertitik tolak dari kerangka berpikir demikian, maka dapat
dinyatakan bahwa dengan penerapan metode diskusi secara efektif, cenderung
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.
Penerapan metode
diskusi menyebabkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan
lebih kuat melekat dalam memori (pikiran) mereka, sehingga secara tidak
langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping
itu dengan diterapkannya metode ini akan membuat perhatian siswa tertarik dalam
proses belajar, karena siswa mengalami sendiri, dan terlibat aktif dalam proses
belajar sehingga akan mempermudah siswa tersebut memahami materi pelajaran IPS
yang dipelajarinya. Diterapkannya metode ini secara efektif dan efesien akan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.
4. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan
teori-teori dan kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas maka
berikut ini dapat dijadikan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut.
Jika penerapan metode
diskusi dapat berjalan dengan efektif dan efesien maka keaktifan belajar dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu PEngetahuan Sosial cenderung
meningkat.
D. Metode Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SD yang
berjumlah 35 orang. Siswa di kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena
ditemukan permasalahan-permasalahan yang ditemukan seperti yang telah
dipaparkan pada latar belakang.
Obyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a) keaktifan belajar siswa, dan b) hasil belajar siswa, dan c) respon siswa
terhadap proses pembelajaran IPS dengan penerapan metode diskusi.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
objektif. Jumlah soal sebanyak 10 butir dan masing-masing diberi skor 1, esay
sebanyak 5 butir, masing-masing diberi skor 2. Selain itu menggunakan lembar
observasi siswa untuk mengetahui keaktifannya. Lembar observasi untuk siswa
adalah sebagai berikut.
Lembar
Observasi Siswa
No
|
Aspek
|
|||||||||||||||||||||||||
Perhatian Siswa
|
Keberanian berpendapat
|
Menghargai Pendapat
|
Pelaksanaan Tugas
|
Keberanian Menjawab
|
||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Keterangan:
Aspek
1 : Perhatian siswa
Aspek
2 : Keberanian berpendapat
Aspek
3 : Menghargai pendapat
Aspek
4 : Pelaksanaan tugas
Aspek
5 : Keberanian menjawab
Skor
Sangat
aktif : 5
Aktif : 4
Cukup
aktif : 3
Kurang
aktif : 2
Sangat
kurang aktif : 1
3. Teknik Analisis Data
Untuk mengumpulkan data diperlukan nilai
siswa yang diperoleh melalui penilaian proses dan hasil. Setelah data
terkumpul, maka data tersebut diolah dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan mencari tingkat keaktifan, Mean
(M), hasil belajar, dan ketuntasan belajar.
a. Tingkat
keaktifan dapat diperoleh dengan menghitung rata-rata persentase dan
membandingkan dengan kriteria PAP skala lima.
M (%) =
Keterangan:
M (%) = Angka
rata-rata persen
M = Angka rata-rata skor siswa
Smi = Skor maksimal ideal
(Agung, 1998:8)
PAP Skala 5 Keaktifan Belajar
Persentase
|
Kriteria Keaktifan Belajar IPS
|
90 – 100
|
Sangat aktif
|
80 – 89
|
Aktif
|
65 – 79
|
Cukup aktif
|
55 – 64
|
Kurang aktif
|
0 – 54
|
Sangat kurang aktif
|
b. Dalam
menilai hasil pembelajaran IPS digunakan nilai dengan skala 0 – 100, nilai yang
diperoleh siswa berdasarkan lembar observasi dan hasil tes siswa.
Kriteria
keberhasilan siswa adalah sebagai berikut.
1) Menghitung
rata-rata skor siswa dengan mencari Mean
(M) dengan rumus
Keterangan:
M = Mean (rata-rata)
N = Jumlah individu
2) Untuk
menentukan tingkat hasil belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
Rh = Angka rata-rata persen
M = Angka rata-rata
Smi = Skor maksimal ideal
Sutrisno Hadi,
(dalam Arbawa, 2000:12)
3) Menghitung
ketuntasan belajar mengacu pada buku pedoman pelaksanaan kurikulum Sekolah
Dasar (SD).
Ketuntasan Belajar
Keterangan:
KB = Ketuntasan belajar
n ≥ 65 = Banyak siswa yang
memperoleh nilai 65 keatas
(Misal KKM IPS kelas
V adalah 65)
N = Jumlah siswa
(Departemen
Pendidikan Nasional, 2002:15)
Hasil
analisis yang diperoleh selanjutnya dikonversikan dengan kriteria Penilaian
Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Kriteria
PAP skala 5
Persentase
|
Kriteria Hasil Belajar
|
Kriteria Keaktifan Belajar IPS
|
90 –
100
|
Sangat
tinggi
|
Sangat
aktif
|
80 –
89
|
Tinggi
|
Aktif
|
65 –
79
|
Sedang
|
Cukup
Aktif
|
55 –
64
|
Rendah
|
Kurang
aktif
|
0 –
54
|
Sangat
rendah
|
Sangat
kurang aktif
|
4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka
prosedur penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam suatu proses berdaur/bersiklus. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kemmis S. dan M.C. Tanggrat (dalam Karniti 2002:15) yang menyatakan bahwa PTK
adalah siklus refleksi diri yang berbentuk spiral dalam rangka melakukan proses
perbaikan terhadap kondisi yang ada mencarikan solusi dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dan dalam rangka menemukan cara-cara baru yang lebih baik dan
lebih efektif untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada,
penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus, setiap
siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan 4 (empat) fase, yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi terhadap
tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus. Namun demikian, keputusan untuk
melanjutkan atau menghentikan penelitian pada akhir siklus tertentu sepenuhnya
bergantung pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil yang
dicapai telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka
penelitian dihentikan dan apabila belum mencapai hasil sesuai dengan yang
diharapkan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Untuk lebih jelasnya prosedur pelaksanaan, perbaikan
pembelajaran dapat diilustrasikan pada diagram berikut.
Perencanaan
siklus I
|
Pelaksanaan
siklus I
|
Refleksi
siklus I
|
Perencanaan
siklus II
|
Observasi dan Evaluasi siklus I
|
Pelaksanaan
siklus II
|
Siklus
ke n
|
Observasi dan Evaluasi
siklus II
|
Refleksi
siklus II
|
Keterangan
gambar:
a. Perencanaan siklus/Rencana tindakan
Berdasarkan temuan yang diperoleh. Disusun perencanaan
perbaikan pembelajaran. Pada tahap ini hal-hal yang perlu disiapkan adalah
sebagai berikut. 1) Perencanaan perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), 2) Pengembangan materi, 3) Menyiapkan media pembelajaran, 4) Menyusun
instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan siklus/Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan tindakan ini adalah
sebagai berikut. 1) Menyiapkan salam dan mengecek kehadiran siswa, 2)
Memberikan apersepsi terkait dengan materi pelajaran, 3) Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan, 4) Memberi permasalahan yang
akan di diskusikan masing-masing kelompok, 5) Memberikan kesempatan kepada
setiap kelompok untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya, 6) Memberikan
kesempatan bertanya kepada siswa, 7) Memberikan bimbingan kepada siswa, 8)
Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan diskusi melalui lembar observasi, 9)
Melaksanakan evaluasi akhir, 10) Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang
telah dilaksanakan, dan 11) Menutup pelajaran dan memberikan tindak lanjut.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung dari awal
sampai akhir. Observasi bertujuan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang
terjadi selama tindakan. Kekurangan dan kelebihan yang ditemukan bias dijadikan
sebagai pedoman dalam tindakan berikutnya agar tidak terjadi kesalahan yang
sama. Evaluasi dilakukan setelah tindakan berlangsung. Evaluasi bertujuan
mengetahui nilai siswa berdasarkan pedoman kriteria penilaian. Hasil yang
diperoleh ini dapat dijadikan umpan balik dalam menentukan rencana selanjutnya.
Observasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1)
Mengamati keterampilan proses siswa dalam melaksanakan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2)
Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil
tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar IPS dan keaktifan belajar IPS.
Hasil renungan dan kajian tindakan siklus I ini, selanjutnya dipikirkan untuk
dicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih
efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS dan keaktifan belajar dalam mata
pelajaran IPS. Alternatif ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada
rencana tindakan dalam penelitian tindakan siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Agung,
A.A Gede. 1998. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.
Depdikbud.
1995. Metodik Khusus Pengajaran IPS di
Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud
Dimyati
dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud, Rineka Cipta.
Hamalik
Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat,
Mujinem, dkk. 2008. Pengembangan
Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Joni.
1984. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Depdikbud.
Nurkancana,
Wayan dan P.P.N Sunartana. 2002. Evaluasi
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Uno,
Hamzah. 2008. Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
syukron, semoga bermanfaat
BalasHapusAMIIIIN
Hapusterimakasih....bny dgn adanya contoh ptk tersebut saya dapat belajar bny utk bisa mengerjakan ptk yg sdng z teliti
BalasHapusTerima kasih , sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih, contoh makalah ini sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih, contoh makalah ini sangat bermanfaat
BalasHapusmakasih sangat banyak manfaatnya untuk saya.Mohon ijin untuk mengutip ok.
BalasHapusterimaksih proposalnya bermanfaat buat referensi, mohon ijin mengutip
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbagus sekali proposal PTK nya karena sudah memenuhi semua unsur komponen pembuatan proposal ptk
BalasHapusproposal PTK nya bagus dan bermanfaat karena sudah memenuhi semua unsur komponen pembuatan proposal ptk
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGratis Konsultasi Judul PTK http://bit.ly/TanyaViaWhatsapp
BalasHapusTERIMAKASIH ARTIKELNYA MENAMBAH WAWASAN .
BalasHapusDITUNGGU KUNJUNGAN BALIKNYA
Juknis Deskripsi Bab IV PTK Link
Kesalahan Pembuatan PTK Link
CONTOH PTK Link
CARA CERDAS BELAJAR MATEMATIKA SMP Link
SMART SOLUTION MATH Link
KISAH SUKSES SAYA MASUK JADI
BalasHapusmahasiswa FK UI yg saat ini sedang koas, alhamdulillah berkat bantuan pejabat tinggi kemenkes bpk kepala pusat data dan informasi di kemenkes pusat jakarta beliau atas nama bpk DR.DRH. DIDIK BUDIJANTO .M.kes no hp beliau yang selalu aktif :
0853-2174-0123
Awal cerita saya ini berawal dari temen saya yang telah sukses dari FK di universitas negeri di UI Depok, nah saya bertemu teman saya itu di depan bibel salah satu wilayah di depok karena di situ ada cafe nongkron, saya di ajak nongkron, dan waktu itu saya lansung curhat masalah cita cita saya ingin masuk di FK UI depok, nah di situ saya menetes'kan air mata di depan temen saya yang sudah sukses, alhamdulillah kata temen saya, ada seseorang yang bisa bantu kamu kata'nya ini orang yang juga pernah membantu saya kemarin sewaktu pas saya rencana mau masuk pendaftaran juga, kata'nya temen saya beliau adalah pejabat tinggi di KEEMNKES, beliau kata'nya bisa menjembatangi ke anggota dekanat FK seluruh indonesia.
Info dari saya bagi adik2 yang mau masuk FK, jangan takut, coba saja dulu. Jangan menerima mentah2 informasi di blog yang bikin anda ragu,
Sekedar info, UGM saat ini bukan BPHP lagi tapi jadi BLU
intinya, semua manajemen keuangan tidak sepenuhnya dikelola secara otonomi tapi di kembalikan ke pemerintah, Jalur masuknya undangan, SBMPTN untuk reguler; dan tes mandiri untuk inter. Inter memang jauh lebih mahal, bisa 30 jutaan per semester (denger2 pake dollar bayarnya). Tapi itu wajar, mengingat fasiitas yang diberikan fakultas untuk program inter.
Ada kabar yang menyebutkan uang pangkal kemungkinan tidak ada
tapi uang per semester tidak lagi 2,1 juta. Kemungkinan uang per semester meningkat jauh untuk kompensasi tidak adanya uang pangkal. Jumlahnya belum tau.
Pengalaman saya di FK UI, ada banyak sekali jenis beasiswa yang bisa diambil, misal PPA, BBM, BOP, beberapa bank, beberapa instansi, asal rajin cari info dan mau mencoba.
Bagi anak berprestasi tapi kurang mampu, fakultas juga menyediakan dana bantuan khusus.
Bahkan, jika di tengah pendidikan ada mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial, dapat mengajukan surat keringanan ke dekanat.
Memang wajar jika biaya di FK tinggi, mengingat sarana untuk praktikum dan perkuliahan memang membutuhkan dana yang besar. Namun bukan berarti hanya orang kaya yang bisa masuk FK.
Selalu ada jalan bagi yang mau berusaha silah'kan saja hub bpk dr.drh didik budijanto. M.kes siapa tau beliau bisa bantu anda teman teman. WASS.. ...
semangat belajar ... dilanjutkan ... https://semogadimudahkan.blogspot.com/
BalasHapusiJIN cOPAS trims
BalasHapusIni bagus banget ptknya, ijin ya buat jadi referensi ,Terimakasih 😊
BalasHapusUhuy
BalasHapusLuar biasa
BalasHapusKa izin copas 😊 terima kasih ka...
BalasHapusTerimakasih sangat bermanfaat
BalasHapusMakasih kak izin copas
BalasHapusMakasih kak izin copas
BalasHapusTerima kasih sangat bagus buat perbandingan dalam penyusunan ptk
BalasHapusMaaf bukankah pendahuluan pada proposal tidak mencantumkan teori teori ya?
BalasHapusDan teori itu adanya di kajian pustaka ?
Terimakasih banyak kak atas ilmunya kalau bisa kita bisa saling berbagi ilmu silahkan kalian boleh juga baca postingan saya juga
BalasHapusTerimakasih banyak atas ilmunya bisa membantu proses penulisan proposal
BalasHapusTerima kasih sangat bermanfaat sekali
BalasHapusAlhamdulillah terima kasih semoga bisa menjadi referensi pembuatan PTK di sekolah saya.
BalasHapusTerimakasih banyak kak atas ilmunya, izin pakai:)
BalasHapusTerima kasih kak ilmunya, sangat bermanfaat
BalasHapusTerimakasih kak ilmunya
BalasHapusTerimakasih kak ilmunya ..semoga bermanfaat
BalasHapusThanks..
BalasHapusTerima kasih, ijin untuk mengcopy
BalasHapusyes,,your welcome
BalasHapus