Makalah Sosiologi dalam Keluarga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan
aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Kelakuan manusia pada
hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi
dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil
hubungan kita dengan orang lain di rumah, di sekolah, di tempat bermain, di
pekerjaan dan sebagainya.
Dalam
pengertian ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu itu dengan
anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan
formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan
harus menguasai sejumlah kekuatan yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya
guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat
yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan
dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal. Bahasa,
kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui
pendidikan tak formal.
Masyarakat merupakan suatu
kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh didasarkan
stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan
yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama. Istilah stratifikasi
diambil dari bahasa Inggris yaitu stratification, berasal dari kata strata,
atau stratum yang berarti lapisan. Oleh sebab itu sosial stratification
sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial.
Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran
masyarakat dikatakan berada dalam suatu lapisan stratum. Pitirim A. Sorokin
memberikan definisi suatu masyarakat sebagai berikut: suatu masyarakat ialah
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara
bertingkat (hiearchis).
Pelapisan sosial terjadi
dengan sendirinya dan dengan disengaja. Adapun orang-orang yang menduduki
lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun
sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan
sendirinya. Oleh karena itu sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk
pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan
kebudayaan masyarakat dan yang disengaja pelapisan yang disusun dengan
ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini
ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasannya yang
diberikan kepada seseorang.
Beberapa pemikiran tentang
pelapisan sosial tentang pelapisan sosial ini muncul karena adanya
ketidaksamaan status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran
tentang apa yang sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat.
Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal
tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau
masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan misalnya,
mereka yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya,
gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi
seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal
dan selanjutnya ada yang membagi pelapisan sosial ini menjadi beberapa lapisan.
Oleh karena itu, untuk mengurangi kesenjangan sosial pada masyarakat,
diperlukan kesadaran dari setiap individu akan pentingnya pendidikan. Sehingga
upaya yang diselenggarakan oleh pemerintah dapat berjalan dengan selaras. Berdasarkan uraian diatas
maka pada makalah ini
akan dibahas lebih lanjut mengenai masyarakat dan pendidikan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah
yaitu sebagai berikut.
1) Bagaimana pengertian masyarakat?
2) Bagaimana proses terbentuknya
masyarakat?
3) Bagaimana pengertian pendidikan?
4) Bagaimana hubungan antara pendidikan dengan masyarakat?
5) Bagaimana pendidikan dan lingkungan
sosial?
6)
Apa saja faktor-faktor dalam perkembangan manusia?
7) Bagaimana peranan pendidikan dalam masyarakat?
8)
Bagaimana perubahan sosial dan pendidikan?
9)
Bagaimana pendidikan dan pembaharuan masyarakat?
1.3
Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1) Untuk mengetahui pengertian masyarakat.
2) Untuk mengetahui proses terbentuknya masyarakat.
3) Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
4) Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan masyarakat.
5) Untuk mengetahui pendidikan dan lingkungan
sosial.
6)
Untuk mengetahui faktor-faktor dalam perkembangan manusia.
7)
Untuk mengetahui peranan
pendidikan dalam masyarakat.
8) Untuk mengetahui perubahan
sosial dan pendidikan.
9) Untuk mengetahui pendidikan dan pembaharuan masyarakat.
1.4
Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut.
1) Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini, dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mempelajari dan memahami tentang masyarakat dan pendidikan.
2) Bagi pembaca
Dengan dibuatnya
makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih bagi pembaca
tentang masyarakat dan
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Masyarakat
Istilah
“masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat”
sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa
Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam
bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan”
atau “kelompok yang saling berhubungan”. Sedang, istilah “sosial” berasal
dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”. Sehingga
bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi
dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan
identitas.
Banyak
para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan
Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang
terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu
kelompok yang berbeda.
Znaniecki (dalam
Ahyadi 2012)
menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik
para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu
selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya
dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.
Jika
kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki
tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat
itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu
dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem
biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara
mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang
lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling
memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa
sekalian alam.
Alvin L. Bertrand (dalam Anonim 2011) mendefinisikan masyarakat sebagai
suatu kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam
menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara harmonis.
Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri masyarakat; Pertama pada
masyarakat mesti terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya cukup besar.
Kedua individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang melahirkan
kerjasama diantara mereka, minimal pada suatu tingkatan interaksi. Ketiga
hubungan individu-individu sedikit banyak harus permanen sifatnya.
Dari
beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa
masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok
yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain.
Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang
tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang
kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu
kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah
masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan
naluri saja.
2.2
Proses Terbentuknya Masyarakat
Proses
terbentuknya suatu masyarakat biasanya berlangsung tanpa disadari yang diikuti
oleh hampir sebagian besar anggota masyarakat. Dorongan manusia untuk
bermasyarakat antara lain:
1) Pemenuhan kebutuhan dasar biologis,
seperti papan (tempat tinggal), sandang, dan pangan yang
penyelenggaraannya akan lebih mudah dilaksanakan dengan kerja sama dari
pada usaha perorangan.
2) Kemungkinan untuk bersatu dengan
manusia lain (bermasyarakat).
3) Keinginan untuk bersatu dengan
lingkungan hidupnya.
4) Dengan memasyarakat kemungkinan
untuk mempertahankan diri dalam menghadapi kekuatan alam, binatang dan
kelompok lain lebih besar.
5) Secara naluriah manusia
mengembangkan keturunan melalui keluarga yang merupakan kesatuan masyarakat
yang terkecil.
6) Manusia mempunyai kecenderungan
sosial, yaitu seluruh tingkah laku yang berkembang akibat interaksi sosial
atau hubungan antar manusia. Dalam hidup bermasyarakat, kebutuhan dasar
kejiwaan ingin tahu, meniru, dihargai, menyatakan rasaharu dan
keindahan, serta memuja tertampung dalam hubungan antar manusia,
baik antar individu maupun kelompok.
Perdebatan
sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah berlangsung semenjak era Plato.
Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati,
berseberang-pandang dengan kaum sofis yang berargumen bahwa masyarakat
merupakan bentukan manusia. Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang,
sedang kaum sofis ilmiah-rasional.Dalam hal ini, kiranya pembahasan mengenai
sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititikberatkan pada pandangan kaum sofis
mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.
Merujuk
pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia” (antroposentris),
ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis bertemu satu sama
lain, kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian
berkembang sehingga membentuk “keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan
berikutnya, suku kian berkembang dan terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa
dengan ciri fisik dan kebudayaan yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan
termutakhir dari proses tersebut adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana
kita temui saat ini.
Menurut
Kimmel and Aronson (dalam Lailatur 2011), masyarakat tidak seketika saja ada. Masyarakat sengaja diciptakan
baik melalui metode bottom-up maupun up-to-bottom. Individu-individu dan
lembaga-lembaga di dalam masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang
menyebabkan masyarakat juga dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang
terstruktur. Terstruktur diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika
berinteraksi dengan sesamanya tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena
terjadi dalam konteks sosial. Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam
komunitas keluarga, kelompok keagamaan, hingga negara. Masing-masing konteks
membutuhkan perilaku yang spesifik, berbeda-beda. Namun, keseluruhan interaksi
tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi oleh nilai-nilai yang diakui secara
bersama. Kata sosial mengacu pada fakta bahwa tidak ada individu dalam
masyarakat yang hidup sendiri. Individu selalu hidup di dalam keluarga,
kelompok, dan jaringan. Kata interaksi mengacu pada cara berperilaku disaat
berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat dikatan bahwa masyarakat diikat
melalui struktur sosial. Perilaku hubungan ini berbeda antara masyarakat satu
dengan masyarakat lain.
Sejalan
dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori sibernetiknya tentang General System Of Action (Ankie M.M..
Hoogvelt : dalam Lailatur 2011) menjelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat
dianalisis dari sudut syarat-syarat fungsionalnya yaitu: Pertama, Fungsi
mempertahankan pola (Pettern Maintenance). Fungsi ini berkaitan dengan
hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem kebudayaan.
Hal itu berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh
kerena diorientasikan realitas yang terakhir; Kedua, Fungsi integrasi mencakup jaminan terhadap koordinasi yang
diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan
dengan kontribusinya pada organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem; Ketiga, Fungsi pencapaian tujuan (Goal Attaindment) yakni berkaitan dengan
hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi
kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting
bagi masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut; Keempat, fungsi adaptasiyakni berkenaan dengan
hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme
perilaku dan dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum menyangkut
penyesuaian masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya.
2.3 Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh
seorang dewasa terhadap pihak lain yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan
(M.I. Soelaiman, dalam Ahyadi 2012). Artinya bahwa pendidikan merupakan suatu
cara dimana lebih menekankan terhadap keterkaitannya antara peserta didik dan
pendidik. Peserta didik dianalogikan sebagai orang yang belum dewasa, sedangkan
pendidik sendiri dianalogikan sebagai orang yang lebih dewasa. Dengan demikian
pendidikan tidak akan berdiri tanpa adanya dua aspek tersebut.
Sejalan dengan perkembangan pengetahuan manusia, pengertian
pendidikan dapat diuraikan dalam tiga bagian, yaitu: pengertian pendidikan
berdasarkan ruang lingkup, pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah,
dan pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan sistem.
1)
Pengertian Pendidikan
Berdasarkan Ruang Lingkup
Pengertian pendidikan berdasarkan ruang lingkupnya
dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengertian mahaluas, luas terbatas, dan
secara sempit.
a)
Mahaluas
Dalam ruang lingkup maha luas, pendidikan adalah
segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup.
b)
Luas terbatas
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan
keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat
untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan dating ( Redja Mudyahardjo,
2001:11).
c)
Secara sempit
Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Artinya bahwa pendidikan lebih
menekankan pengaruh sekolah terhadap peserta didiknya sehingga dengan kemampuan
dan kecakapan yang diperolehnya dapat melaksanakan tugas-tugas sosialnya dalam
masyarakat kelak.
2)
Pengertian Pendidikan Berdasarkan
Pendekatan Ilmiah
Sebelum membahas lebih jauh mengenai
pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah, kita cari tahu terlebih
dahulu apa pendekatan ilmiah dalam pendidikan itu sendiri? Pendekatan ilmiah
dalam pendidikan lebih diarahkan pada pendidikan sebagai empiris, artinya
didasarkan apa adanya yang terjadi.
Pengertian pendidikan berdasarkan
pendekatan ilmiah artinya berdasarkan pada kajian setiap karakteristik keilmuan
dari setiap disiplin ilmu yang dipersembahkan terhadap pendidikan. Dalam ruang
lingkup ini, pengertian pendidikan itu sendiri dapat dilihat dari berbagai
aspek disiplin ilmu yang lain, diantaranya: psikologi, sosiologi, antropologi,
politik dan ekonomi.
3)
Pengertian Pendidikan
Berdasarkan Pendekatan Sistem
Pengertian pendidikan berdasarkan
pendekatan sistem dikatakan bahwa proses pendidikan itu sama dengan sebuah
sistem. Sistem yang mengatur keseluruhan dalam pendidikan, dimana dalam sistem
tersebut diperlukan input yang dapat diproses sehingga mengahsilkan output yang
baik. Proses disini adalah pendidikan yang dilakukan di suatu lembaga baik
formal, informal maupun nonformal.
Menurut Redja Mudyahardjo, pendidikan
adalah keseluruhan yang terintegrasi dari setiap aspek pendidikan, mulai dari
input yang diproses atau ditransformasikan oleh komponen-komponen pendidikan
yang berhubungan satu sama lain yang sesuai dengan fungsinya masing-masing
berjalan seiring seirama dalam mencapai tujuan pendidikan (output pendidikan),
yaitu manusia terdidik yang mempunyai kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor.
2.4
Hubungan antara Pendidikan dengan Masyarakat
Secara
singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai
prosestransmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh
kekuatan-kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik
di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila
segala sesuatu yang
kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita. Bagi masyarakat sendiri, hakikat
pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka
kepada anggota
mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya
yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi
tertentu sesuai corak masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui
interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi. Dalam pengertian tersebut,
pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni
keluarga.
Selain itu,
dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan
struktur dankebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka
para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita
dari orang tua mereka. Selain itu, pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan
belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu
menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan sebagainya. Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama,
cara bekerja dan cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang
bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan
atau berburu tidak hanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapi memiliki makna sakral yang patut
disyukuri dengan beberapa persembahan serta upacara-upacara ritual.
Begitulah
perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan
keperluan khusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yang mapan dimulai ketika
bangsawan-bangsawan feodal membutuhkan prajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demi mempertahankan harta kekayaan milik
sang raja. Mereka secara khusus di didik dalam lingkungan tersendiri agar memiliki kecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan
kebutuhan sistem sosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka-mereka ini menjadi ujung tombak pelaksana kekuasaan
kerajaan di hadapan ribuan rakyat jelata yang memang dibikin bodoh. Melihat situasi demikian, wajar apabila jaman ini
predikat golongan terdidik hanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja serta kaum-kaumagam awan yang telah memperkuat hegemoni
kekuasaannya.
Namun
seiring dengan bertambahnya umur bumi ini maka kisah pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai
bergeser selaras
dengan kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah. Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang menjadi
bahan bakar perputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik klimaksnya. Kekuasaan para raja yang bersenyawa
dengan kekuatan gereja secara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan penentangan sejumlah ilmuwan yang mampu
membuktikan kesalahan dogma-dogma teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwa lain juga memiliki andil besar dalam
menentukan lahirnya semangat jaman yang semakin konsekuen menghargai arti kebebasan, baik itu reformasi gereja oleh
Martin Luther King, revolusisosial di beberapa tempat yang secara simbolis
telah dipresentasikan oleh gelora heroisme revolusi Perancis pada sekitar pertengahan abad ke-18, serta meningkatnya hasil
pemikiran-pemikiran ilmiah para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkan dengan penciptaan teknik-teknik peralatan industri. Praktis kecenderungan fakta sosial
demikian secara perlahan-lahan mampu mengubah inti kebijakan masyarakat yang berhubungan dengan pengajaran. Selain karena
meluapnya industri-industri manufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannya beberapa wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan
alamnya serta
peningkatan diferensiasi struktural maka masyarakat Eropa Barat harus bisa menyediakan kelompok manusia
dalam jumlah
massal yang memiliki kemampuan teknis untuk menjalankan lahan-lahan pekerjaan baru yang begitu kompleks dan
cukup rumit. Oleh
sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat mulai menerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi formal dalam
mengelola proses pendidikannya. Itulah cuplikan kecil argumentasi sederhana tentang karakter fungsi
pendidikan di masyarakat.
Melihat alur perkembangannya, maka berbagai jenis
konfigurasi pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh Randall Collins, tentang tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh
dunia, yakni: Pertama, jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni
pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan kepada bentuk mata pencaharian
masyarakat. Jenis pendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau
juga masyarakat
agraris awal. Kedua, Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise,
simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada
umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada
pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam
masyarakat-masyarakat agraris dan industri. Ketiga, tipe pendidikan
birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang
berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan
kepada masyarakat
awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.
Demikianlah
tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada
dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat
hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding
searah dengan model masyarakat yang terbentuk. Akan tetapi tidak dapat
dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga menentukan model
konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh
bagi iklim pendidikan.
Dalam
konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang
berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya
puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan
nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud
emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan
begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi
sosialnya.
2.5
Pendidikan dan Lingkungan
Sosial
Pendidikan
berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik (Nasution 1995). Pendidikan bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lain nya kepada generasi
muda. Kelakuan manusia pada hakikat nya hampir seluruhnya bersifat
sosial. Yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua
yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah,
sekolah, tempat bermain, pekerjaan dan sebagainya.
Dalam
arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu itu dengan
anggota masyarakat lainnya, misalnya pada saat pertama
kali bayi dibiasakan minum menurut waktu tertentu. Dalam masyarakat
primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus
belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang diharapkan
pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas
kelakuannya.
Juga
dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiyasaan dan pola kelakuan yang pokok
dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal bahasa,
kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui
pendidikan tak formal.
2.6 Faktor-Faktor dalam Perkembangan Manusia
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai-bagai faktor
yakni faktor biologis lingkungan alamiah, dan lingkungan sosial budaya.
Mengutamakan salah satu aspek memberikan gambaran yang kurang tepat. kepribadian
tak dapat dilepaskan dari aspek biologis.
Lingkungan alamiah seperti iklim dan faktor-faktor geografis
lainnya memberikan tempat dan bahan yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan
untuk produksi bahan makan, hujan, matahari, dan sebagainya.
Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu, seperti laut untuk menangkap ikan, berlayar berdagang, padang rumput untuk ternak dan lain sebaginya.
Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu, seperti laut untuk menangkap ikan, berlayar berdagang, padang rumput untuk ternak dan lain sebaginya.
Faktor kedua dalam perkembangan manusia
ialah lingkungan sosial budaya, semua manusia hidup dalam suatu kelompok dan
saling berhubungan melalui lambang-lambang, khususnya Bahasa. Manusia mempelajari kelakuan dari orang lain di lingkungan
sosialnya. Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yakni:
1)
Unsur sosial yakni interaksi diantara manusia
2)
Dan Unsur budaya yakni bentuk kelkauan yang sama yang
terdapat dikalangan kelompok manusia.
Dalam proses sosialisasi manusia mengembangkan
lambang-lambang sebagai alat komunikasi, bahasa
yang memudahkan transmisi pengalaman kepada generasi muda. Seluruh pendidikan
berlangsung melalui interaksi sosial.
2.7 Peranan Pendidikan dalam Masyarakat
Sebagian besar masyarakat modern memandang
lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial.
Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang
diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa,
untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang
harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin
kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa
patriotisme dan sebagainya.
Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk
rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan
pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata
pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan
benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional. Berbicara tentang fungsi dan peranan
pendidikan dalam masyarakat adalah:
1)
Fungsi Sosialisasi.
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru
belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui
lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat pra industri
tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri dalam
aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang
mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau
melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa.
Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya
menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat
yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan
individu yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami
perubahan-perubahan sosial. Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga
demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya
menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction).
Dengan berdasarkan pada proses reproduksi budaya
tersebut, upaya mendidik anak-anak untuk mencintai dan menghormati tatanan
lembaga sosial dan tradisi yang sudah mapan adalah menjadi tugas dari sekolah.
Termasuk di dalam lembaga-lembaga sosial tersebut diantaranya adalah keluarga,
lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam
permulaan masa-masa pendidikannya, merupakan masa yang sangat penting bagi
pembentukan dan pengembangan pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-masa
pembentukan dan pembangunan upaya pengadopsian ini dilakukan sebelum anak-anak
mampu memiliki kemampuan kritik dan evaluasi secara rasional
2)
Fungsi kontrol sosial
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk
mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan
program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam
nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai
masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai
dan pandangan hidup etnik yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat
diterima seluruh etnik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi
sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh
para siswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan
nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia kepada
anak-anak di sekolah.
3)
Fungsi pelestarian budaya masyarakat.
Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu
budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai
budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian
daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi
kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi
nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama sekolah
digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan
nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah
tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas
untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai
yang ada yang beragam demi kepentingan nasional (Wikan 2004).
4)
Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan
tenaga kerja.
Proses seleksi terjadi di segala bidang baik mau
masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah
tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentu
harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk dapat masuk
pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM).
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan
dan pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan
untuk menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang spesialisasi tertentu.
Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli
dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua dapat
digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap
kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.
Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang
akan memangku jabatan tertentu, patuh
terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang
dapat menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai
manusia, dengan memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan
dalam tugasnya.
Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan
pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang
keahlian yang ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenaga yang
terampil sesuai dengan bidangnya,
sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk
menjadi seorang pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini
merupakan pengembangan pribadi sosial.
5) Fungsi pendidikan dan perubahan sosial.
Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan
perubahan sosial mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a) Reproduksi budaya,
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai
pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada
perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak
setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
b)
Difusi budaya,
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil
nilai-nilai budaya baru juga berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga
berfungsi sebagai difusi budaya (cultural diffission).
Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada
hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya
menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga
menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat
memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya
perubahan sosial yang berkelanjutan
c)
Mengembangkan analisis kultural terhadap
kelembagaan-kelembagaan tradisional,
d)
Melakukan perubahan-perubahan atau
modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional,
e)
Melakukan perubahan-perubahan yang lebih
mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan.
6)
Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
DI muka telah dibicarakan tentang adanya tiga bentuk
pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan
nonformal. Pendidikan formal disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolah
bukan satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada
lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu:
a)
Sebagai partner masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi
oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalarnan
pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta
aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi
pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap
perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu
antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum
komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat.
Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan
masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta
pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
b)
Sebagai penghasil tenaga kerja.
Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat
sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya.
Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah
dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau target
pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh
kejelasan perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat
selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan
pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara
keduanya.
2.8 Perubahan Sosial dan
Pendidikan
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda.
Perubahan dalam masyarakat terpencil berjalan lambat, akan
tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan trasportasi daerah itu berkenalan
dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat. Ada
aspek-aspek kebudayaan seperti adat istiadat yang telah disanpaikan
turun-temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak pula adat kebiasaan yang
mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern.
Usaha untuk mencegah perubahan tidak
selalu mudah karena sering ada hubungan antara perubahan meteriil dengan
perubahan kultural. Dengan dibukanya jalan raya ke daerah terpencil, terbukanya
desa bagi surat kabar, radio, TV dan film membawa perubahan dalam berbagai
aspek kebudayaan. Pola hubungan antara manusia seperti pergaulan antara anak
dengan orang tua, dan sebagainya, sering mengalami perubahan yang sukar
dielakkan. Demikian pula pendidikan dan sekolah tak luput dari perubahan,
karena pendidikan senantiasa berfungsi di dalam dan terhadap sistem social
tempat sekolah itu berada.
2.9 Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang
besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena
itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan dapat
diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang
sudah-sudah. Tak dapat diharapkan bahwa guru-gurulah akan mengambil inisiatif
untuk mengadakan reformasi, oleh sebab guru itu sendiri diangkat oleh pihak
yang berkuasa dan telah menerima norma-norma yang dipersyaratkannya oleh
atasannya.
Tentu saja sekolahan dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk
mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa
itu, seperti dilakukan oleh Hitler di Jerman partai komunis di Uni Sovyet,
Jepang didaerah jajahan may dulu dan sebagainya.
Perubahan-perubahan itu antara lain tercermin dalam perubahan
dan pembaharuan kurikulum ddan sistem pendidikan peralihan dari zaman kolonial
ke zaman kemerdekaan memerlukan berbagi perubahan kurikulum sampai sesuai
dengan filsafat bangsa kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan makalah di atas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Masyarakat adalah suatu kelompok yang
sama identifikasinya meliputi unit biofisik para individu, bertempat tinggal
pada suatu geografis tertentu, selama pereode tertentu pula, teratur sedemikian
rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama.
Para ahli
berbeda pendapat tentang proses terbentuknya masyarakat. Plato berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk
secara kodrati. Sedangkan kaum sofis
berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia. Pandangan Plato
lebih bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional.
Dalam hal ini, pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih
dititik beratkan
pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional. Pandangan
kaum sofis ini didukung oleh Kimmel and Aronson yang mengemukakan bahwa
masyarakat tidak sekonyong-konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik
melalui metode bottom-up maupun up-to-bottom.
Pendidikan merupakan suatu cara dimana lebih
menekankan terhadap keterkaitannya antara peserta didik dan pendidik. Peserta
didik dianalogikan sebagai orang yang belum dewasa, sedangkan pendidik sendiri
dianalogikan sebagai orang yang lebih dewasa. Dengan demikian pendidikan tidak
akan berdiri tanpa adanya dua aspek tersebut.
Hubungan
antara masyarakat dan pendidikan adalah bahwa pendidikan sebagai proses
transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda secara keseluruhan dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Di sisi lain pendidikan
memiliki fungsi, peran dan kiprah yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan
masyarakat. Pendidikan juga memberikan andil menerjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh
akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem
dan struktur sosial masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat tidak
pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
Dalam
masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap
anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah
kekuatan yang diharapkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang
bertanggung jawab atas kelakuannya.
Perkembangan
manusia dipengaruhi oleh berbagai-bagai faktor yakni faktor biologis lingkungan
alamiah, dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan alamiah seperti
iklim dan faktor-faktor geografis lainnya memberikan tempat dan bahan yang
perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan untuk produksi bahan
makan, hujan, matahari, dan sebagainya. Faktor kedua dalam perkembangan manusia ialah lingkungan sosial budaya, semua manusia
hidup dalam suatu kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lambang,
khususnya Bahasa.
Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan
politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat
diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,
sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat istiadat yang telah
disanpaikan turun-temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak pula adat
kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern.
Pendidikan berfungsi
untuk menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi kebudayaan, diantara
nya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda dalam hal ini
sekolahan merupakan “Agent of change” lembaga pengubah sekolah mempunyai
fungsi trasformatif.
setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan
dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang
sudah-sudah. Tak dapat diharapkan bahwa guru-gurulah akan mengambil inisiatif
untuk mengadakan reformasi, oleh sebab guru itu sendiri diangkat oleh pihak
yang berkuasa dan telah menerima norma-norma yang dipersyaratkannya oleh
atasannya.
3.1 Saran
Berdasarkan
pembahasan dan simpulan, saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai
berikut.
1)
Kepada Mahasiswa
Dari mengetahui dan memahami tentang masyarakat dan pendidikan diharapkan mahasiswa sebagai calon guru yang
profesional mampu menerapkan ilmunya secara optimal dan
professional untuk menciptakan generasi muda yang lebih cerdas dan berkarakter.
2)
Kepada Dosen Pengampu
Karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
kami miliki, kami sangat mengharapkan bimbingan yang dapat membangun dan
membuka wawasan kami tentang masyarakat dan pendidikan.
Komentar
Posting Komentar