ORGANISASI KURIKULUM





Salah satu hal yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu sendiri. Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Nurgiyantoro, 1988:111). Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.

1.    Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur horizontal ini terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum yaitu:
A.  Separate-Subject Curriculum
1.    Konsep dasar separate subject curriculum
Kurikulum ini menekankan penyajian bahan pelajaran dalam bentuk bidang studi atau mata pelajaran. Masing-masing mata pelajaran ditetapkan berdasarkan disiplin keilmuan. Pengorganisasian kurikulum ini dilatarbelakangi oleh pandangan ilmu jiwa asosiasi, yang mengharap-kan terbangunnya kepribadian yang utuh berdasarkan potongan-potongan pengetahuan.
2.    Kelebihan separated-subject curriculum
Model separated subject curriculum ini memiliki sejumlah kelebihan yaitu:
(1) Bahan pelajaran tersajikan secara logis dan sistematis, (2) Organisasi kurikulum sederhana serta mudah direncanakan dan dilaksanakan, (3) Kurikulum mudah dinilai, (4) Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum, (5) Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi, (6) Kurikulum ini mudah diubah.


3.    Kelemahan Separate-Subject Curriculum
Di samping memiliki kelebihan, separated subject curriculum pun memiliki sejumlah kekurangan yaitu:  (1) Mata pelajaran terpisah-pisah, (2) Kurang memperhatikan masalah kehidupan sehari-hari, (3) Cenderung statis dan ketinggalan zaman, (4) Tujuan kurikulum sangat terbatas.
B.  Correlated-Subject Curriculum
1.         Konsep Dasar Correlated Subject Curriculum
Correlated subject curriculum dikembangkan dengan semangat menata/ mengelola keterhubungan antar berbagai mata pelajaran. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan kehidupan bahwa tak ada satu fenomena pun yang terlepas dari fenomena lainnya. Untuk itulah diperlukan kurikulum yang dapat memberikan pengalaman belajar yang dapat menghubungkan satu pelajaran dengan pelajaran lain. Kurikulum ini diharapkan dapat membangun keterpaduan pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperolehnya.
C.  Integrated Curriculum
1.    Konsep Dasar Integrated Curriculum
Ciri pokok dari integrated curriculum ini adalah tiadanya batas atau sekat antar mata pelajaran. Semua mata pelajaran dilebur menjadi satu dalam bentuk unit. Oleh karena itu, kurikulum ini disebut juga sebagai kurikulum unit. Dalam correlated subject curriculum masing-masing mata pelajaran masih menampakkan eksistensinya, maka dalam integrated curriculum ciri-ciri setiap mata pelajaran hilang sama sekali. Namun, jangan disalah pahami. Integrated curriculum tidak sekedar berupa keterpaduan bentuk yang melebur berbagai mata pelajaran, melainkan juga aspek tujuan yang akan dicapai dalam belajar.

2.    Struktur Vertikal
Struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum sekolah, yang meliputi: (1) penggunaan sistem kelas atau tanpa kelas dalam pelaksanaan kurikulum; (2) sistem unit waktu yang digunakan, (3) pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi dan pokok bahasan.


A.      Pelaksanaan Kurikulum dengan/dan Tanpa Sistem Kelas
1.    Sistem kelas
Pada sistem ini, penerapan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai dengan 6; di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau 7-9; dan di SMA/MA atau SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau kelas 10-12. Kurikulum setiap jenjang telah mencantumkan bahan apa saja yang harus disampaikan, seberapa luas dan dalam bahan tersebut, serta bagaimana urutan sajiannya pada tiap-tiap kelas.
2.    Sistem Tanpa Kelas
Pelaksanaan kurikulum dalam “sistem tanpa kelas” tidak mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi kebebasan untuk berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu kawan-kawannya. Hal ini terjadi bila seorang siswa telah merasa mampu dan siap diuji tentang penguasaan materi yang harus diselesaikannya dalam setiap program.
3.    Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas
Dengan memperhatikan kelebihan dari sistem kelas dan sistem tanpa kelas, sebetulnya keduanya dapat dikombinasikan. Dengan sistem kombinasi ini, anak yang memilki tingkat kepandaian tertentu (tinggi) diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus terus bersama teman-temannya. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem pengajaran modul.
B.       Sistem Unit Waktu
Hingga saat ini, sistem unit waktu yang dikenal dalam pelaksanaan pendidikan adalah sistem caturwulan dan sistem semester. Dalam sistem caturwulan, waktu satu tahun dibagi menjadi tiga unit waktu masing-masing empat bulanan. Dari sini kemudian dikenal adanya caturwulan I, II, dan III. Pembagian unit waktu seperti itu berimplikasi pada penyusunan kurikulum untuk tiap-tiap tingkat. Pada setiap akhir caturwulan, anak akan mendapatkan nilai hasil belajar (rapor). Dengan demikian, dalam satu tahun anak akan mendapatkan tiga rapor.     



C.      Pengalokasian Waktu
1.    Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran
Waktu sekolah dari pk. 07.00 hingga pk. 13.00, berarti ada 300 menit. Setiap jam pelajaran rata-rata 45 menit, maka dalam satu minggu diperoleh jumlah jam pelajaran: 300/45 x 6 hari = 40 jam. Selanjutnya, jumlah jam/minngu tersebut harus dibagi untuk semua mata pelajaran yang ada secara adil. Adil tidak berarti dibagi rata, melainkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang meliputi bobot dan kedudukan masing-masing mata pelajaran.
2.    Pengalokasian waktu untuk pokok-pokok bahasan tiap mata pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki sejumlah pokok bahasan yang berbeda-beda. Penentuan jumlah jam/waktu dalam satu semester untuk setiap pokok bahasan juga mangalami masalah yang sama dengan pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran.

3. Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Strategi pelaksanaan kurikulum adalah cara-cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan suatu kurikulum sekolah, yang meliputi: pelaksanaan pengajaran/ pembelajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan, dan pengaturan kegiatan sekolah secara keseluruhan. Dengan strategi pelaksanaan kurikulum ini, maka para pelaksana (kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja yang pasti, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga kemungkinan pencapaian tujuan pendidikan menjadi semakin besar.
a.             Pelaksanaan Pengajaran
Dalam interaksi pendidikan, pelaksanaan pengajaran merupakan hal yang sangat penting. Dari pelaksanaan pengajaran inilah hasil suatu proses pembelajaran (belajar dan mengajar) dinilai berhasil atau tidak. Di antara hal yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran adalah pemilihan metode dan alat/media pendidikan yang digunakan.
b.             Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses menekankan terlaksananya komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran. Komunikasi dua arah mengindikasikan adanya peran serta aktif pada diri guru dan murid. Dalam proses pembelajaran murid terlibat secara fisik dan mental, sehingga apa yang diperoleh siswa dapat lebih mendalam. Melalui keterampilan proses, siswa didorong untuk mendapatkan informasi (ilmu), mengelola, mempergunakan, dan mengomunikasikannya.
c.              Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan pada suatu sekolah.
d.             Bimbingan Karier
Bimbingan karier merupakan kegiatan bimbingan untuk membantu para siswa memahami dirinya sendiri, lingkungan, dan masa depannya. Pelaksanaan bimbingan (dan penyuluhan) dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, dengan menekankan pada perkembangan dan kecenderungan individu.
e.              Penilaian
Penilaian dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran. Sasaran penilaian ini meliputi keseluruhan proses maupun hasil yang dicapai dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Penilaian ini harus bersifat objektif, menyeluruh, dan berkesinambungan.
f.              Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Pelaksanaan kurikulum di sekolah melibatkan banyak aspek, baik yang bersifat manusia maupun material. Kesemuanya itu harus terkelola secara baik dengan pendayagunaan secara efektif dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan di sekolah berhubungan dengan: pengaturan proses pembelajaran, peralatan pembelajaran, pemanfaatan dan pemeliharaan gedung, perlengkapan, keuangan, dsb. Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik. Bantuan yang diberikan dapat mencakup persoalan teknis administratif maupun teknis edukatif.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Pembelajaran Pkn di SD

Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sosiologi: Individu dan Masyarakat