Book Report: Politics and Culture In The Developing World: The Impact Of Globalization

I.     IDENTITAS BUKU
Judul                                   : Politics and Culture In The Developing World: The
   Impact Of Globalization
Penulis                                : Richard J. Payne dan Jamal R. Nassar
Penerbit                              : Pearson Longman
Tahun Tertib                       : 2008
Jumlah Halaman                 : 362

II.  ISI BUKU
BAB 1
Pemerintah, Politik, Budaya di Afrika, Asia, Timu Tengah dan Amerika Latin
Masyarakat adalah kelompok individu yang membentuk sebuah komunitas. Cara orang organisasi mengurusan disebut politik. Pada dasarnya, ilmu politik adalah ilmu tentang pemerintah, alokasi kekuasaan dan penggunaan dalam masyarakat. Pemerintah adalah mekanisme yang orang gunakan untuk mengatur urusan mereka dan melindungi mereka dari ancaman. Di Amerika Serikat, misalnya, orang menerapkan tiga cabang pemerintahan yaitu: eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga cabang itu mereka terapkan untuk menegakkan, lulus, dan menafsirkan hukum. Meskipun orang-orang di Amerika Serikat hidup di republik, banyak orang di belahan dunia hidup di bawah bentuk monarki pemerintah, di mana Negara di atur oleh seorang raja. Ada berbagai bentuk monarki.
Sebuah monarki terbatas adalah di mana kekuatan raja terbatas pada fungsi seremonial, sedangkan monarki konstitusional memiliki seorang raja yang kekuasaannya dialokasikan dalam konstitusi. Dalam monarki absolut, raja memiliki kekuasaan. Ada juga bentuk republik, termasuk dan oligarki. Kediktatoran memiliki kekuasaan yang diberikan kepada satu orang yang tidak seorang raja, sedangkan oligarki dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh beberapa. Selain politik, orang juga mengelola urusan mereka melalui budaya.
Budaya adalah seperangkat tradisi, keyakinan dan perilaku yang mengekspresikan kehidupan suatu masyarakat. Meskipun budaya dan politik sering saling ketergantungan, mereka dapat dipisahkan dalam rangka mempelajari masyarakat. Di seluruh dunia, kelompok budaya yang berbeda sering hidup di bawah satu negara. Yang bida disebut sebagai negara adalah ada pengakuan secara internasional, politik yang terorganisir, penduduk, wilayah geografis yang memiliki kedaulatan.

BAB 2
Saling Ketergantungan Global
Bertumbuhnya saling ketergantungan antara komunitas global perlahan-lahan mengubah hubungan negara dan individu. Perekonomian suatu negara saling tergantung dengan perekonomian Negara lainnya. Ini merupakan hubungan saling ketergantungan melampaui lingkup ekonomi dan termasuk kepentingan mental dan politik lingkungan. Selain itu, dunia telah menjadi lebih kecil melalui efisien dan murah perjalanan dan media elektronik. Daerah lain memiliki ketergantungan secara global, termasuk kesehatan ketika virus dan penyakit menginfeksi orang dari semua ras dan kebangsaan. AIDS misalnya, tidak melakukan diskriminasi atas dasar ras, agama, kebangsaan, orientasi seksual, atau karakteristik manusia lainnya. Memang benar saling ketergantungan global mempengaruhi kita semua, dari pakaian yang kita kenakan, udara yang kita hirup, makanan yang kita makan dan setiap bentuk teknologi yang kita gunakan. Saling ketergantungan telah menghasilkan banyak pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu, meskipun jins dan bisbol telah menjadi ikon budaya global, banyak kritikus menilai merek tren ini sebagai kolonialisme budaya, dimana budaya Amerika telah menyebar ke seluruh dunia dan mempengaruhi budaya Negara lain, sehingga menjadi produksi masal.

BAB 3
Agama dan politik
Agama telah digunakan untuk kebaikan dan untuk keburukan. Sepanjang sejarah, agama telah digunakan untuk tujuan politik. Hari ini, tren ini terus berlanjut. Di Iran, Islam digunakan untuk membersihkan negara dari penindasan monarki absolut. Setelah berkuasa, para pemimpin Islam berusaha untuk menggunakan Islam untuk menekan oposisi terhadap kepemimpinan mereka. Di India, Hindu juga digunakan dalam perjuangan pembebasan. Pendekatan Gandhi dipinjam dari gagasan Hindu yaitu pengorbanan diri dan Dharma untuk memangajak penduduk berjuang melawan kolonialisme Inggris. Segera setelah Inggris menarik diri, sistem kasta Hindu disebabkan banyaknya penderitaan di India, dan sekarang digunakan sebagai alat politik oleh beberapa orang. Buddhisme juga digunakan untuk membawa kemerdekaan dari kemiskinan. Tapi seperti yang kita lihat di Sri Lanka, Buddhisme juga berkontribusi pada peningkatan nasionalisme ekstremis dan konflik berdarah dengan kaum minoritas. Kristen sering digunakan untuk menekan orang lain. Di Amerika Latin, Kristen ikut bertanggung jawab atas penindasan terhadap penduduk asli. Gereja Katolik secara historis telah diidentifikasi dengan rezim yang bersifat menindas. Namun Gereja Katolik juga menghasilkan merek teologi yang berkontribusi terhadap perbaikan wilayah dan rakyatnya. Gerakan keagamaan merupakan fenomenapada masa kini. Beberapa membenci itu; beberapa orang lain memuji itu. Agama jelas memiliki dua efek. Meskipun agama dapat menjadi alat untuk penindasan, juga dapat menjadi salah satu alat untuk pembebasan. Yang penting di sini adalah bahwa kita memiliki ide yang lebih baik tentang kebudayaan agama kita dan memahami bahwa semua agama memiliki tujuan yang sama. Mereka semua sedang terguncang dan babak belur oleh perubahan revolusioner di dunia saat ini. Akibatnya, para pemimpin agama sesekali melawan. Beberapa melakukannya menolak praktik modern, yang lain melakukannya dengan menafsirkan kembali kitab suci mereka untuk memimpin proses perubahan. Agama dan politik berhubungan dengan fakta sederhana. Bahwa agama adalah kekuatan globalisasi, hal itu merupakan fakta sederhana, untuk lebih baik atau buruk.




BAB 4
Nasionalisme, Kolonialisme, dan Kemerdekaan.
Suatu bangsa dan negara tidak menunjukkan hal yang sama. Bangsa mengacu pada orang-orang yang berbagi ikatan umum. Sedangkan Negara lebih mengacu pada unit politik. Meskipun kebanyakan negara saat ini termasuk satu bangsa, beberapa tidak. Negara yang mencakup satu bangsa yang dikenal sebagai negara yang homogen, sedangkan negara-negara yang mencakup banyak negara yang dikenal sebagai negara heterogen. Kebanyakan negara memiliki wilayah umum, bahasa, budaya, dan musuh. Simbol nasionalisme termasuk bendera, lagu kebangsaan, oorganisasi dan legenda, dan situs sejarah. Nasionalisme memiliki banyak konsekuensi berbeda, beberapa positif dan negatif. Jadi, meskipun nasionalisme dapat mempromosikan kompetisi antara negara-negara yang menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan, persaingan yang mungkin menelurkan perang. Nasionalisme juga dapat menyebabkan kolonialisme atau ekspansi bangsa di luar wilayahnya. Itu juga yang menyebabkan perang pembebasan nasional, seperti Amerika dan revolusi India dari monarki Inggris. Meskipun melakukan perang pembebasan nasional, warisan kolonialisme di semua negara yang baik penjajah atau dijajah adalah permanen. Oleh karena itu, kekayaan Inggris yang diambil dari koloni luar negeri tetap menjadi sumber utama kekayaan antara Inggris dan dalam perekonomian Inggris. Sebaliknya, banyak wilayah yang dimiliki oleh Inggris, seperti Ghana, yang masih belum pulih dari tahun eksploitasi dan perbudakan, yang keduanya langsung dihasilkan dari dominasi Inggris.

BAB 5
Ketidaksetaraan dalam negeri dan global
Meskipun standar hidup telah meningkat secara signifikan di banyak negara selama beberapa tahun terakhir terakhir, namun ketidaksetaraan global terus meningkat. Sekitar 80 %, dari populasi dunia tinggal di Negara yang pendapatannya sekitar 20 persen dari pendapatan dunia. Sejarah menunjukkan bahwa negara-negara terkaya akan mempertahankan keunggulan mereka atas negara lain untuk waktu yang lama. Kesenjangan antara negara kaya dan negara miskin adalah 3-1 pada tahun 1820, 11-1 pada tahun 1913, 35-1 pada tahun 1950, 44-1 pada tahun 1973, dan 72-1 pada tahun 1992. Pada akhir abad kedua puluh Negara kaya 20 % dari populasinya memiliki 86 kali lebih banyak penghasilan dibandingkan dengan Negara miskin yang hanya 20 %. Meskipun antara kaya dan miskin bervariasi di seluruh dunia, kesenjangan antara kaya dan miskin adalah yang terbesar terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Selain itu, wanita di Selatan tampaknya menjadi miskin, kelompok paling melek huruf. Seiring dengan kesenjangan pendapatan yang besar, kekurangan gizi dan kelaparan merajalela. Hari ini, sekitar 24.000 orang meninggal karena kelaparan dan penyakit yang berhubungan dengan kelaparan setiap hari. Sebagian besar korban adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Di mana kemiskinan ekstrim, akan cenderung berdampak pada anak-anak yang tergolong rentan. Akses ke makanan seringkali ditentukan oleh jenis kelamin, kontrol sumber daya, dan status sosial. Dalam beberapa masyarakat gadis dan wanita memiliki status yang lebih rendah dan umumnya menerima lebih sedikit makanan. Permasalahan di Negara miskin adalah perawatan kesehatan yang tidak memadai, gizi buruk, dan kemiskinan yang disebabkan bencana alam, keputusan pribadi, kolonialisme, perang, kurangnya pemerataan, keputusan pemerintah, dan kelebihan penduduk. Cara untuk memecahkan masalah tersebut meliputi demokrasi, Revolusi Hijau, pengurangan utang, perdagangan bebas, bantuan pembangunan, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

BAB 6
Tantangan Pembangunan
Meskipun perubahan adalah bagian penting dari kehidupan, beberapa orang sering menerimanya dengan negatif. Pembangunan, yang meliputi perubahan, dirasakan berbeda oleh orang-orang dan Negara-negara yang berbeda. Namun dengan globalisasi dan meningkatnya keadaan saling tergantung antara Negara-negara, Negara-negara di seluruh duniaprihatin dengan isu-isu pembangunan. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap perubahan, termasuk nilai-nilai suatu Negara, ideologi, institusi, sumber daya, dan teknologi. Banyak sarjana percaya bahwa pembangunan identik dengan industrialisasi dan modernisasi. Mengembangkan infrastuktur adalah kunci dari pembangunan. dalam pengembangan termasuk  didalamnya terdapat aspek sosial dan politik, ukuran utama dari perkembangan dan pertumbuhan suatu Negara terlihat melalu perubahan ekonomi pada produk domestic bruto. Perubahan ekonomi juga penting untuk perubahan sosial yang mempengaruhi kualitas hidup. Pemerintah merupakan aktor utama dalam pembangunan. Negara-negara berkembang perlu tatanan sosial, pendapatan, penegakan hukum, pendidikan, dan pelayanan kesehatan dalam berkembang. Bidang ini sebagian besar ditangan pemerintah, meskipun masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan untuk membantu Negara dalam berkembang.
            Banyak teori telah dibuat dalam rangka memajukan pembangunan. Ini termasuk (1) teori modernisasi atau developmentalisme, (2) teori marxis, (3) teori ketergantungan, (4) dunia ketiga dan sosialisme afrika, (5) akar pertumbuhan, dan (6) pembangunan berkelanjutan. Beberapa teori percaya pembangunan harus dimulai dari tingkat paling rendah melalui masyarakat. Keberhasilan dan kegagalan masyarakat dapat memberikan pelajaran bagaimana pembangunan secara menyeluruh. Dalam tipe pembangunan ini harus memperhatikan nilai-nilai tradisional yang dianut. Semua teori pembangunan dihadapkan dengan pendapat baru tentang batas sumber daya alam. Pembangunan berkelanjutkan berpendapat bahwa pembangunan dapat diubah agar tidak mengkonsumsi semua sumber daya alam yang ada, agar nantinya tidak merugikan bagi generasi mendatang.
            Teori pembangunan juga harus memperhitungkan faktor-faktor yang dapat menghambat atau membantu pengembangan ketika merancang rencana pembangunan. Beberapa faktor umum penghambat pembangunan adalah kurangnya sumber daya alam, persaingan ekonomi, banyaknya populasi, perawatan kesehatan yang buruk, konflik etnis, ketidakstabilan politik, korupsi, dan kurangnya bantuan asing. Kebalikan dari semua tersebut dapat membantu pembangunan. Bencana alam merupakan hambatan terbesar bagi pembangunan. Kurangnya sumber daya alam membuat sangat sulit untuk berswasembada. Penyakit AIDS di Negara berkembang juga melumpuhkan populasi manusia. Bantuan luar negeri juga menimbulkan masalah bagi Negara berkembang karena Negara berkembang harus mengikuti ketentuan untuk mendapat bantuan.

BAB 7
Wanita di Dunia Berkembang
Diseluruh Negara berkembang, perempuan menjadi penggagas utama dari perubahan memperbaiki kehidupan perempuan. Akses pendidikan dan ekonomi memungkinkan banyak wanita di Asia, Amerika Latin, dan Afrika untuk mengembangkan status sosial dan kemandirian di bidang keuangan yang banyak dinikmati oleh perempuan di Amerika Serikat dan Negara-negara industry lainya. Bagaimanapun, faktanya perempuan di seluruh dunia tetap merupakan kelompok yang sering di pandang sebelah mata. Di Negara-negara berkembang di benua Afrika, Asia, dan Amerika Latin, tradisi membuat perempuan bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga. Peran gender seperti di Negara-negara miskin dibentuk oleh kolonialisme, industri global dan perdagangan. Meskipun status perempuan terus meningkat di banyak masyarakat berkembang. Kebanyakan perempuan masih dipandang rendah. Dengan demikian, di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, perempuan dipandang oleh masyarakat sebagai makhul rendah. Berbagai upaya dilakukan masyarakat untuk mengendalikan perempuan. Melanggar peran gender merupakan tindakan yang serius dan memiliki konsekuensi yang serius pula. Jenis kelamin sering digunakan sebagai alat atau pembenaran untuk melakukan penindasan. Di Negara berkembang, perempuan tetap kurang mengenyam pendidikan dan mereka dibesarkan peran gender mereka. Bagaimanapun juga, prestasi perempuan di Negara berkembang tidak boleh diabaikan begitu saja. Oleh karena itu, India, Pakistan, dan Bangladesh semua telah memiliki perdana menteri wanita dan di seluruh Negara berkembang wanita banyak menduduki posisi kepemimpinan yang mengatur kehidupan publik.



BAB 8
Pemimpin Politik
Afrika, Asia dan Amerika Latin berada ditengah-tangah revolusi yang mendalam. Mereka berubah sangat cepat. Dalam masa perubahan, ketika struktur lama tidak lagi dihormati danyang baru belum sepenuhnya dikembangkan, orang sering merasa mudah untuk menaruh kesetiaan mereka kepada pemimpin individu. Hal ini membuat para pemimpin dalam masyarakat tersebut lebih penting. Para pemimpin politik memainkan peran penting dalam kebijakan pembangunan di suatu daerah. Kepemimpinan di Afrika, Asia, dan Amerika Latin bisa diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Dalam masyarakat kebanyakan dalam system kepemimpinan masih patriarki. Patriarki merupakan inti dari semua system tradisional, di mana otoritas terkait erat dengan kelompok-kelompok keluarga dan kekerabatan. Sebelum kemerdekaan, sebagian besar negara berkembang memiliki system patriarkal. Setelah beberapa tahun merdeka, jenis baru pemimpin mulai muncul. Sebagian besar muncul karena adanya intervensi militer. Fenomena intervensi oleh para pemimpin militer dalam politik dan upaya mereka untuk mengontrol lembaga pemerintah tidak terbatas pada satu wilayah atau daerah di dunia. Upaya tersebut telah terjadi hampir di setiap benua. Bab ini difokuskan pada intervensi militer dalam kasus-kasus Mesir, Nigeria, dan Chile. Di semua Negara, militer hamper masuk di sebagian besar bidang-bidang yang ada. Dengan otoritasnya militer menggunakan kekuasaannya untuk membuat “ketentraman” bagi masyarakat. Negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki berbagai tingkat kepemimpinan yang patriarkal. Hal ini mungkin berasa dari latar belakang komunis, seperti halnya di Kuba, atau dari lembaga-lembaga demokrasi, seperti yang terjadi di India. Meskipun tidak sama dalam karakter atau gaya memimpin, pemimpin di seluruh Afrika, Asia, dan Amerika Latin mengklaim mewakili tradisi, nilai-nilai, dan budaya politik masyarakat mereka.




BAB 9
Birokrasi
Birokrasi merupakan keputusan pemerintah, yang bertanggung jawab untuk mengelola adalah entitas (satuan) pemerintahan. Meskipun lengan pemerintah ini yang mengubah harapan menjadi kenyataan, kekuasaanya jauh melampaui pengelola kebijakan publik, karena birokrasi juga memiliki pengtahuan yang berharga. Pejabat perlu membuat kebijakan dalam rangka memodernisasi Negara. Dengan demikian, birokrasi berkaitan erat dengan proses modernisasi suatu Negara karena tidak hanya melibatkan sistem yang sedang berlangsung, tetapi juga mengembangkan sistem operasi baru, menyempurnakan norma-norma, dan membangun Negara yang modern. Tanpa implementasi dan regulasi birokrasi, kemungkinan kemajuan suatu Negara akan berjalan secara perlahan-lahan, walaupun itu Negara yang sudah maju.

BAB 10
Konflik Etnis dan Resolusi Konflik
            Isu etnis dan konflik etnis di Negara berkembang mendapat perhatian yang tinggi sejak berakhirnya Perang Dingin. Peningkatan globalisasi, terutama pertumbuhan telekomunikasi, telah membawa berita konflik etnis di suatu Negara ke seluruh dunia. Meskipun meningkatnya perhatian media mengenai konflik etnis, keragaman etnis di Negara berkembang dan Negara-negara kaya tidak serta merta mengakibatkan konflik. Oleh karena itu, meskipun Kanada dan Amerika Serikat merupakan dua Negara yang mempunyai etnis paling beragam di dunia, mereka sangat stabil dalam bidang politik dan menghindari kekerasan rasial dan etnis. Masyarakat yang memiliki kesamaan etnissering memiliki organisasi sosial tersendiri, mendukung partai politik tertentu, hidup di daerah tertentu dari suatu Negara, menyekolahkan anak mereka di sekolah yang sama, mengembangkan bisnin bersama, dan memiliki keyakinan yang sama dalam bidang agama. Identitas etnis sering memunculkan perbedaan yang tajam antarkelompok-kelompok. Adanya perbedaan sering memicu adanya konflik etnis, selain itu kedekatan geografis kelompok yang berbeda sering memicu konflik etnis. Kurangnya rasa saling menghargai antar kelompok etnis membuat adanya permusuhan, sehingga konflik etnis tidak dapat dihindari. Penyebab lain dari konflik etnis adalah manupilasi yang sengaja dilakukan pemimpin dengan memberikan persepsi negative, persaingan sumber daya yang langka, modernisasi, dan pertumbuhan persenjataan. Konflik etnis dan peperangan memiliki dampak negatife yang sangat tinggi di bidang ekonomi, politik dan kemanusiaan. Bahkan anggota etnis yang hidup di Negara-negara lain juga terkena dampak negative dari konflik etnis.


BAB 11
Migrasi
            Migrasi adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, migrasi merupakan bagian integral dari perilaku manusia. Orang-orang selalu pindah dari daerah ke daerah lainnya dengan berbagai alasan. Nenek moyang kita berpindah untuk mencari tanah yang lebih baik untuk pertanian, tempat berlindung yang lebih baik, air, dan rerumputan untuk hewan mereka. Migrasi juga bertujuan untuk mencari lahan untuk pemukiman baru dan menghadapi perubahan musim. Keragaman etnis, agama, dan budaya dari sebagian besar Negara, terutama Kanada dan Amerika Serikat, mendemonstrasikan kecenderungan manusia yang lebih kuat pergi meninggalkan daerahnya dan mencari daerah baru. Ada berbagai jenis imigrasi dan imigran. Yang dapat dikatakan migrasi antara lain orang yang kehilangan tempat tinggal, pengungsi, migrasi lintas benua, migrasi dari desa ke desa lain, perpindahan dari kota ke desa, dan migrasi musiman. Banyak faktor yang menyebabkan orang-orang untuk bermigrasi antara lain, pelanggaran hak asasi manusia, penindasan politik, kekerasan, ketidakstabilan politik, kelebihan penduduk, pengangguran, kemiskinan, bencana alam, dan kurangnya kesempatan mengenyam pendidikan. Faktor lain yang dapat menarik minat imigran adalah kesempatan kerja, upah yang lebih tinggi, stabilitas politik dan sosial, lingkungan yang sehat, kesempatan mengenyam pendidikan, dan berkumpul dengan keluarga. Sebagian besar pengungsi dan orang-orang terlantar di seluruh dunia bisa ditemukan di Afrika dan Asia. Sejak tahun 1948, Komisi Tinggi PBB untuk pengungsi (UNHCR) telah berkerja sama dengan Negara dan lembaga swadaya masyarakat untuk membantu pengungsi dan menyelesaikan masalah yang menyebabkan perpindahan orang di seluruh dunia. Di Negara berkembang migrasi sangat cepat dalam mengatasi keterbelakangan penduduknya.

BAB 12
Hubungan Luar Negeri Negara Berkembang.           
Dengan semakin meningkatnya globalisasi, nasib Negara-negara kaya semakin terkait dengan Negara-negara miskin, dalam berbagai bidang. Meskipun banyak pembahasan kebijakan luar negeri dan hubungan intenasional difokuskan pada Negara-negara maju, terutama Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa. Hubungan luar negeri juga sangat penting untuk Negara-negara berkembang. Kemiskinan Negara-negara berkembang membuat mereka sangat rentan terhadap peristiwa yang terjadi di luar perbatasan mereka, dimana kontrol Negara berkembang relati kecil. Pembuatan kebijakan luar negeri pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan oleh Negara mengenai kepentingan nasional mereka. Ini melibatkan penetapan prioritas dan bagaimana mereka  mencapainya. Dalam pengertian umum, kebijakan luar negeri berkaitan dengan upaya suatu Negara mempengaruhi  perilaku dan sikap Negara-negara lain dalam bidang tertentu, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga-lembaga internasional. Kebijakan luar negeri pada Negara-negara berkembang adalah pemikiran dari pemerintah, kelompok, dan individu mengenai kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri Negara-negara berkembang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: (1) letak geografis suatu Negara, (2) tingkat pertumbuhan ekonomi Negara, (3) sistem politik dan pemeruntahan, (4) kemampuan militer, (5) opini publik internasional dan ikatan kebudayaan dengan Negara-negara lain. Meskipun banyak kesamaan di antara Negara-negara miskin dan upaya mereka untuk berkerja sama, setiap daerah setidaknya memiliki satu Negara besar yang mencoba mempengaruhi perkembangan di daerah tersebut. Karena Amerika Serikat merupakan kekuatan global dengan kepentingan global, Negara-negara berkembang sering ditemukan mengejar tujuan kebijakan luar negeri mereka denga Amerika Serikat, meskipun bertabrakan dengan kepentingan Amerika Serikat.

III.   PEMBAHASAN
Pembahasan ini dimulai dari bab 1 yang memaparkan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang membentuk sebuah komunitas. Pada bab ini lebih menekankan pada bentuk-bentuk pemerintahan di kawasan Afrika, Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin. Senada halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cleveland (1995) dalam bukunya “Lahirnya Sebuah Dunia Baru”, yang menyatakan orang amerika berasumsi bahwa sistem dunia yang diharapkan muncul sebagai langkah alami berikutna harus sejalan dengan pemahaman Amerika, yaitu koloni menjadi Negara, Negara-negara menjadi konfederasi, dan konfederasi menjadi federasi. Ide pemerintah sebagai pengendali tidak hanya terbatas pada orang amerika. Kemakmuran asia-timur ciptaan jepang, dan ratusan system pemerintah di dunia, semuanya berfokus pada arsitektur, struktur, dan otoritas dan mencari bentuk pengaturan dan dengan ini baik kedaulatan kesatuan maupunsuatu badan yang berdaulat tapi dapat menarik pajak, merencanakan, dan mengelola mayoritas rakyat yang pasif.
Pembahasan bab 2 menggambarkan saling ketergantungan antar Negara-negara di dunia. Bertumbuhnya saling ketergantungan antara komunitas global perlahan-lahan mengubah hubungan negara dan individu. Perekonomian suatu negara saling tergantung dengan perekonomian Negara lainnya. Ini merupakan hubungan saling ketergantungan melampaui lingkup ekonomi dan termasuk kepentingan mental dan politik lingkungan. Selain itu, dunia telah menjadi lebih kecil melalui efisien dan murah perjalanan dan media elektronik. Pembahasan pada bab ini didukung oleh pendapat Pronk (1993) dalam bukunya yang berjudul “Sedunia Perbedaan” yang menyatakan saling ketergantungan yang sangat menentukan. Saling ketergantungan tumbuh dengan cepat di dunia, terutama akibat globalisasi kegiatan ekonomi yang menyebabkan perbatasan nasional makin dapat ditembus dan tembus pandang. Dalam hal hubungan antar Negara, Negara-negara masih tetap memiliki inisiatif, dan mereka dapat merasakan syarat-syarat tidak menguntungkan secara politis.
Pembahasan bab 3, pada bab ini mengemukakan tentang peranan agama dalam sistem pemerintahan dan politik. Agama telah digunakan untuk kebaikan dan untuk keburukan. Sepanjang sejarah, agama telah digunakan untuk tujuan politik. Hari ini, tren ini terus berlanjut. Senada dengan pendapat Sirry (2003) dalam bukunya yang berjudul “Membendung Militansi Agama” menyatakan revitalisasi agama bisa menjadi sumber pembebasan, tapi sekaligus juga ekstremisme kekerasan. Kebangkitan agama tidak hanya ditandai hiruk pikuk suasana keberagamaan, tapi juga simbol-simbol agama yang mulai menyeruak ke dalam kehidupan publik. Dalam masyarakat Negara-negara berkembang seperti Indonesia, fenomena ini menarik diamati, karena menghadirkan tantangan serius terhadap ekspektasi teori modernisasi. Agama menjadi kekuatan ideologis, sosial, dan politik yang diperhatikan kawan dan lawan. Kenyataaannya, penelusuran kekerasan bernuansa agama kerapkali berujung pada pemahaman eksklusif tentang obsesi keagamaan.
Pada bab 4 membahas tentang nasionalisme, kolonialisme, dan kemerdekaan di Negara-negara berkembang. Kebanyakan negara memiliki wilayah umum, bahasa, budaya, dan musuh. Simbol nasionalisme termasuk bendera, lagu kebangsaan, oorganisasi dan legenda, dan situs sejarah. Nasionalisme memiliki banyak konsekuensi berbeda, beberapa positif dan negatif. Jadi, meskipun nasionalisme dapat mempromosikan kompetisi antara negara-negara yang menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan, persaingan yang mungkin menelurkan perang. Pernyataan tentang nasionalisme ini di dukung oleh pendapat Sutrisno dan putranto (2004) dalam buku mereka yang berjudul “Hermeneutika Pascakolonial” yang menyatakan nasionalisme harus terputus dari kolonialisme secara politis dan epistemologis. Subjek nasionalis dala fase sejarah protagonistik harus putus dari masa lalu kolonialisme, dan membentuk cara-cara produksi cultural, sosial, dan politik sendiri. Sejarah yang diterima nasionalisme menawarkan dua macam nasionalisme yaitu: nasionalisme Timur dan nasionalisme Barat. Nasionalisme barat dianggap mampu menghasilkan model-model otonominya sendiri dari dalam, sementara nasionalisme timur harus mengasimilasikan sesuatu yang lain ke dalam budayanya sendiri sebelum mereka menjadi bangsa-bangsa modern. 
Pada bab 5 membahas tentang ketidaksetaraan kehidupan masyarakat di dunia. Meskipun standar hidup telah meningkat secara signifikan di banyak negara selama beberapa tahun terakhir terakhir, namun ketidaksetaraan global terus meningkat. Seiring dengan kesenjangan pendapatan yang besar, kekurangan gizi dan kelaparan merajalela. Akses ke makanan seringkali ditentukan oleh jenis kelamin, kontrol sumber daya, dan status sosial. Dalam beberapa masyarakat gadis dan wanita memiliki status yang lebih rendah dan umumnya menerima lebih sedikit makanan. Permasalahan di Negara miskin adalah perawatan kesehatan yang tidak memadai, gizi buruk, dan kemiskinan yang disebabkan bencana alam, keputusan pribadi, kolonialisme, perang, kurangnya pemerataan, keputusan pemerintah, dan kelebihan penduduk. Cara untuk memecahkan masalah tersebut meliputi demokrasi, Revolusi Hijau, pengurangan utang, perdagangan bebas, bantuan pembangunan, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Pernyataan ini di dukung oleh Rodrik, dkk (2005) yang menyatakan Globalisasi menyebabkan melebarnya jurang antara si kaya dan si miskin. Globalisasi menguntungkan si kaya dan membawa sedikit kebaikan bagi si miskin, bahkan mungkin membuatnya lebih menderita. globalisasi tidak mengakibatkan kesenjangan yang lebih besar di dalam perekonomian Negara-negara.  Kesenjangan memang melebar di beberapa Negara (seperti Cina) dan menurun di tempat lain (seperti Filipina). Namun Rodrik, dkk (2005) menyatakan perubahan-perubahan tersebut tidak secara sistematis terkait dengan ukuran-ukuran globalisasi seperti arus perdagangan dan investasi, besarnya cukai, dan adanya kontrol modal. Sebaliknya, pergeseran dalam kesenjangan ini lebih bersumber dari pendidikan, pajak, dan kebijakan sosial dalam negeri.
Pada bab 6 membahas tentang tantangan pembangunan yang dihadapi suatu negara, pembangunan, yang meliputi perubahan, dirasakan berbeda oleh orang-orang dan Negara-negara yang berbeda. Namun dengan globalisasi dan meningkatnya keadaan saling tergantung antara Negara-negara, Negara-negara di seluruh duniaprihatin dengan isu-isu pembangunan. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap perubahan, termasuk nilai-nilai suatu Negara, ideologi, institusi, sumber daya, dan teknologi. Terdapat pula beberapa faktor umum penghambat pembangunan adalah kurangnya sumber daya alam, persaingan ekonomi, banyaknya populasi, perawatan kesehatan yang buruk, konflik etnis, ketidakstabilan politik, korupsi, dan kurangnya bantuan asing. Pernyataan diatas sedikit berbeda dengan pendapat Tjiptoheriyanto (2008) yang menyatakan Peran sentral SDM dalam pembanguan suatu Negara sudah banyak dibahas dalam kajian teori, konsep pembangunan maupun aplikasinya. SDM mempunyai peran peran penting sebagai pelaku maupun sasaran pembangunan. Tjiptoheriyanto (2008) menyatakan tanpa SDM yang baik pembangunan suatu negara jelas akan terhambat.
Pada bab 7 membahas tentang peranan dan posisi kaum wanita di negara-negara berkembang. Perempuan di seluruh dunia tetap merupakan kelompok yang sering di pandang sebelah mata. Di Negara-negara berkembang di benua Afrika, Asia, dan Amerika Latin, tradisi membuat perempuan bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga. Peran gender seperti di Negara-negara miskin dibentuk oleh kolonialisme, industri global dan perdagangan. Meskipun status perempuan terus meningkat di banyak masyarakat berkembang. Kebanyakan perempuan masih dipandang rendah. Dengan demikian, di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, perempuan dipandang oleh masyarakat sebagai makhul rendah. Pernyataan diatas senada dengan pernyataan Todaro dan Smith (2006) yang menyatakan rendahnya posisi dan status kaum wanita, kaum wanita di Negara-negara berkembang pada umumnya terlalu banyak menanggung beban kemiskinan, keterbatasan taraf pendidikan, kelangkaan lapangan pekerjaan, serta mobilitas sosial yang minim.
Pada bab 9 membahas tentang birokrasi. Birokrasi merupakan keputusan pemerintah, yang bertanggung jawab untuk mengelola adalah entitas (satuan) pemerintahan. Meskipun lengan pemerintah ini yang mengubah harapan menjadi kenyataan, kekuasaanya jauh melampaui pengelola kebijakan publik, karena birokrasi juga memiliki pengtahuan yang berharga. Birokrasi berkaitan erat dengan proses modernisasi suatu Negara karena tidak hanya melibatkan sistem yang sedang berlangsung, tetapi juga mengembangkan sistem operasi baru, menyempurnakan norma-norma, dan membangun Negara yang modern. Tanpa implementasi dan regulasi birokrasi, kemungkinan kemajuan suatu Negara akan berjalan secara perlahan-lahan, walaupun itu Negara yang sudah maju. Senada dengan Irianto (2006) yang menyatakan Birokrasi adalah sarana pemerintah yang berkuasa untuk melakukan pelayanan publik yang sesuai dengan kehendak masyarakatnya. Dan birokrasi itu sendiri adalah tipe dari suatu organisasi, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan besar organisasi dengan mengkoordinir berbagai jenis pekerjaan dan banyak orang secara sistematis. Jadi secara teoritis semua organisasi baik pemerintah dan non pemerintah membutuhkan birokrasi sebagai sarana untuk mencapai tujuan administrasif organisasinya. Persepsi yang buruk terhadap birokrasi adalah karena implementasi dari birokrasi yang tidak fleksibel terhadap kebutuhan dari organisasi tersebut.
Pada bab 10 membahas tentang konflik etnis. Isu etnis dan konflik etnis di Negara berkembang mendapat perhatian yang tinggi sejak berakhirnya Perang Dingin. Peningkatan globalisasi, terutama pertumbuhan telekomunikasi, telah membawa berita konflik etnis di suatu Negara ke seluruh dunia. Identitas etnis sering memunculkan perbedaan yang tajam antarkelompok-kelompok. Adanya perbedaan sering memicu adanya konflik etnis, selain itu kedekatan geografis kelompok yang berbeda sering memicu konflik etnis. Kurangnya rasa saling menghargai antar kelompok etnis membuat adanya permusuhan, sehingga konflik etnis tidak dapat dihindari. Penyebab lain dari konflik etnis adalah manupilasi yang sengaja dilakukan pemimpin dengan memberikan persepsi negative, persaingan sumber daya yang langka, modernisasi, dan pertumbuhan persenjataan. Sedikit berbeda dengan pernyataan diatas, Liliweri (2005) menyatakan konflik antar etnik tumbuh karena pengaruh rezim yang berkuasa. Artinya, setiap rezim yang berkuasa dapat menciptakan system ketegangan yang tidak nyata atau retorika nasionalisme yang mendorong perang dengan Negara lain. Demikian pula, rezim yang memimpin suatu Negara selalu membangun berbagai kebijakan yang mendorong disintegrasi bangsa. Namun Liliweri (2005) juga menyatakan bahwa dalam skala kecil, berbagai konflik antaretnik disebabkan karena kelompok etnik minoritas terkonsentrasi di teritori tertentu. Konflik terjadi karena setiap kelompok etnik tidak mengakui perbedaan kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Akibatnya, setiap etnik akan mengangkat etniknya pada level superior dan menjadikan etnik lain sebagai inferior.
Pada bab 11 membahas tentang migrasi. Migrasi adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, migrasi merupakan bagian integral dari perilaku manusia. Orang-orang selalu pindah dari daerah ke daerah lainnya dengan berbagai alasan. Yang dapat dikatakan migrasi antara lain orang yang kehilangan tempat tinggal, pengungsi, migrasi lintas benua, migrasi dari desa ke desa lain, perpindahan dari kota ke desa, dan migrasi musiman. Banyak faktor yang menyebabkan orang-orang untuk bermigrasi antara lain, pelanggaran hak asasi manusia, penindasan politik, kekerasan, ketidakstabilan politik, kelebihan penduduk, pengangguran, kemiskinan, bencana alam, dan kurangnya kesempatan mengenyam pendidikan. Faktor lain yang dapat menarik minat imigran adalah kesempatan kerja, upah yang lebih tinggi, stabilitas politik dan sosial, lingkungan yang sehat, kesempatan mengenyam pendidikan, dan berkumpul dengan keluarga. Senada dengan pernyataan diatas, Todaro dan Smith (2006) menyatakan migrasi internasional telang mempengaruhi keberhasilan pembangunan ekonomi Negara-negara barat. Negara-negara seperti Italia, Jerman, dan Irlandia, dahulu begitu sering dilanda kelaparan atau wabah penyakit yang hebat, ditambah lagi dengan kurangnya lahan serta terbatasnya kesempatan kerja telah memaksa pekerja-pekerja tidak terampil dari pedesaan untuk berpindah ke Negara-negara lain yang kekurangan tenaga kerja kasar. Sampai dengan pecahnya Perang Dunia pertama, migrasi internasional melibatkan jarak-jarak yang jauh dan untuk mencari tempat hidup baru yang permanen. Sedangkan pada periode berikutnya migrasi lebih banyak bersifat sementara. Meskipun demikian, faktor pendorong ekonomis terjadinya migrasi sama saja, yakni mencari kehidupan yang lebih baik di Negara asing. Selain itu tersedianya aneka fasilitas, seperti: kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial merupakan faktor pendorong lain terjadinya migrasi.



IV.   KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah globalisasi telah mempengaruhi sebagian besar aspek kehidupan manusia, bukan hanya yang berdampak pada diri sendiri tetapi juga mempengaruhi yang menyangkut kehidupan khayalak orang banyak. Globalisasi telah mempengaruhi sistem pemerintahan, politik dan budaya di beberapa negara di dunia. Selain itu globalisasi juga meningkatkan saling ketergantungan negara-negara di dunia, baik dari segi ekonomi maupun yang lainnya. Selain adanya pengaruh globalisasi dalam sistem pemerintahan peran agama yang menjadi mayoritas di suatu negara sering kali mempengaruhi sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara.
Globalisasi juga meningkatkan ketidaksetaraan antara negara kaya dan negara miskin. Hal ini menyebabkan semakin terpuruknya kondisi negara miskin. Sehingga menyebabkan kemiskinan yang ekstrim di suatu negara. Untuk menghadapi globalisasi suatu negara perlu melakukan rencana pembangunan. Tentu dalam pembangunan ada tantangan yang dihadapi oleh suatu negara seperti halnya kurangnya sumber daya alam, persaingan ekonomi, banyaknya populasi, perawatan kesehatan yang buruk, konflik etnis, ketidakstabilan politik, korupsi, dan kurangnya bantuan asing. Selain itu juga, dibutuhkan birokrasi yang kuat untuk menghadapi pengaruh globalisasi ini. Tantangan berikutnya adalah adanya konflik etnis di suatu negara bisa menyebabkan terhambatnya pembangunan suatu negara. Konflik etnis sering terjadi di negara-negara berkembang. Hal ini sangat rentan karena bisa mempengaruhi laju perkembangan dan pembangunan di negara tersebut. Satu hal lagi yang mempengaruhi laju pembangunan di suatu negara adalah hubungan luar negeri. Tidak bisa dipungkiri bahwa bantuan luar negeri sangat membantu pembangunan di suatu negara. Bantuan luar negeri mampu menyuntikkan dana yang besar, yang nantinya bisa dijadikan modal oleh suatu negara untuk meningkatkan pembangunan dan mempercepat pertumbuhan suatu negara baik dalam aspek ekonomi, budaya, sosial dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

Cleveland, Harlan. 1995. Lahirnya Sebuah Dunia Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Irianto. Sulistyowati. 2006. Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik: Komunaksi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKiS.
Payne, Richard j. dan Nassar, Jamar R. 2008. Polotics and culture in the developing world: the impact of globalization. US: Pearson Longman.
Pronk, J.P. 1993. Sedunia Perbedaan: Sebuah Acuan Baru Dalam Kerja Sama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Rodrik, Dani, dkk. 2005. Amerika Dan Dunia: Memperdebatkan Bentuk Baru Politik Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sirry, Mun’im A. 2003. Membendung Militansi Agama. Jakarta: Erlangga.
Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. 2004. Hermeneutika Pascakolonial. Yogyakarta: Kanisius.
Tjiptoheriyanto, Priyono dan Nagib, Laila. 2008. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Di Antara Peluang Dan Tantangan. Jakarta: Lipi Press.
Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2006. Economic Development. Jakarta: Erlangga.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Pembelajaran Pkn di SD

Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sosiologi: Individu dan Masyarakat