IPA "Makalah Asesmen dalam IPA"

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah
Setiap kegiatan pastilah memerlukan suatu bentuk penilaian yang tepat, sehingga dapat diketahui kegiatan tersebut mencapai keberhasilan yang diinginkan atau tidak. Penilaian atau assessmen yang digunakan disesuaikan dengan bentuk kegiatan serta tujuan diadakannya kegiatan tersebut. Kegiatan belajar mengajar juga merupakan suatu bentuk kegiatan yang memerlukan bentuk assessment yang tidak sembarangan. Terdapat banyak bidang studi yang diajarkan dalam pembelajaran, seperti IPA, IPS, Matematika, dan lain sebagainya. Assessmen penting dalam semua bidang studi. Untuk itu, sebaiknya  assessmen tidak hanya dilakukan diakhir kegiatan belajar saja, tetapi sesering mungkin. Assessmen yang baik tidak hanya memperhatikan satu aspek seperti ranah kognitif, misalnya: memori, tetapi juga aspek analisis dan aplikasi. Kemudian aspek afektif dan psikomotor pun perlu diperhatikan.
Banyak metode yang bisa diterapkan untuk mengadakan asessmen terhadap suatu objek, diantaranya: penilaian fortofolio, penilaian diri, penilaian sikap, penilaian formatif, penilaian sumatif, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diadakannya kegiatan tersebut. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan suatu bidang studi yang tidak hanya menuntut hasil dari pembelajaran, namun juga memperhatikan proses tercapainya hasil tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa semua aspek dalam pendidikan haruslah dilibatkan dengan baik. Aspek kognitif akan terlihat dari hasil belajar siswa, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor secara tidak langsung akan terlibat dan terlihat guna mencapai hasil yang diinginkan. Maka dari itu setiap proses belajar siswa hendaknya selalu diperhatikan. Keterampilan-keterampilan siswa dalam belajarpun harus selalau mendapatkan perhatian dari guru selaku penilai dalam proses pembelajaran. Keterampilan tersebut akan menunjukkan bagaimana siswa tersebut dapat melakukan proses belajar secara benar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Banyak jalan dapat ditempuh oleh guru dalam melakukan asessmen diberikan baik secara tertulis ataupun secara lisan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka diambillah topik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah asessmen dalam pembelajaran IPA khususnya di tingkat SD.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
a.      Apa pengertian assesmen?
b.      Apa tujuan diadakannya assesmen?
c.      Apa prinsip-prinsip assesmen?
d.      Apa fungsi dan peranan assesmen dalam pembelajaran IPA?
e.      Apa jenis-jenis assesmen yang digunakan dalam pembelajaran IPA?
f.       Bagaimana assesmen ranah kognitif dalam pembelajaran IPA?
g.      Bagaimana assesmen keterampilan proses dalam pembelajaran IPA?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
a.      Untuk mengetahui pengertian assesmen.
b.      Untuk mengetahui tujuan diadakannya assesmen.
c.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip assesmen.
d.      Untuk mengetahui fungsi dan peranan assesmen dalam pembelajaran IPA.
e.      Untuk mengetahui jenis-jenis assesmen yang digunakan dalam pembelajaran IPA.
f.       Untuk mengetahui assesmen ranah kognitif dalam pembelajaran IPA.
g.      Untuk mengetahui assesmen keterampilan proses dalam pembelajaran IPA.


1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a.    Bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang assesmen yang digunakan dalam pembelajaran IPA.
b.    Bagi guru
Setelah mengetahui berbagai jenis assesmen, guru bisa memilih jenis assesmen yang tepat untuk digunakan ketika mengadakan pembelajaran.
c.      Bagi penulis
Melalui penulisan makalah ini, penulis mendapatkan wawasan tentang berbagai jenis assesmen dan cara yang tepat untuk menggunakan assesmen tersebut ketika penulis sudah mengajar nanti.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Assesmen
Pengertian assesmen dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut.
a.    Menurut Suryanto (2009), assesmen adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
b.   Menurut Linn dan Gronlund (dalam Koyan, 2007), assesmen adalah semua rangkaian prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi hasil belajar peserta didik (misalnya: observasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis) dan pelaksanaan penilaian mengenai kemajuan belajar peserta didik.
c.    Menurut Robert M Smith (dalam Anonim, 2009), assesmen adalah suatu penilaian yang komperehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan sebagai dasar untuk menyususn suatu rancangan pembelajaran.
d.   Menurut Mulyadi (2011), assesmen adalah cara untuk melakukan pengukuran suatu kegiatan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa assesmen adalah semua rangkaian prosedur pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.

2.2 Tujuan Assesmen
Assesmen diadakan dengan beberapa tujuan, seperti yang dikemukakan oleh Dasyin (2010) mengemukakan bahwa tujuan assesmen adalah sebagai berikut.
a.                            Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar.
b.             Memonitor kemajuan siswa.
c.             Menentukan jenjang kemampuan siswa.
d.             Menentukan efektivitas pembelajaran.
e.             Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran.
f.              Mengevaluasi kinerja guru kelas.
g.             Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.

2.3 Prinsip-Prinsip Assesmen
Selain memiliki tujuan, assesmen juga memiliki prinsip-prinsip pelaksanaannya. Beberapa prinsip assesmen yang banyak dijumpai dalam kepustakaan tentang assesmen antara lain sebagai berikut.
a.    Proses yang transparan. Kegiatan assesmen dilakukan secara transparan artinya semua orang yang berkepentingan dapat mengetahui hasil dari assesmen tersebut.
b.   Memiliki validitas. Penilaan didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
c.    Sahih. Berarti soal atau tugas yang dikerjakan peserta didik harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dinilai.
d.   Adil. Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan gender.
e.    Terbuka. Prosedur assesmen, kriteria assesmen dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f.     Terpadu. Assesmen merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
g.    Menyeluruh dan berkesinambungan. Assesmen mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
h.   Bermakna. Assesmen hasil belajar oleh pendidik hendaknya  mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindak lanjuti oleh semua pihak, terutama guru, peserta didik, dan orang tua serta masyarakat.

2.4  Fungsi assesmen dalam pembelajaran IPA
Ditinjau dari fungsinya, assesmen dapat dibagi atas 4 bagian yaitu sebagai berikut.
a.    Sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, dan memperkaya pembelajaran IPA di kelas.
b.   Sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua murid tentang pentingnya IPA.
c.    Sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran.
d.             Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA.

2.5  Jenis-jenis dan peranan assesmen yang digunakan dalam pembelajaran IPA
Ada tiga jenis assesmen berdasarkan tujuan, yaitu assesmen diagnostik, assesmen formatif, dan assesmen sumatif. Assesmen digunakan untuk mengetahui hal-hal yang belum diketahui siswa, dan hal-hal yang telah diketahui siswa. Dengan kata lain, assesmen diagnostik dalam pembelajaran IPA bertujuan untuk melacak miskonsepsi IPA secara dini.
Assesmen formatif bertujuan untuk mengetahui hal yang dipelajari oleh siswa, untuk mendapatkan balikan dari siswa-siswa apakah perlu mengadakan modifikasi metode pembelajaran atau rancangan pembelajaran, memberikan balikan dalam bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Assesmen formatif diberikan disetiap proses pembelajaran, dapat dilakukan pada setiap sub pokok bahasan atau setiap pokok bahasan.
Assesmen sumatif dilangsungkan sesudah proses pembelajaran berakhir. Assesmen sumatif berguna untuk menilai berapa banyak yang dapat diserap oleh siswa dan untuk mendapatkan nilai akhir siswa.
           
Jenis Assesmen
Saat Assesmen
Alasan Assesmen
Cara Pelaksanaan Assesmen
Diagnostik
Sebelum pembelajaran
Mendeteksi kebutuhan murid, Medeteksi miskonsepsi, dan apa – apa yang sudah dan apa – apa yang belum diketahui murid
Empat cara:a.tes tertulis (tes pensil & dan kertas)
b.laporan tertulis proyek yang di kerjakan murid
c.P ortofolio
d.Observasi dan kinerja murid
Formatif
Selama pembelajaran
Untuk mendapatkan balikan segera untuk memodifikasi pembelajaran konsep, atau membimbing murid dalam menyelesaikan tugas
Sumatif
Setelah pembelajaran
Untuk mengumpulkan nilai, mengases beberapa banyak yang di serap murid

Peranan assesmen dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut.
a.             Peranan assesmen diagnostik
Assesmen diagnostik dapat membantu guru mengidentifkasi minat kelebihan dan kelemahan siswa dalam bidang studi IPA. Data diagnostik juga dapat membantu guru untuk melihat apakah seorang siswa memerlukan bantuan dalam belajar atau tidak. Disamping itu data diagnostik dapat juga memberi informasi tentang perbedaan-perbedaan cara belajar siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan motivasi anak untuk belajar. Minat dan motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut.
1)  Mengajak siswa menjadi rekan yang aktif dalam proses pembelajaran dan mulai membiasakan sedikit demi sedikit melepaskan mereka dari situasi dimana mereka hanya sebagai pendengar yang aktif.
2)  Mengajak siswa menetapkan tujuan pembelajaran yang realistis bagi dirinya dan selalu menginformasikan kemajuan mereka dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
3)  Membimbing siswa agar menjadi mandiri dalam belajar dan dapat melihat dimana atau bagaimana prestasi akademis pada saat ini dan masa mendatang.
4)  Menunjukkan bahwa kita benar-benar perduli akan keberhasilan mereka.
b.             Peranan assesmen formatif
Kadang-kadang diperlukan assesmen ditengah-tengah pembelajaran bila guru merasakan bahwa murid-murid mendapat kesulitan, maka sebaiknya diadakan assesmen mendapatkan data bagaimana caranya untuk memodifikasi sebagian atau keseluruhan pembelajaran. Assesmen formatif juga dapat dilaksanakan bila murid-murid kehilangan arah dalam menyelesaikan tugas. Teknik assesmen sangat tergantung kepada kebutuhan murid dan pertimbangan guru. Assesmen dapat dilaksanakan untuk perorangan atau kelompok. Jenis tesnya dapat berbentuk lisan atau tulisan, atau dapat juga berbentuk unjuk kerja murid terutama untuk penguasaan keterampilan proses IPA.
c.             Peranan assesmen sumatif
Assesmen ini dilakukan terutama untuk mendapatkan nilai akhir, untuk menjaring data seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-murid, sebelum beralih ke pokok bahasan berikutnya. Dalam hal ini peranan assesmen sumatif erat hubungannya dengan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting. Dari tujuan umum pembelajaran ini dapat dirumuskan tujuan khusus pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang jelas akan memudahkan perancangan assesmen.
Ranah kognitif masih tetap mendapat penekanan khusus dalam tujuan pembelajaran meskipun pakar-pakar pendidikan IPA memasukkan ranah afektif dan psikomotor. Menurut Bloom ada enam tingkat intelegensia dalam ranah kognitif yaitu:
1)       pengetahuan tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip,
2)                pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide),
3)                penerapan (menerapkan fakta-fakta dan ide pada situasi baru),
4)       analisa (memecahkan/membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubungan satu sama lain),
5)                sintesa (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide),
6)                evaluasi (menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide),

Dua tingkat intelegensia yang pertama yaitu pengetahuan dan pemahaman dikategorikan ke dalam golongan berpikir tingkat rendah, sedangkan keempat tingkat intelegensia berikutnya dikategorikan kedalam golongan berpikir tingkat tinggi.
Menurut hasil penelitian, guru-guru hanya menuntut dari murid-muridnya penguasaan berpikir  tingkat rendah yaitu pengetahuan yang memerlukan hafalan belaka. Aspek-aspek penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi hamper selalu diabaikan.

2.6   Assesmen ranah kognitif dalam pembelajaran IPA
Assesmen dalam ranah kognitif dapat dilakukan melalui enam cara, yaitu sebagai berikut.
a.                            Mempergunakan tes tertulis atau tes pensil dan kertas.
b.             Mempergunakan observasi guru atas kinerja murid.
c.    Mempergunakan tes gambar-gambar yang dibubuhi sedikit tulisan atau kata-kata.
d.             Mempergunakan jurnal murid-murid.
e.             Mempergunakan peta konsep.
f.              Portofolio.
Cara yang paling umum digunakan untuk mengetahui prestasi murid setelah proses pembelajaran adalah dengan tes tertulis atau pensil dan kertas. Tetapi, penyusunan tes tertulis yang baik untuk aspek kognitif mempunyai kesulitan tersendiri. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat tes menurut Mardapi (dalam Rasyid dan Mansur, 2008) adalah sebagai berikut.
a.                         Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini: (1) menentukan tujuan tes, (2) menyusun kisi-kisi tes, (3) memilih bentuk tes, dan (4) menentukan panjang tes.

1)  Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pedidikan, yaitu: tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Untuk tujuan penempatan, suatu tes dilaksanakan pada awal pembelajaran. Hasil dari tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Tes sumatif diberikan diakhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar siswa untuk mata pelajaran tertentu.
2)  Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan tujuan pelajaran, pokok dan sub pokok bahasan, uraian materi, dan indikator. Sedang baris menyatakan tujuan yang akan diukur atau diujikan. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
a)   menulis tujuan umum pelajaran,
b)  membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan,
c)   menentukan indicator,
d)  menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
3)  Menentukan bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
4)  Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes.

b.                         Menulis butir soal
Penulisan butir soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang talah dibuat.
c.                         Menelaah soal
Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatan soal masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Penelaahan butir soal terbagi kedalam 2 bagian, yaitu telaah secara kualitatif (teoritis) dan telaah secara kuantitatif (empirik).
1)  Telaah Kualitatif
Telaah butir soal secara kualitatif dilakukan terhadap aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa. Aspek materi berkaitan dengan substansi mata pelajaran yang ditanyakan serta tingkat berpikir yang terlibat didalamnya. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, baik untuk soal objektif maupun soal non-objektif. Aspek bahasa berkaitan dengan kekomunikatifan/kejelasan hal yang dinyatakan, sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh siswa.
2)  Telaah Kuantitatif
Telaah butir soal kuantitatif menekankan pada telaah karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empirik. Karakteristik internal yang dimaksud meliputi parameter butir soal tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.
d.                         Melakukan uji coba
Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data: reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain.
e.    Menganalisis butir soal
Melalui analisis butir soal dapat diketahui antara lain: tingkat kesukaran butir soal, daya beda, dan juga efektivitas pengecoh.


f.                          Memperbaiki tes
Setelah di analisis, kemudian melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
g.                  Merakit tes
Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes.
h.                         Melaksanakan tes
Tes yang telah disusun diberikan kepada testee untuk diselesaikan, pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
i.                           Menafsirkan hasil tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini lalu dikaitkan dengan acuan penilaian.

            Selain mengetahui langkah-langkah menyususun tes, perlu juga diketahui bentuk-bentuk tes. Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif disni dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang non-objektif adalah sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik materi yang diujikan. Bentuk-bentuk tes adalah sebagai berikut.
1.        Tes Lisan di Kelas
            Pernyataan lisan yang diajukan di kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cendrung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.


2.   Bentuk Benar Salah
            Tes benar salah merupakan salah satu dari kelima jenis tes tertulis yang digunakan untuk menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Butir-butir soal tes benar salah terdiri dari serangkaian pertanyaan yang ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan jawaban yang bernilai benar atau salah. Tes bentuk benar salah terdiri dari dua macam, yaitu: tes benar salah dengan pembetulan dan tes benar salah tanpa pembetulan. Pada tes benar salah dengan pembetulan testee diminta memberikan pembetukan atas pertanyaan yang salah tersebut. Sedangkan pada tes benar salah tanpa pembetulan, testee hanya diminta memilih jawaban benar atau salah saja.
Beberapa kelemahan tes benar salah adalah memiliki makna ganda, mengukur capaian prestasi siswa dan mendorong terjadinya tebakan, siswa dapat menjawab dengan benar jawabannya tanpa memerlukan pengetahuan tentang jawaban tersebut. Sudjana (dalam Rasyid dan Mansur, 2008) memberikan beberapa kaidah yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penulisan soal bentuk benar salah, adalah sebagai berikut.
a.    Hindari pernyataan yang mengandung kata kadang-kadang, selalu, umumnya, sering kali, tidak ada, tidak pernah.
b.   Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku.
c.    Hindari pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang masih bisa diperdebatkan kebenarannya.
d.   Hindari penggunaan pernyataan negatif ganda, misalnya padi tidak tunbuh di tempat yang beriklim panas.
e.    Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak terlalu panjang.
f.     Susunlah pernyataan-pernyataan benar-salah secara acak.
3.   Bentuk Pilihan Ganda
     Tes pilihan ganda digunakan untuk menguji informasi pengetahuan faktual atau pemahaman terhadap materi pelajaran. Manfaat tes pilihan ganda diantaranya butir-butirnya dapat didesain untuk mengukur kemampuan interpretasi, membedakan, memilih, dan aplikasi dari fakta-fakta atau konsep yang telah dipelajari siswa. Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
     Mardapi (dalam Rasyid dan Mansur, 2008) memberikan pedoman utama dalam pembuatan butir soal untuk pilihan ganda, yaitu sebagai berikut.
a.                  Pokok soal harus jelas
b.                  Isi pilihan jawaban homogen
c.                  Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
d.                  Tidak ada petunjuk jawaban benar
e.                  Hindari menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah
f.                   Pilihan jawaban angka diurutkan
g.                  Semua pilihan jawaban logis
h.                  Jangan menggunakan negatif ganda
i.                    Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes
j.                    Bahasa Indonesia yang digunakan komunikatif
k.                  Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
a.    stem, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang berisi  permasalahan yang akan dinyatakan,
b.                  option, yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban,
c.                  kunci, yaitu jawaban yang benar,
d.                  distractor, yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban (pengecoh).
     Penggunaan tes bentuk pilihan ganda, memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut.
a.             Guru tidak mengetahui bagaimana cara siswa sampai pada jawaban itu.
b.   Tes pilihan ganda yang baik memerlukan waktu yang lama dalam penyusunannya.
c.    Tes pilihan ganda ini tidak tepat untuk kelas-kelas rendah atau anak-anak yang memiliki tingkat baca rendah.
d.   Tidak dapat dipakai untuk masalah-masalah lingkungan atau untuk keterampilan proses.


4.   Bentuk Uraian
     Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
     Kelebihan atau keunggulan tes uraian adalah sebagai berikut.
a.    Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
b.   Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
c.    Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis.
d.   Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).
e.    Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.
     Kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini anatara lain adalah sebagai berikut.
a.    Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.
b.   Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya.
c.    Tes ini kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu yang lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlahnya relatif besar.
5.   Bentuk Jawaban Singkat
     Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi pengambil tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk. Ada 3 jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi. Kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah sebagai berikut.
a.             Soal harus sesuai dengan indikator
b.             Jawaban yang benar hanya satu
c.             Rumusan kalimat soal harus komuikatif
d.             Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
e.             Tidak menggunakan bahasa lokal
6.   Bentuk Menjodohkan
     Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Kelompok sebelah kanan merupakan bagian yang berisi jawaban yang jumlahnya lebih banyak dari soal yang ada.
     Kelebihan bentuk soal menjodohkan adalah sebagai berikut.
a.             Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
b.   Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
c.    Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasa atau subpokok bahasan yang lebih luas.
     Disamping memiliki kelebihan, bentuk soal menjodohkan juga memiliki kelemahan, sebagai berikut.
a.             Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan.
b.   Sukar untuk menentukan materi pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan.
     Kaidah-kaidah pokok penulisan soal jenis menjodohkan adalah sebagai berikut.
a.    Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogeni.
b.   Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti.
c.    Soal harus sesuai dengan indikator.
d.   Gunakan simbol yang berlaianan untuk pertanyaan dan jawaban.
e.    Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis.
f.      Alternatif jawaban harus nyambung dengan premis.
g.    Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
h.   Susunlah soal menjodohkan dalam satu halaman yang sama.
i.      Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
j.      Tidak menggunakan bahasa lokal.
     Tes terulis mempunyai kelemahan-kelemahan sehingga sebaiknya dilengkapi dengan bentuk tes yang lain. Kelemahan-kelemah tes tertulis adalah tidak dapat dipakai untuk mengetes siswa dalam keterampilan proses IPA sebab dalam hal ini siswa memperagakan/mempertunjukkan kemampuan menerapkan satu atau lebih keterampilan berdasarkan pengetahuan mereka suatu konsep. Kelemahan yang lain adalah hasilnya dengan saat pembelajaran waktunya terpaut cukup jauh sehingga jika diperlukan perubahan-perubahan dalam proes pembelajaran akan terlambat jika hanya mengandalkan pada tes ini.
     Cara lain untuk menilai kemampuan siswa adalah mempergunakan pengamatan guru. Pengamatan guru dapat dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan dan memperhatikan jawaban siswa satu demi satu atau kelompok. Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat, guru dapat melihat apakah siswa memahami konsep dan proses IPA, apakah murid memiliki miskonsepsi dalam IPA sehingga dapat diperbaiki secara dini.

2.7   Assesmen keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
Kadang-kadang terjadi murid-murid yang nyata-nyata memahami konsep dalam topik dan berperan serta secara aktif di dalam diskusi kelas ternyata gagal dalam tes tertulis. Dalam kasus seperti ini, gambar dapat dipakai untuk menilai aspek-aspek yang lebih luas daripada aspek pengetahuan. Kalsifikasi, prinsip-prinsip dan teori-teori dapat dites mempergunakan gambar-gambar. Perlu diingat bahwa pemilihan gambar yang komunikatif sesuai dengan kebutuhan akan sangat bermanfaat sehingga tes tidak terlalu mengandalkan kata-kata atau terlalu banyak tulisan.
1)     Kemampuan Observasi
Kemampuan observasi merupakan kemampuan mengumpulkan informasi dengan mempergunakan semua indera atau memakai alat untuk membantu indera.
Berikut ini merupakan contoh dari assesmen keterampilan observasi dengan menggunakan tes yang memanfaatkan gambar-gambar.
a)     Kebiasaan bersikap dalam posisi miring dapat menyebabkan skoliosis yaitu tulang punggung bengkok ke kiri atau ke kanan. Di antara gambar di bawah ini, posisi duduk yang menyebabkan penyakit skoliosis adalah gambar?
  
                                    A                                 B                                 C


2)     Kemampuan Mengklasifikasikan
Kemampuan mengklasifikasikan merupakan keterampilan untuk menggolongkan objek pengamatan atas dasar perbedaan dan persamaan sifat yang dimiliki. Kalsifikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan pengamatan. Bentuk yang paling sederhana adalah menggolongkan atas dasar kriteria tertentu. Kriteria itu dapat berupa warna, bentuk, ukuran, bahan, jenis kelamin dan sebagainya.
Berikut ini merupakan contoh dari assesmen keterampilan mengklasifikasikan dengan menggunakan tes yang memanfaatkan gambar-gambar.
b)     Berikut ini adalah gambar-gambar untuk mengklasifikasikan jenis-jenis bahan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Beri tanda (v) pada masing-masing kolom sesuai dengan gambar jenis makanan yang ditunjukkan.


Jenis Makanan
Karbohidrat
Lemak
Protein

 
Daging Babi




Ikan




Mentega




Beras




Buah Jeruk




Tempe




Telur




Keju




Tahu




Susu




Daging Ayam




3.      Keterampilan Memprediksi
Keterampilan memprediksi adalah suatu keterampilan untuk dapat memperkirakan atau meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur atau menguji keterampilan memprediksi siswa.
Sebuah pedati dengan balok tegak lurus diatasnya sedang bergerak di depan.

 




Manakah gambar dibawah ini yang mungkin terjadi apabila pedati tiba-tiba distop?
A.   


A.     




 
B.      



C.      




D.     







4.      Keterampilan Inferensi
Keterampilan inferensi disebut juga keterampilan menyimpulkan, yaitu merupakan kemampuan untuk menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul atau terdsedia.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang menguji keterampilan inferensi siswa.
Anik membuka 15 buah kacang panjang, menghitung bijinya dan mancatatnya ke dalam table berikut.
Jumlah biji
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah buah
-
1
-
5
4
-
4
1
Jumlah buah yang paling banyak mempunyai jumlah biji yang sama adalah?


a.      4 buah
b.      8 buah
c.      5 buah
d.      1 buah



5.      Keterampilan Kuantifikasi
Keterampilan kuantifikasi adalah keterampilan mengolah data-data yang telah ada menggunakan rumus-rumus dan penalaran yang sesuai dengan data yang diperoleh. Keterampilan kuantifikasi ini merupakan keterampilan pengukuran yang dimiliki siswa dalam mengolah datanya.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang menguji keterampilan kuantifikasi.
Kira-kira berapa kotak kecil dapat termuat ke dalam kotak besar pada gambar berikut ini?




6.     Keterampilan Komunikasi
Keterampilan Komunikasi adalah keterampilan untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tertulis. Keterampilan ini sangat penting dikembangkan pada siswa demi hari ke depannya.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat mengasah keterampilan komunikasi siswa.
Di bawah ini table tenperatur dalam waktu yang berbeda selama 3 hari
     Waktu
Hari
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
Senin
15˚C
17˚C
20˚C
21˚C
19˚C
Selasa
15˚C
15˚C
15˚C
10˚C
9˚C
Rabu
8˚C
10˚C
14˚C
14˚C
13˚C

Untuk mengisi table tersebut di atasdiperlukan….


a.      Neraca dan arloji
b.      Neraca dan thermometer
c.      Barometer dan arloji
d.      Arloji dan termometer



7.      Keterampian Interpretasi
Keterampilan interpretasi adalah keterampilan untuk dapat menafsirkan data. Keterampilan interpretasi ini berbeda dengan keterampilan memprediksi, perbedaannya terletak pada pemberian makna pada data yang diperoleh. Menginterpretasi yaitu menafsirkan hasil dari data yang telah ada dan dianalisis, sedangkan memprediksi yaitu menafsirkan hasil di luar data yang ada (angan-angan).
Berikut adalah contoh pertanyaan yang menguji keterampilan menginterpretasi siswa.

 




Demonstrasi tersebut mendukung pendapat bahwa:
a.      Prisma dapat merubah satu warna ke warna yang lain
b.      Prisma tidak dapat memantulkan dan membiaskan cahaya
c.      Cahaya putih adalah kumpulan berbagai jenis cahaya warna
d.      Cahaya berwarna sebenarnya kumpulan berkas cahaya putih

Contoh-contoh di atas merupakan panduan antara tes tulis dengan unjuk kinerja sebab siswa diminta untuk melakukan kegiatan untuk menunjukkan pengetahuannya. Cara lain untuk dapat menilai kemampuan siswa di dalam pelajaran IPA adalah dari buku jurnal IPA. Dalam pembelajaran siswa bisa diminta untuk membuat jurnal yang berupa catatan-catatan, pengamatan selama melakukan percobaan-percobaan. Siswa dapat diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam petunjuk percobaan secara tertulis. Tidak hanya mengukur kemampuan siswa di bidang IPA, namun bermanfaat juga untuk mengukur kemampuan siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Assesmen adalah semua rangkaian prosedur pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
     Tujuan assesmen adalah a) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar, b) memonitor kemajuan siswa, c) menentukan jenjang kemampuan siswa, d) menentukan efektivitas pembelajaran, e) mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran, f) mengevaluasi kinerja guru kelas.
Prinsip assesmen adalah a) proses yang transparan, b) memiliki validitas, c) sahih, d) adil, e) terbuka, f) terpadu, g) menyeluruh dan berkesinambungan, h) bermakna.
Fungsi assesmen adalah a) sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, dan memperkaya pembelajaran IPA di kelas, b) sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang tua murid tentang pentingnya IPA, c) sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran, d) sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA.
Ada tiga jenis assesmen berdasarkan tujuan, yaitu assesmen diagnostik, assesmen formatif, dan assesmen sumatif. Peranan assesmen diagnostic adalah membantu guru mengidentifkasi minat kelebihan dan kelemahan siswa dalam bidang studi IPA, membantu guru untuk melihat apakah seorang siswa memerlukan bantuan dalam belajar atau tidak, untuk meningkatkan minat dan motivasi anak untuk belajar. Assesmen formatif dapat dilaksanakan bila murid-murid kehilangan arah dalam menyelesaikan tugas. Peranan assesmen sumatif adalah untuk menjaring data seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-murid, sebelum beralih ke pokok bahasan berikutnya.
Assesmen dalam ranah kognitif dapat dilakukan melalui enam cara, yaitu a) mempergunakan tes tertulis atau tes pensil dan kertas, b) mempergunakan observasi guru atas kinerja murid, c) mempergunakan tes gambar-gambar yang dibubuhi sedikit tulisan atau kata-kata, d) mempergunakan jurnal murid-murid, e) mempergunakan peta konsep, d) portofolio.
Assesmen dalam keterampilan proses dalam pembelajaran IPA terdiri dari a) kemampuan observasi, b) keterampilan klasifikasi, c) keterampilan memprediksi, d) keterampilan inferensi, e) keterampilan komunikasi.
    
3.2 Saran

Sebagai guru dan calon guru sebaiknya memahami assesmen IPA dengan baik agar dapat melakukan penilaian yang tepat sasaran.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Pembelajaran Pkn di SD

Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sosiologi: Individu dan Masyarakat