Sosioligi: Interaksi Sosial
INTERAKSI
SOSIAL
Setiap hari
kita pasti bergaul atau berhubungan dengan teman, orang tua, saudara, maupun
orang-orang yang ada di sekitar kita. Aktivitas bergaul dengan orang lain itu
kita sebut dengan interaksi sosial.
1. Pengertian Interaksi Sosial
Kodrat
manusia sebagai makhluk sosial adalah keinginannya untuk selalu hidup bersama
dengan orang lain dalam suatu kelompok atau masyarakat. Tidak seorang pun di
dunia ini yang mampu hidup sendiri tanpa melakukan hubungan atau kerja sama
dengan orang lain. Karena pada kodratnya manusia memiliki keterbatasan dan
sejak lahir sudah dibekali dengan naluri untuk berhubungan dengan orang lain.
Misalnya, seorang balita memerlukan perawatan dan bantuan ibunya karena ia
belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Selanjutnya, ia memerlukan
pemeliharaan kesehatan, pendidikan, dan pergaulan.
Dari contoh
tersebut jelas bahwa pada dasarnya kita selalu membutuhkan orang lain. Kita
membutuhkan banyak hal dalam hidup kita. Semua kebutuhan hidup itu hanya dapat
kita penuhi dengan jalan mengadakan hubungan sosial dengan orang-orang yang ada
di sekitar kita. Melalui hubungan itu kita menyampaikan maksud, tujuan, dan
keinginan untuk mendapatkan tanggapan (reaksi) dari pihak lain. Hubungan timbal
balik (aksi dan reaksi) inilah yang kita sebut interaksi sosial. Jadi apakah
yang dimaksud dengan interaksi sosial? Interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan
individu, antara individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok,
baik berbentuk kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian.
2. Jenis-Jenis Interaksi Sosial
Seperti
terlihat dalam definisi di atas, interaksi sosial selalu melibatkan dua orang
atau lebih. Oleh karena itu, terdapat tiga jenis interaksi sosial, yaitu interaksi
antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara
individu dengan kelompok.
a.
Interaksi antara Individu dengan Individu
Pada saat dua individu bertemu,
walaupun tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya interaksi sosial
telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang
menyebabkan perubahan dalam diri masingmasing. Seperti minyak wangi, bau
keringat, bunyi sepatu ketika berjalan, dan hal-hal lain yang bisa mengundang
reaksi orang lain. Interaksi jenis ini selain tidak harus konkret seperti telah
dijelaskan di atas, juga bisa sangat konkret. Wujudnya antara lain berjabat
tangan, saling bercakap-cakap, saling menyapa, dan lain-lain.
b.
Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi jenis ini terjadi pada
kelompok sebagai satu-kesatuan, bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok
yang bersangkutan. Maksudnya kepentingan individu dalam kelompok merupakan
satu-kesatuan yang berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.
Contohnya pertandingan antartim kesebelasan sepak bola. Mereka bermain untuk
kepentingan kesebelasannya (kelompok).
c.
Interaksi antara Individu dengan Kelompok
Interaksi antara individu dengan
kelompok menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan
kelompok. Bentuk interaksi ini berbeda-beda sesuai dengan keadaan. Contohnya
seorang guru yang mengawasi murid-muridnya yang sedang mengerjakan ujian. Dalam
hal ini seorang guru sebagai individu berhubungan dengan murid-muridnya yang berperan
sebagai kelompok.
3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat utama
terjadinya suatu interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social
contact) dan komunikasi (communication) .
a.
Kontak Sosial
Kontak berasal dari kata Latin cum
atau con yang berarti bersama-sama, dan tangere yang memiliki
arti menyentuh. Jadi, secara harafiah kontak berarti bersama-sama menyentuh.
Dalam pengertian sosiologis, kontak merupakan gejala sosial, di mana orang
dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa mengadakan sentuhan fisik,
misalnya berbicara dengan orang lain melalui telepon, surat, dan sebagainya.
Jadi, kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok dalam bentuk isyarat
yang memiliki makna bagi si pelaku dan si penerima, dan si penerima membalas
aksi itu dengan reaksi.
Kita membedakan kontak berdasarkan
cara, sifat, bentuk, dan tingkat hubungannya.
1)
Berdasarkan Cara
Kita mengenal dua macam kontak
dilihat dari caranya, yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung.
a) Kontak langsung terjadi secara
fisik. Misalnya dengan berbicara, tersenyum, atau bahasa gerak (isyarat).
b) Kontak tidak langsung terjadi
melalui media atau perantara tertentu, seperti pesawat telepon, radio,
televisi, telegram, surat, dan lain-lain.
2)
Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, kita mengenal
tiga macam kontak, yaitu kontak antarindividu, antara individu dengan kelompok,
dan antara kelompok dengan kelompok.
a) Kontak antarindividu, misalnya
tindakan seorang anak mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya.
b) Kontak antara kelompok dengan
kelompok, misalnya pertandingan bola voli antarsiswa SMA se-Jakarta.
c) Kontak antara individu dengan
kelompok, misalnya tindakan seorang guru yang sedang mengajar siswanya agar
mereka mempunyai persepsi yang sama tentang sebuah masalah. Contohnya guru tari
yang melatih beberapa murid, sehingga terjadi persamaan gerak di antara mereka.
3)
Berdasarkan Bentuk
Dilihat dari bentuknya, kita mengenal
dua macam kontak, yaitu kontak positif dan kontak negatif.
a) Kontak positif mengarah pada suatu
kerja sama. Misalnya seorang pedagang melayani pelanggannya dengan baik dan si
pelanggan merasa puas dalam transaksi tersebut.
b) Kontak negatif mengarah pada suatu
pertentangan, bahkan berakibat putusnya interaksi sebagaimana tampak dalam
perang Lebanon dan Israel.
4)
Berdasarkan Tingkat Hubungan
Menurut tingkat hubungannya, kita
mengenal kontak primer dan kontak sekunder.
a) Kontak primer terjadi apabila
orang yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan bertatap muka. Misalnya
orang yang saling berjabat tangan, saling melempar senyum, dan sebagainya.
b) Kontak sekunder memerlukan suatu
perantara atau media, bisa berupa orang atau alat. Selain itu juga dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya
berbicara melalui telepon.
Adapun contoh kontak sekunder tidak
langsung dapat kamu pahami dari cerita berikut ini. "Toni berkata kepada
Sigit bahwa Ani mengagumi permainannya sebagai pemegang peran utama dalam
pementasan sandiwara yang lalu. Ani mendapat ucapan terima kasih dari Sigit
atas pujiannya melalui Toni". Dari cerita tersebut dapat diketahui bahwa
walaupun Toni sama sekali tidak bertemu dengan Ani, tetapi di antara mereka
telah terjadi suatu kontak karena masing-masing memberi tanggapan.
b.
Komunikasi
Dalam berinteraksi dengan
kawan-kawanmu, tentu kamu juga melakukan komunikasi. Apakah komunikasi itu?
Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan gerakgerik fisik, ataupun
perasaan. Selanjutnya, dari sini timbul sikap dan ungkapan perasaan, seperti
senang, ragu, takut, atau menolak, bersahabat, dan sebagainya yang merupakan
reaksi atas pesan yang diterima. Saat ada aksi dan reaksi itulah terjadi
komunikasi. Jadi, komunikasi adalah tindakan seseorang menyampaikan pesan
terhadap orang lain dan orang lain itu memberi tafsiran atas sinyal tersebut
serta mewujudkannya dalam perilaku.
Dari uraian di atas, tampak bahwa
komunikasi hampir sama dengan kontak. Namun, adanya kontak belum tentu berarti
terjadi komunikasi. Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan
dan tujuan bersama antara masing-masing pihak.
Dalam komunikasi terdapat empat
unsur, yaitu pengirim, penerima, pesan, dan umpan balik.
1) Pengirim (sender) atau
yang biasa disebut communicator adalah pihak yang mengirimkan pesan
kepada orang lain.
2) Penerima ( receiver) yang biasa
disebut communicant adalah pihak yang menerima pesan dari sender
.
3) Pesan ( message) adalah
isi atau informasi yang disampaikan pengirim kepada penerima.
4) Umpan balik ( feed back)
adalah reaksi dari penerima atas pesan yang diterima.
4. Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Interaksi
sosial yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat pada hakikatnya
mempunyai ciri-ciri berikut ini.
a. Jumlah pelaku lebih dari satu
orang, artinya dalam sebuah interaksi sosial, setidaknya ada dua orang yang
sedang bertemu dan mengadakan hubungan.
b. Ada komunikasi antarpelaku dengan
menggunakan simbolsimbol, artinya dalam sebuah interaksi sosial di dalamnya
terdapat proses tukar menukar informasi atau biasa disebut dengan proses
komunikasi dengan menggunakan isyarat atau tanda yang dimaknai dengan
simbol-simbol yang hendak diungkapkan dalam komunikasi itu.
c. Ada dimensi waktu (masa lampau,
masa kini, dan masa mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang
berlangsung, artinya dalam proses interaksi dibatasi oleh dimensi waktu
sehingga dapat menentukan sifat aksi yang sedang dilakukan oleh orang-orang
yang terlibat dalam interaksi.
d. Ada tujuan-tujuan tertentu,
terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh
pengamat, artinya dalam sebuah interaksi sosial, orang-orang yang terlibat di
dalamnya memiliki tujuan yang diinginkan oleh mereka. Apakah untuk menggali
informasi, atau sekedar beramah-tamah atau yang lainnya.
5. Faktor-Faktor yang Mendasari
Interaksi Sosial
Interaksi
yang terjadi di masyarakat didasarkan pada berbagai faktor, antara lain
imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Faktor-faktor
tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah ataupun saling berkaitan.
a.
Imitasi
Imitasi merupakan suatu tindakan
meniru sikap, tingkah laku, atau penampilan orang lain. Tindakan ini pertama
kali dilakukan manusia di dalam keluarga dengan meniru kebiasaan-kebiasaan
anggota keluarga yang lain, terutama orang tuanya. Imitasi akan terus
berkembang ke lingkungan yang lebih luas, yaitu masyarakat. Dewasa ini proses
imitasi dalam masyarakat semakin cepat dengan berkembangnya media masa, seperti
televisi dan radio. Dalam interaksi sosial, imitasi dapat bersifat positif, apabila
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
sehingga tercipta keselarasan dan keteraturan sosial.
Namun, imitasi juga dapat berpengaruh
negatif, apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Akibatnya
berbagai penyimpangan sosial terjadi di masyarakat yang dapat melemahkan
sendi-sendi kehidupan sosial budaya. Imitasi yang berlebihan dapat melemahkan
bahkan mematikan daya kreativitas manusia.
b.
Sugesti
Sugesti adalah cara pemberian suatu
pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu,
sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa
berpikir secara kritis dan rasional. Sugesti terjadi karena pihak yang menerima
anjuran itu tergugah secara emosional dan biasanya emosi ini menghambat daya
pikir rasionalnya.
Sugesti umumnya dilakukan dari
orang-orang yang berwibawa, mempunyai sifat otoriter, atau kelompok mayoritas
dalam masyarakat. Selain itu juga dapat dilakukan oleh orang tua atau orang
dewasa kepada anak-anak, maupun iklan di berbagai media massa. Contohnya
seorang dokter anak yang membujuk atau memengaruhi pasiennya untuk minum obat
agar cepat sembuh.
c.
Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan
atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi 'sama' dengan orang lain yang
menjadi idolanya. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari imitasi dan
sugesti. Dengan identifikasi seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan
orang lain, atau 'mengidentikkan' dirinya dengan orang lain. Proses
identifikasi ini tidak hanya meniru pada perilakunya saja, bahkan menerima
kepercayaan dan nilai yang dianut orang lain tersebut menjadi kepercayaan dan
nilainya sendiri. Jadi, proses identifikasi dapat membentuk kepribadian
seseorang.
Bagaimana identifikasi berlangsung?
Proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan di mana seseorang yang
melakukan identifikasi benar-benar mengenal orang lain yang menjadi tokoh atau
idolanya, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui televisi). Contohnya
seorang remaja yang mengubah penampilannya, mulai dari cara berpakaian, cara
berbicara, dan model rambut sesuai dengan artis idolanya. Ia
mengidentifikasikan dirinya dengan artis tersebut.
d.
Simpati
Simpati adalah perasaan 'tertarik'
yang timbul dalam diri seseorang dan kemampuan untuk merasakan diri kita
seolaholah berada dalam keadaan orang lain. Simpati bisa disampaikan kepada
seseorang, kelompok, atau institusi. Dalam simpati seseorang ikut larut merasakan
apa yang dialami, dilakukan, dan diderita oleh orang lain. Misalnya kita merasa
sedih melihat penderitaan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah gempa dan
tsunami di daerah Pangandaran, Tasikmalaya, Jawa Barat.
e.
Motivasi
Motivasi merupakan dorongan,
rangsangan, pengaruh yang diberikan oleh individu kepada individu lain,
sehingga individu yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang
diberikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi
juga dapat diberikan oleh individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok,
atau bahkan kelompok kepada individu. Contohnya untuk memotivasi semangat
belajar siswanya, seorang guru memberikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
materi yang telah disampaikan.
f.
Empati
Empati adalah proses kejiwaan
seseorang untuk larut dalam perasaan orang lain, baik suka maupun duka.
Contohnya apabila kamu melihat orang tua temanmu meninggal dunia. Kamu tentu
ikut merasakan penderitaan dan kesedihan temanmu. Kamu seolah-olah juga ikut merasakan
kehilangan seperti yang dirasakan oleh temanmu.
6. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Gillin
dan Gillin, ada dua macam proses sosial yang timbul akibat
interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
a.
Proses Asosiatif
Pada hakikatnya proses ini mempunyai
kecenderungan untuk membuat masyarakat bersatu dan meningkatkan solidaritas di
antara anggota kelompok. Kita mengenal empat bentuk proses asosiatif, yaitu
kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
1)
Kerja Sama ( Cooperation
)
Kerja sama merupakan bentuk interaksi
sosial yang pokok. Kerja sama dilakukan oleh manusia dalam masyarakat dengan
tujuan agar kepentingannya lebih mudah tercapai. Kerja sama merupakan suatu
usaha bersama antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan
sesamanya, yang dimulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam
lingkungan yang lebih luas, yaitu masyarakat. Kerja sama dalam masyarakat
muncul karena adanya beberapa situasi tertentu seperti berikut ini.
a) Adanya keadaan alam yang kurang
bersahabat, seperti terjadinya bencana.
b) Musuh bersama yang datang dari
luar wilayah.
c) Pekerjaan yang membutuhkan banyak
tenaga kerja.
d) Kegiatan keagamaan yang sakral.
Kita mengenal beberapa bentuk kerja
sama dalam masyarakat, yaitu tawar menawar, kooptasi, koalisi, dan usaha
patungan.
a) Tawar menawar (bargaining)
adalah perjanjian atau persetujuan antara pihak-pihak yang mengikat
diri atau bersengketa melalui perdebatan, pemberian usul, dan lain-lain.
b) Kooptasi (cooptation)
adalah proses penerimaan unsur-unsur baru oleh pemimpin suatu
organisasi sebagai salah satu usaha untuk menghindari terjadinya keguncangan
atau kekacauan dalam sebuah organisasi.
c) Koalisi (coalition) adalah
kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu
karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang
tidak sama satu sama lain.
d) Usaha patungan (join venture)
adalah kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya
pengeboran minyak, pembangunan jembatan layang, pembangunan hotel, dan
sebagainya.
2)
Akomodasi ( Accomodation
)
Akomodasi adalah suatu bentuk proses
sosial yang di dalamnya terdapat dua atau lebih individu atau kelompok yang
berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling mengganggu dengan cara
mencegah, mengurangi, atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang
sudah ada, sehingga tercapai kestabilan (keseimbangan).
Lalu, apakah tujuan dari akomodasi?
Akomodasi bertujuan untuk berikut ini.
a) Mengurangi pertentangan antara dua
kelompok atau individu.
b) Mencegah terjadinya suatu
pertentangan secara temporer.
c) Memungkinkan terjadinya kerja sama
antarindividu atau kelompok sosial.
d) Mengupayakan peleburan antara
kelompok sosial yang berbeda (terpisah), misalnya lewat perkawinan campuran
(amalgamasi).
Adapun bentuk-bentuk akomodasi adalah
koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, toleransi, stalemate,
ajudikasi, rasionalisasi, gencatan senjata, segregation, dan dispasement
.
a) Koersi (coercion) adalah
suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan paksaan. Artinya, ada
pemaksaan kehendak oleh pihak tertentu terhadap pihak lain yang posisinya lebih
rendah. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik maupun secara psikologis.
b) Kompromi (compromise)
adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian perselisihan yang ada.
c) Arbitrasi (arbitration)
adalah suatu bentuk akomodasi yang menghadirkan pihak ketiga yang
bersifat netral untuk mencapai suatu penyelesaian perselisihan.
d) Mediasi (mediation) , hampir
sama dengan arbitrasi, tetapi pada mediasi pihak ketiga yang netral yang
berfungsi sebagai penengah tidak mempunyai wewenang untuk memberi
keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan di antara pihak-pihak yang
berselisih.
e) Konsiliasi (conciliation)
adalah suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
f) Toleransi (tolerance) adalah
suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang-kadang toleransi timbul
secara tidak sadar dan tanpa direncanakan sebelumnya.
g) Stalemate adalah
suatu bentuk akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan, karena mempunyai
kekuatan seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya.
h) Ajudikasi (adjudication)
adalah penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan atau melalui
jalur hukum.
i) Rasionalisasi adalah pemberian keterangan atau
alasan yang kedengarannya rasional untuk membenarkan tindakan-tindakan yang
sebenarnya akan dapat menimbulkan konflik.
j) Gencatan senjata (cease-fire)
adalah penghentian sementara pertikaian karena ada satu hal yang
mengharuskan pertikaian atau peperangan berhenti, misalnya pembersihan jenazah
korban, adanya negosiasi perdamaian, dan sebagainya
k) Segregation adalah
upaya untuk saling memisahkan diri dan menghindar di antara pihak-pihak yang
saling bertentangan dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan.
l)
Dispasement adalah
usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing-masing.
3)
Asimilasi
Asimilasi merupakan sebuah proses
yang ditandai oleh adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaanperbedaan yang
terdapat di antara individu-individu atau kelompok individu.
Menurut Koentjaraningrat,
proses asimilasi akan terjadi apabila berikut ini.
a) Ada
kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaannya.
b) Saling bergaul secara langsung dan intensif
dalam waktu yang cukup lama.
c) Kebudayaan dari kelompok-kelompok
tersebut masing-masing mengalami perubahan dan saling menyesuaikan diri.
Ada beberapa faktor yang dapat mempermudah
atau mendorong terjadinya asimilasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
a) Toleransi, keterbukaan, saling
menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan lain.
b) Kesempatan yang seimbang dalam
bidang ekonomi yang dapat mengurangi adanya kecemburuan sosial.
c) Sikap menghargai orang asing
dengan kebudayaannya.
d) Sikap terbuka dari golongan
penguasa.
e) Adanya perkawinan campur dari
kelompok yang berbeda (amalgamasi).
f) Adanya musuh dari luar yang harus
dihadapi bersama.
Selain itu ada pula beberapa faktor
yang dapat menghambat atau memperlambat terjadinya asimilasi, yaitu sebagai
berikut.
a) Perbedaan yang sangat mencolok,
seperti perbedaan ras, teknologi, dan perbedaan ekonomi.
b) Kurangnya pengetahuan terhadap
kebenaran
kebudayaan lain yang sedang dihadapi.
c) Kecurigaan dan kecemburuan sosial
terhadap kelompok lain.
d) Perasaan primordial, sehingga
merasa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan bangsa atau kelompok
lainnya.
4)
Akulturasi ( Acculturation
)
Di era globalisasi sekarang ini yang
ditandai dengan pesatnya arus informasi dan komunikasi antarnegara
mengakibatkan batas antarnegara seolah-olah menjadi tidak ada. Berbagai
pengaruh dari suatu negara dapat dengan mudah masuk ke negara lain. Selain itu
berbagai kejadian atau peristiwa yang terjadi pada suatu negara dapat dengan
cepat diketahui oleh negara lain. Dalam hal ini kita tidak dapat menutup diri
terhadap berbagai pengaruh, terutama unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari
negara lain. Masuknya unsur-unsur kebudayaan asing itu salah satunya dapat
menimbulkan suatu keadaan yang disebut akulturasi.
Akulturasi adalah suatu keadaan di
mana unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
sendiri. Dalam akulturasi kita mengenal unsur-unsur kebudayaan yang mudah
diterima dan unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima. Unsur-unsur apa
sajakah itu? Unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dalam akulturasi di
antaranya adalah sebagai berikut.
a) Kebudayaan materiil, misalnya atap
masjid Demak yang menggunakan model Meru seperti dalam agama Hindu.
b) Kebudayaan yang mudah disesuaikan
dengan kondisi setempat, misalnya kesenian, olahraga, dan hiburan.
c) Kebudayaan yang pengaruhnya kecil,
misalnya model pakaian, potongan rambut, bentuk rumah, model sepatu dan
lain-lain.
d) Teknologi ekonomi yang bermanfaat
dan mudah dioperasionalkan, seperti traktor, mesin penghitung uang,
komputerisasi di bidang akuntansi, dan lain sebagainya.
Sementara itu, unsur-unsur kebudayaan
yang sulit untuk diterima dalam akulturasi adalah sebagai berikut.
a) Unsur kebudayaan yang menyangkut
kepercayaan, ideologi, falsafah atau religi suatu kelompok.
b) Unsur-unsur yang dipelajari pada
taraf pertama proses sosialisasi. Misalnya makanan pokok dan sopan santun
kepada orang yang lebih tua.
b.
Proses Disosiatif
Proses disosiatif merupakan sebuah
proses yang cenderung membawa anggota masyarakat ke arah perpecahan dan
merenggangkan solidaritas di antara anggota-anggotanya.
Kita mengenal tiga bentuk proses
disosiatif, yaitu persaingan, kontravensi, dan konflik.
1) Persaingan ( Competition
)
Persaingan merupakan suatu proses
sosial di mana individu atau kelompok mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa
menggunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan harus dilaksanakan dengan berpedoman
pada nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal-hal yang dapat
menimbulkan terjadinya persaingan atau kompetisi antara lain sebagai berikut.
a) Perbedaan pendapat mengenai hal
yang sangat mendasar.
b) Perselisihan paham yang mengusik
harga diri dan kebanggaan masing-masing pihak yang ditonjolkan.
c) Keinginan terhadap sesuatu yang
jumlahnya sangat terbatas atau menjadi pusat perhatian umum.
d) Perbedaan sistem nilai dan norma
dari kelompok masyarakat.
e) Perbedaan kepentingan politik kenegaraan,
baik dalam negeri maupun luar negeri.
2) Kontravensi ( Contravention
)
Kontravensi adalah suatu proses
komunikasi antarmanusia, di mana antara pihak yang satu dengan pihak yang lain
sudah terdapat benih ketidaksesuaian, namun di antara pihak-pihak yang terlibat
itu saling menyembunyikan sikap ketidaksesuaiannya. Namun apabila tidak saling
berhadapan, benih-benih ketidaksesuaian itu ditampakkan secara jelas kepada
pihak ketiga. Biasanya kontravensi dikatakan pula sebagai sebuah proses sosial
yang berada di antara persaingan dan konflik.
Menurut Leopold Von Wiesse
dan Howard Becker, proses kontravensi itu bertingkat-tingkat
hingga semakin hebat dan hampir mendekati bentuk persaingan dan konflik.
Tahukah kamu bagaimana tingkatan kontravensi itu?
Ada lima tingkatan kontravensi, yaitu
general contravention, medial contravention, intensive contra vention,
misterious contravention, dan tactical contravention.
a) General contravention,
contohnya penolakan, keengganan, perlawanan, tindakan menghalang-halangi,
protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak
lain.
b) Medial contravention,
contohnya menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki orang
lain, mencerca, memfitnah dengan melemparkan beban pembuktian kepada pihak
lain, dan seterusnya.
c) Intensive contravention,
contohnya menghasut, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak lain, dan lain
sebagainya.
d) Misterious contravention,
contohnya membuka rahasia pihak lain pada pihak ketiga, berkhianat, dan
lainlain.
e) Tactical contravention,
contohnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lawan secara
sembunyi.
Kita mengenal tiga tipe kontravensi,
yaitu kontravensi antargenerasi, kontravensi antarkelompok, dan kontravensi
jenis kelamin.
a) Kontravensi antargenerasi,
misalnya perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda mengenai
masuknya unsur-unsur budaya asing.
b) Kontravensi antarkelompok,
misalnya perbedaan kepentingan antara golongan mayoritas dan golongan
minoritas.
c) Kontravensi jenis kelamin,
misalnya perbedaan pendapat antara golongan pria dan perempuan tentang cuti
hamil dan melahirkan.
3) Konflik ( Conflict )
Istilah 'konflik' berasal dari kata
Latin 'configere' yang berarti saling memukul. Dalam pengertian
sosiologi, konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua
orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Menurut Robert M.Z. Lawang,
konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti
nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya, di mana tujuan mereka yang berkonflik
itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan
pesaingnya. Konflik merupakan keadaan yang wajar dalam setiap masyarakat.
Tidak ada orang atau masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik dalam
hidupnya.
a) Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Hal-hal yang dapat menimbulkan
terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.
(1) Adanya perbedaan kepribadian di
antara mereka yang terlibat konflik, akibat adanya perbedaan latar belakang
kebudayaan.
(2) Adanya perbedaan pendirian atau
perasaan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
(3) Adanya perbedaan kepentingan
individu atau kelompok di antara mereka.
(4) Adanya perubahan-perubahan sosial
yang cepat dalam masyarakat karena adanya perubahan nilai atau sistem yang
berlaku.
b) Akibat Konflik
Konflik dapat mengakibatkan hal yang
positif maupun hal yang negatif. Hal itu tergantung apa
bentuk konflik itu dan dari mana kita
memandangnya
Secara umum konflik dapat menimbulkan
akibat berikut ini.
(1) Bertambah kuatnya rasa
solidaritas di antara sesama anggota kelompok. Hal ini biasanya
dicapai apabila terjadi konflik
antarkelompok dalam masyarakat.
(2) Hancur atau retaknya kesatuan
kelompok. Hal ini biasanya muncul dari konflik yang terjadi di
antara anggota dalam suatu kelompok.
(3) Adanya perubahan kepribadian
individu.
(4) Hancurnya harta benda dan
jatuhnya korban manusia.
c) Cara Pemecahan Konflik
Selain cara-cara akomodasi yang telah
kita bahas bersama di muka, masih ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
memecahkan atau menyelesaikan konflik, di antaranya elimination, subjugation
atau domination, majority rule, minority consent,
dan integrasi.
(1) Elimination, berarti
pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik antara lain,
dengan ucapan 'kami mengalah', 'kami
mundur', 'kami keluar', dan sebagainya.
(2) Subjugation atau domination,
berarti orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang
atau pihak lain untuk menaatinya, terutama pihak yang lemah.
(3) Majority rule, berarti
suara terbanyak yang ditentukan melalui pemungutan suara atau voting
yang akan menentukan keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
(4) Minority consent,
berarti ada kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak
merasa dikalahkan dan menerima keputusan, serta sepakat untuk melakukan
kegiatan bersama.
(5) Integrasi, berarti
pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah
kembali sampai kelompok yang saling bertentangan mencapai suatu keputusan yang
memuaskan bagi semua pihak.
d) Bentuk-Bentuk Konflik
Di dalam kehidupan masyarakat,
terdapat beberapa bentuk konflik, yaitu konflik pribadi, politik, rasial,
antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.
(1) Konflik pribadi adalah konflik
yang terjadi di antara individu karena masalah-masalah pribadi. Misalnya
individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.
(2) Konflik politik adalah konflik
antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan citacita
politik. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat kampanye.
(3) Konflik rasial adalah konflik
yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan
kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antarsuku yang terjadi di
Timika, Papua.
(4) Konflik antarkelas sosial adalah
konflik yang disebabkan munculnya perbedaan-perbedaan kepentingan, misalnya
konflik antara buruh dengan majikan.
(5) Konflik yang bersifat
internasional adalah konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok)
karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya pertikaian negara Israel
dan Lebanon yang melibatkan beberapa negara besar.
7.
Aturan-Aturan dalam Interaksi Sosial
Dalam kajian sosiologis, ada beberapa
aturan mengenai interaksi sosial yang berbeda dengan faktor yang memengaruhi
interaksi yang telah kita bahas di muka. Karp dan Yoels
(1979) menyatakan tiga jenis aturan dalam interaksi sosial, yaitu aturan
mengenai ruang, waktu, dan gerak tubuh.
a.
Aturan Mengenai Ruang
Karp dan Yoels
mendasarkan teorinya pada karya Edward T. Hall mengenai konsep
jarak sosial. Menurut Hall, dalam situasi sosial orang cenderung menggunakan empat
macam jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.
1) Jarak Intim (sekitar 0-45 cm)
Dalam jarak intim terjadi
keterlibatan intensif pancaindera dengan tubuh orang lain. Contohnya dua orang
yang melakukan olahraga jarak dekat, seperti sumo dan gulat. Apabila seseorang
terpaksa berada dalam jarak intim, seperti di dalam bus atau kereta api yang
penuh sesak, ia akan berusaha sebisa mungkin menghindari kontak tubuh dan
kontak pandangan mata dengan orang di sekitarnya.
2) Jarak Pribadi (sekitar 45 cm-1,22
m)
Jarak pribadi cenderung dijumpai
dalam interaksi antara orang yang berhubungan dekat, seperti suami isteri atau
ibu dan anak.
3) Jarak Sosial (sekitar 1,22 m-3,66
m)
Dengan jarak sosial orang yang
berinteraksi dapat berbicara secara wajar dan tidak saling menyentuh. Contohnya
interaksi di dalam pertemuan santai dengan teman, guru, dan sebagainya.
4) Jarak Publik (di atas 3,66 m)
Umumnya digunakan oleh orang yang
harus tampil di depan umum, seperti politisi dan artis. Semakin besar jarak,
semakin keras pula suara yang harus dikeluarkan.
b. Aturan Mengenai Waktu
Setiap masyarakat memiliki makna
sendiri tentang waktu yang mengatur interaksi seseorang dengan orang lain.
Misalnya pada suatu masyarakat tertentu dikenal adanya istilah 'jam karet'.
Bagi mereka, keterlambatan kedatangan bus, pesawat, atau kereta api menjadi hal
yang biasa. Namun apabila kondisi ini terjadi di negara maju, banyak aktivitas
orang menjadi terganggu.
c. Aturan Mengenai Gerak Tubuh
Komunikasi nonverbal (tanpa
menggunakan bahasa lisan maupun tulisan) merupakan bentuk komunikasi pertama
bagi manusia. Komunikasi ini terkadang disadari atau tidak, digunakan seseorang
untuk menyampaikan pesan dalam interaksinya dengan orang lain. Contohnya
memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, membungkukkan badan,
menganggukkan kepala, mengerutkan dahi, mengangkat ibu jari, dan lainnya. Namun
demikian,
makna komunikasi ini bisa berbeda
antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, komunikasi
nonverbal hanya efektif dilakukan dalam interaksi antaranggota masyarakat yang
memiliki pemaknaan yang sama terhadap gerakan-gerakan tersebut.
8.
Interaksi Sosial sebagai Wujud Status dan Peranan Sosial
Dalam interaksi manusia di
masyarakat, status dan peranan individu mempunyai arti yang penting. Mengapa?
Karena langgengnya suatu masyarakat tergantung pada keseimbangan
kepentingan-kepentingan individu tersebut, kaitannya dengan status dan peranan
yang ada pada dirinya.
a. Kedudukan (Status)
Status atau kedudukan adalah posisi
sosial yang merupakan tempat di mana seseorang menjalankan kewajibankewajiban
dan berbagai aktivitas lain, sekaligus merupakan tempat bagi seseorang untuk
menanamkan harapanharapan. Dengan kata lain status merupakan posisi sosial
seseorang dalam suatu kelompok atau masyarakat.
Menurut Ralph Linton,
dalam kehidupan masyarakat dikenal tiga macam status, yaitu ascribed
status, achieved status, dan assigned status .
1) Ascribed Status
Ascribed status adalah status yang diperoleh
seseorang tanpa usaha tertentu. Status sosial demikian biasanya diperoleh
karena warisan, keturunan, atau kelahiran. Contohnya seorang anak yang lahir
dari lingkungan bangsawan, tanpa harus berusaha, ia sudah dengan sendirinya
memiliki status sebagai bangsawan.
2) Achieved Status
Status ini diperoleh karena suatu
prestasi tertentu. Atau dengan kata lain status ini diperoleh seseorang dengan
melakukan usaha-usaha yang disengaja untuk mengejar serta mencapai
tujuan-tujuannya. Misalnya setiap orang dapat menjadi dokter setelah memenuhi
persyaratanpersyaratan tertentu, seperti lulus sebagai sarjana kedokteran.
3) Assigned Status
Assigned status adalah status yang dimiliki
seseorang karena jasa-jasanya terhadap pihak lain. Karena jasanya tersebut,
orang diberi status khusus oleh lembaga, badan, atau kelompok tertentu.
Misalnya gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, peraih kalpataru, dan lainnya.
b. Peranan ( Role )
Dalam hidup bermasyarakat, selain
mempunyai status yang mencerminkan kedudukanmu, kamu juga mempunyai
peranan-peranan tertentu sesuai dengan status yang melekat pada dirimu. Peranan
merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Peranan adalah perilaku yang
diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
status yang dimilikinya. Misalnya di rumah kamu berstatus sebagai seorang anak
yang mempunyai peranan untuk menaati dan mematuhi nasihat orang tua, membantu
pekerjaan rumah orang tua, tidak melanggar peraturan dalam keluarga, dan
lain-lain.
Interaksi sosial yang ada di dalam
masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.
Ada tiga hal yang tercakup dalam peranan, yaitu sebagai berikut.
1) Norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
2) Suatu konsep tentang apa yang
dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3) Perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
9.
Hubungan antara Tindakan dan Interaksi Sosial
Tahukah kamu, bagaimana hubungan
antara tindakan sosial dengan interaksi sosial? Merujuk pada pengertian
tindakan sosial dan interaksi sosial yang telah kita bahas di muka
memperlihatkan dengan jelas bahwa di antara keduanya mempunyai hubungan yang
tidak terpisahkan. Tindakan sosial adalah perbuatan yang dipengaruhi oleh orang
lain untuk mencapai tujuan dan maksud tertentu, sedangkan interaksi sosial
adalah hubungan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan individuindividu
dalam masyarakat.
Tidak semua tindakan yang dilakukan
oleh manusia dikatakan sebagai interaksi sosial. Misalnya tabrakan yang terjadi
di jalan raya. Tabrakan itu bukan merupakan interaksi sosial karena tidak ada
aksi dan reaksi. Namun apabila setelah terjadinya tabrakan itu mereka saling
menolong atau justru saling berkelahi, maka tindakan itu menjadi interaksi
sosial. Mengapa? Karena terjadi hubungan timbal balik yang disebabkan oleh
adanya tindakan (aksi) dan tanggapan (reaksi) antara dua pihak. Tanpa tindakan,
tidak mungkin ada hubungan. Jadi, tindakan merupakan syarat mutlak terbentuknya
hubungan timbal balik atau interaksi sosial.
- Posted:
Sunday, 26 September 2010 20:06:41 GMT
- In: sosiologi
- Permalink :
INTERAKSI SOSIAL
Ringkasan Materi Interaksi Sosial
- 1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi
sosial adalah hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara
individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, atau antara kelompok
dengan kelompok, baik berbentuk kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian.
- 2. Jenis-jenis Interaksi Sosial
a. Interaksi
antara Individu dengan Individu
Pada saat dua
individu bertemu, walaupun tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya
interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya
pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masing-masing.
b. Interaksi
antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi jenis
ini terjadi pada kelompok sebagai satu-kesatuan, bukan sebagai pribadi-pribadi
anggota kelompok yang bersangkutan. Maksudnya kepentingan individu dalam
kelompok merupakan satu-kesatuan yang berhubungan dengan kepentingan individu
dalam kelompok lain.
c. Interaksi
antara Individu dengan Kelompok
Interaksi antara
individu dengan kelompok menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan
dengan kepentingan kelompok. Bentuk interaksi ini berbeda-beda sesuai dengan
keadaan.
- 3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
a. Kontak
Sosial
Dalam pengertian
sosiologis, kontak merupakan gejala sosial, di mana orang dapat mengadakan
hubungan dengan pihak lain tanpa mengadakan sentuhan fisik, misalnya berbicara
dengan orang lain melalui telepon, surat, dan sebagainya. Jadi, kontak sosial
merupakan aksi individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna
bagi si pelaku dan si penerima, dan si penerima membalas aksi itu dengan
reaksi. Adapun beberapa cara dalam
melakukan kontak sosial sebagai berikut.
1) Berdasarkan Cara
Kita mengenal dua macam kontak sosial
dilihat dari caranya, yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung.
2) Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, kita mengenal
tiga macam kontak, yaitu kontak antarindividu, antara individu dengan kelompok,
dan antara kelompok dengan kelompok.
3) Berdasarkan Bentuk
Dilihat dari bentuknya, kita mengenal
dua macam kontak, yaitu kontak positif dan kontak negatif.
4) Berdasarkan Tingkat Hubungan
Menurut tingkat hubungannya, kontak
sosial dibagi menjadi dua yaitu kontak primer dan kontak sekunder.
b. Komunikasi
Sosial
Komunikasi
adalah tindakan seseorang menyampaikan pesan terhadap orang lain dan orang lain
itu memberi tafsiran atas sinyal tersebut serta mewujudkannya dalam perilaku.
Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan gerakgerik fisik, ataupun
perasaan.
Dalam komunikasi
terdapat empat unsure, yaitu pengiriman, penerima, pesan dan umpan balik.
c. Tindakan
Sosial
Tindakan sosial
adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu – individu
lainnya dalam masyarakat . Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam
yaitu sebagai berikut.
1) Tindakan Rasional
Instrumental:Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara
cara dan tujuan.
2) Tindakan Rasional Berorientasi
nilai:Tindakan-tindakan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar dalam
masyarakat .
3) Tindakan Tradisional:Tindakan
yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional.
4) Tindakan Ofektif:Tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh seorang/kelompok orang berdasarkan perasaan/emosi.
- 4. Ciri-ciri Interaksi Sosial
Interaksi
sosial yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat pada hakikatnya
mempunyai ciri-ciri, yaitu:(1) jumlah pelaku lebih dari satu orang, (2) ada
komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol, (3) ada dimensi waktu
yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung, dan (4) ada tujuan-tujuan
tertentu.
- 5. Faktor-faktor yang Mendasari Interaksi Sosial
a. Imitasi
Imitasi
merupakan suatu tindakan meniru sikap, tingkah laku, atau penampilan orang
lain.
b. Sugesti
Sugesti adalah
cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain
dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh
tersebut tanpa berpikir secara kritis dan rasional.
c. Identifikasi
Identifikasi
adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi 'sama'
dengan orang lain yang menjadi idolanya.
d. Simpati
Simpati adalah
perasaan 'tertarik' yang timbul dalam diri seseorang dan kemampuan untuk
merasakan diri kita seolaholah berada dalam keadaan orang lain.
e. Motivasi
Motivasi
merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh yang diberikan oleh individu kepada
individu lain, sehingga individu yang diberi motivasi menuruti atau
melaksanakan apa yang diberikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung
jawab.
f. Empati
Empati adalah
proses kejiwaan seseorang untuk larut dalam perasaan orang lain, baik suka
maupun duka.
- 6. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Menurut
Gillin dan Gillin, ada dua macam proses
sosial yang timbul akibat interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses
disosiatif.
a. Proses
Asosiatif
Pada hakikatnya proses asosiatif
mempunyai kecendrungan untuk membuat masyarakat bersatu dan meningkatkan
solidaritas di antara anggota kelompok.
1) Kerja
sama (Cooperation)
Kerja sama
merupakan suatu usaha bersama antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Adapun beberapa bentuk kerja sama
dalam masyarakat, yaitu tawar menawar, kooptasi, koalisi, dan usaha patungan.
2) Akomodasi
(Accomodation)
Akomodasi adalah
suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat dua atau lebih individu
atau kelompok yang berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling
mengganggu dengan cara mencegah, mengurangi, atau menghentikan ketegangan yang
akan timbul atau yang sudah ada, sehingga tercapai kestabilan (keseimbangan).
Adapun
bentuk-bentuk akomodasi adalah koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi,
konsiliasi, toleransi, stalemate, ajudikasi, rasionalisasi, gencatan
senjata, segregation, dan dispasement .
3) Asimilasi
Asimilasi
merupakan sebuah proses yang ditandai oleh adanya usaha-usaha untuk mengurangi
perbedaanperbedaan yang terdapat di antara individu-individu atau kelompok
individu.
4) Akulturasi
(Acculturation)
Akulturasi
adalah suatu keadaan di mana unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
b. Proses
Disosiatif
Proses
disosiatif merupakan sebuah proses yang cenderung membawa anggota masyarakat ke
arah perpecahan dan merenggangkan solidaritas di antara anggota-anggotanya.
1) Persaingan
(Competition)
Persaingan
merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
2) Kontravensi
(Contravention)
Kontravensi
adalah suatu proses komunikasi antarmanusia, di mana antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain sudah terdapat benih ketidaksesuaian, namun di antara
pihak-pihak yang terlibat itu saling menyembunyikan sikap ketidaksesuaiannya.
3) Konflik
(Conflict)
Konflik dapat
didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya
tidak berdaya.
- 7. Aturan-aturan dalam Interaksi Sosial
Dalam
kajian sosiologis, ada beberapa aturan mengenai interaksi sosial yang berbeda
dengan faktor yang memengaruhi interaksi yang telah kita bahas di muka. Karp
dan Yoels (1979) menyatakan tiga jenis aturan dalam interaksi
sosial, yaitu aturan mengenai ruang, waktu, dan gerak tubuh.
- 8. Interaksi Sosial sebagai Wujud Status dan Peranan Sosial
a. Kedudukan
(Status)
Status atau kedudukan adalah posisi
sosial yang merupakan tempat di mana seseorang menjalankan kewajibankewajiban
dan berbagai aktivitas lain, sekaligus merupakan tempat bagi seseorang untuk
menanamkan harapan-harapan. Menurut Ralph Linton, dalam
kehidupan masyarakat dikenal tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved
status, dan assigned status .
b. Peranan
(Role)
Peranan merupakan aspek dinamis
kedudukan atau status. Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain
dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.
- 9. Hubungan antara Tindakan dan Interaksi Sosial
Merujuk
pada pengertian tindakan sosial dan interaksi sosial yang telah kita bahas di
muka memperlihatkan dengan jelas bahwa di antara keduanya mempunyai hubungan
yang tidak terpisahkan. Tindakan sosial adalah perbuatan yang dipengaruhi oleh
orang lain untuk mencapai tujuan dan maksud tertentu, sedangkan interaksi
sosial adalah hubungan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan
individuindividu dalam masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Fairest,
Nabilah. 2010. “Interaksi Sosial”. Tersedia pada http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/47/sosiologi_-interaksi_sosial-?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(diakses pada tanggal 17 Desember 2011)
Nitihardjo,
Alfin. 2008. “Interaksi Sosial” Tersedia pada http://alfinnitihardjo.ohlog.com/interaksi-sosial.oh112676.html
(diakses pada tanggal 17 Desember 2011)
Komentar
Posting Komentar