makalah metodologi masalah dan penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi abad milenium membawa dampak
bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tinggi
sehingga menuntut sumber daya manusia yang ada untuk mampu menghadapi arus
globalisasi. Oleh karena itu, Indonesia sedang mempersiapkan diri dalam
menjawab tantangan globalisasi dengan membangun basis pendidikan, sebab dengan
baiknya basis pendidikan dapat diharapkan mempunyai daya saing yang tinggi dan
memperkuat jati diri serta kepribadian bangsa.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa
pendidikan sangat diperlukan untuk mengasilkan manusia-manusia yang terampil,
produktif, inisiatif, dan kreatif, karena nilai-nilai dasar yang dimiliki oleh
setiap manusia seperti keimanan dan ketaqwaan, akhlak, disiplin, dan etos
kerja, serta nilai-nilai instrumen seperti penguasaan IPTEK dan kemampuan
berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian bangsa
dapat tumbuh dan berkembang hanya melalui pendidikan. Oleh karena itu,
pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling utama untuk
menghasilkan manusia yang dapat mengembangkan kemampuannya dan membina
kehidupan di dalam masyarakat. Hal ini digariskan dalam GBHN Tahun 2003 yakni :
“Pendidikan nasional yang berakar pada kebudanyaan
bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan
untuk meningkatkan kecerdasan hidup bangsa dan kualitas sumber daya manusia,
mengembangkan manusia serta masyarakan Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berbudi luhur, memiliki
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, kekuatan jasmani dan rohani, serta
kepribadian yang mantap dan mandiri”.
Sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut
diharapkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berwawasan
kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta keimanan dan ketaqwaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di
atas maka pendidikan dilaksanakan seumur hidup yang dilaksanakan di dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama, yaitu keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu
pendidikan perlu diadakan berbagai upaya. Salah satunya
mengevaluasi proses belajar mengajar serta melakukan penelitian tentang aspek
aspek yang mempengaruhi peningkatan standar pendidikan. Berdasarkan uraian diatas
maka pada makalah ini
akan membahas lebih lanjut mengenai masalah dan hipotesis penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah
yaitu sebagai berikut.
1)
Bagaimana
pengertian masalah penelitian?
2)
Bagaimana
ciri masalah yang baik?
3)
Apa
sumber untuk memperoleh masalah?
4)
Bagaimana
cara merumuskan masalah?
5)
Bagaimana
definisi dari hipotesis?
6)
Bagaimana
bentuk-bentuk rumusan hipotesis?
7)
Bagaimana
pengujian hipotesis?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1)
Untuk
mengetahui pengertian masalah penelitian.
2)
Untuk
mengetahui ciri masalah yang baik.
3)
Untuk
mengetahui sumber untuk memperoleh masalah.
4)
Untuk
mengetahui cara merumuskan masalah.
5)
Untuk
mengetahui definisi dari hipotesis.
6)
Untuk
mengetahui bentuk-bentuk rumusan hipotesis.
7)
Untuk
mengetahui pengujian hipotesis.
8)
Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat dari penulisan
makalah ini yaitu sebagai berikut.
1)
Bagi
penulis
Dengan dibuatnya makalah ini, dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari dan memahami tentang masalah dan
hipotesis penelitian.
2)
Bagi
pembaca
Dengan dibuatnya
makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih bagi pembaca
tentang masalah dan hipotesis
penelitian.
3)
Bagi
guru
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah Penelitian
Margono S. (2009:54) mengungkapkan bahwa masalah ialah
kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada (das sollen) dengan
kenyataan yang ada (das sein). Misalnya, kesenjangan antara luapan jumlah
lulusan SMTA (das sein) dengan harapan akan kemampuan perguruan tinggi
menampung lulusan itu (das sollen).
Setiap proses meneliti
harus memiliki masalah penelitian untuk dipecahkan. Perumusan masalah
penelitian merupakan langkah kerja yang tidak mudah, termasuk para peneliti
yang sudah berpengalaman sekalipun. Padahal, apabila dicermati, masalah itu selalu ada
dilingkungan sekeliling kita.
Pemecahan yang dirumuskan
dalam penelitian, sangat berguna untuk membersihkan kebingungan kita terhadap berbagai hal atau fenomena, untuk memisahkan
kemenduaan, untuk mengatasi rintangan ataupun untuk menutupi celah antar kegiatan atau fenomena. Oleh karena itu, peneliti harus
dapat memilih suatu masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut.
Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah awal yang pentingsekaligus
sebagai pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Berdasarkan pengalaman, masalah
timbul karena adanya berbagai hal, antara lain:
1)
Tantangan
2)
Kesangsian
atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena
3)
Kemenduaan
arti
4)
Halangan
dan rintangan
5)
Celah
(gap) antar kegiatan atau antar
fenomena
Menurut Nasir
(1999:133-134) tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk:
1)
Mencari
sesuatu dalam rangka pemuasan akademik seseorang.
2)
Memuaskan
perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru.
3)
Melatakkan
dasar untuk memecahkan penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk
penelitian selanjutnya.
4)
Memenuhi
keinginan sosial
5)
Menyediakan
sesuatu yang bermanfaat.
2.2 Ciri Masalah Yang Baik
Dilihat dari segi isi
(content) rumusan masalah, ataupun dari kondisi penunjang yang diperlukan dalam pemecahan masalah yang telah dipilih. Apabila
dikalsifikasikan, setidaknya ada tiga ciri masalah yang baik, sebagai berikut:
1)
Masalah
harus memiliki nilai penelitian, artinya:
a)
Mempunyai
nilai keaslian
b)
Menyatakan
suatu hubungan (setidaknya memiliki 2 variabel)
c)
Merupakan
hal yang penting
d)
Dapat
diuji
e)
Dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan
2)
Masalah
harus memiliki kelayakan (feasible), artinya:
a)
Data
serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia
b)
Biaya,
sesuai kemampuan
c)
Waktu
d)
Biaya
dan hasil harus balance
e)
Administrasi
dan sponsor harus kuat
f)
Tidak
bertentangan dengan hukum & adat.
3)
Masalah
harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
a)
Menarik
bagi si peneliti
b)
Sesuai
dengan kualifikasi
2.3 Sumber untuk Memperoleh Masalah
Jika dieksplorasi secara
cermat, sebenarnya banyak sekali permasalahan yang berada di lingkungan sekitar kita. Namun persoalannya kemudian adalah
keterbatasan kemampuan peneliti dalam mengidentifikasi berbagai persoalan yang harus dipecahkan. Terdapat beberapa sumber untuk
memperoleh dan menemukan masalah:
1)
Pengamatan
terhadap kegiatan manusia
2)
Pengamatan
terhadap alam sekitar
3)
Bacaan/referensi
4)
Analisis
bidang pengetahuan
5)
Replikasi
hasil penelitian
6)
Diskusi-diskusi
ilmiah
7)
Catatan
dan pengalaman pribadi
Untuk
meningkatkan kemampuan melihat suatu masalah yang perlu diteliti, ia harus giat
mencari masalah dari sumber-sumbernya:
Adapun yang menjadi sumber utama permasalahan ialah:
- Bacaan
- Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah
- Pernyataan dari orang yang memiliki otoritas
- Pengamatan sekilas
- Pengalaman pribadi
- Perasaan dan ilham
1)
Bacaan
Seseorang peneliti
harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal penelitian atau laporan penelitian.
Pada umumnya penelitian ilmiah jarang menjawab permasalahan dengan tuntas.
Bahkan suatu penelitian itu memeberi rekomendasi tertentu untuk diteliti lebeh
lanjut.
2)
Seminar, diskusi dan pertemuan
ilmiah
Peserta-peserta
seminar, dikusi dan pertemuan ilmiah membawa makalah-makalah yang memecahkan
permasalahan menurut bidangnya masing-masing. Mungkin saja masalah itu perlu
diteliti pula dari segi ilmu yang lain.
3)
Pernyataan dari orang yang
memiliki otoritas
Sering dalam ceramah
atau pernyataan seorang pejabat tinggi, misalnya seorang menteri bahwa ada
suatu masalah yang harus dipecahkan. Demikian pula pernyataan ahli-ahli
tertentu yang disiarkan melalui media massa mengenai suatu permasalahan.
Sehingga seorang peneliti tergugah untuk menelitinya. Umpamanya seorang
administrator pendidikan di Sumatra Utara mengatakan, bahwa kemunduran mutu
pendidikan di Sumatera Utara disebabkan mundurnya dedikasi guru-guru di SD
hingga SLTA. Seorang peneliti tergugah untuk menguji kebenaran pernyataan itu.
4)
Pengamatan sekilas
Mungkin seorang ahli
ketika melakukan perjalanan dinas melihat suatu gejala yang tidak sehat yang
perlu dipecahkan. Untuk pemecahannya harus diadakan penelitian terlebih dahulu.
Umpamanya seorang ahli dari staf BP3K, melihat dalam peninjauan ke daerah,
terdapat banyak anak-anak dari usia sekolah tidak bersekolah walaupun SD Inpres
sudah ada di tempat itu.
5)
Pengalaman pribadi
Dari pengalaman pribadi
seorang yang berminat dalam penelitian mungkin muncul suatu pertanyaan yang
mendorong ia mendorong ia melakukan penelitian. Umpamanya, seorang dosen telah
mengajar selama beberapa tahun memperhatikan bahwa mahasiswa dari
sekolah-sekolah kejuruan lanjutan atas yang telah bekerja sedikitnya dua tahun
semua berhasil mengikuti kuliahnya dengan baik.
6)
Perasaan dan ilham
Dalam benak seorang peneliti
yang sudah berpengalaman, mungkin tiba-tiba muncul suatu pertanyaan yang
mendorong melakukan penelitian. Mungkin saja pertanyaan itu tiba-tiba ia
rasakan ketika ia sedang santai-santai dengan anggota keluarganya. Umpamanya,
seorang peneliti ketika santai berbincang bincang dengan putra-putranya yang
remaja memperhatikan rambut gondrong mereka. Tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
Setelah suatu masalah diputuskan untuk
diteliti pemecahannya, maka peneliti mencari teori-teori, konsep-konsep dari
segala macam sumber yang mungkin ada kaitannya dengan permasalahan. Maka
kegiatan peneliti harus banyak membaca, baik dari sumber acuan umum yaitu dari
buku-buku teks di perpustakaan, maupun dari sumber acuan khusus yaitu dari
jurnal-jurnal penelitian, makalah-makalah, seminar dan lain-lain. Dalam memilih
sumber-sumber acuan itu, perlu diperhatikan keterkaitannya dan pandangan terbaru.
2.4 Cara Merumuskan Masalah
Sesudah masalah dipilih
dan diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis pada
langkah selanjutnya, dan dari rumusan masalah dapat dihasilkan topik penelitian, atau bahkan judul penelitian. Pada umumnya, masalah dirumuskan
dengan mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut.
1)
Biasasanya
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
2)
Rumusan
masalah harus jelas dan padat
3)
Harus
berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
4)
Harus
merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis
5)
Harus
menjadi dasar judul penelitian
2.5 Definisi Hipotesis
Menurut Trealese dalam
Jainal (2010) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu
keterangan semnatara dari suatu fakta yang dapat diamati. Good dan scates dalam Jainal (2010) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang
dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta
yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai
petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Kerlinger (1973) dalam Jainal (2010) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari
hubungan antara dua atau lebih variabel
Hipotesis didefinisikan sebagai alternatif dugaan jawaban
yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya
(Suharsimi Arikunto, 1995:71) dalam Zuriah, (2006:162). Sementara itu, menurut
Hasan Iqbal (2004:31) Pengertian hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang
bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih
lemah sehingga harus diuji secara empiris. Hal ini sejalan dengan istilah dari
hipotesis itu sendiri yang berasal dari gabungan kata hipo yang berarti di bawah dan tesis
yang artinya kebenaran. Jadi, hipotesis berarti di bawah kebenaran. Artinya, kebenaran yang masih berada di bawah
(belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang
telah disertai dengan bukti-bukti.
Hipotesis biasanya
menunjuk pada hubungan antara dua variabel. Untuk penelitian dua atau lebih variabel, hipotesis merupakan dugaan tentang kebenaran
mengenai hubungan dua variabel atau lebih. Hubungan antar variabel dapat
dibedakan menjadi tiga:
1)
Hubungan
yang sifatnya sejajar tidak timbal balik (simetris) Contoh: Hubungan antara kemampuan
matematika dengan IPA
2)
Hubungan
yang sifatnya sejajar timbal balik (timbal balik/reciprocal) Contoh: Hubungan antara tingkat
kekayaan dan kelancaran usaha
3)
Hubungan
yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik (asimetris) Contoh: Hubungan antara makan dengan
kekenyangan.
Sehubungan dengan ketiga
jenis hubungan tersebut, maka terdapat juga tiga jenis hipotesis untuk dua
variabel, yakni:
1)
Hipotesis
tentang hubungan dua variabel sejajar
2)
Sebab-akibat timbal balik atau saling pengaruh
3)
Sebab akibat tidak timbal balik atau hipotesis pengaruh.
2.6 Bentuk-Bentuk Rumusan Hipotesis
Bentuk rumusan
hipotesis ini bergantung dari criteria-kriteria yang menyertai hipotesis
tersebut. Berdasarkan tingkat eksplanasi
hipotesis yang akan diuji atau bentuk jenis masalahnya maka rumusan hipotesis
dapat pula dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut.
a. Hipotesis
Deskriptif
Hipotesis
deskriptif adalah hipotesis mengenai nilai suatu variabel mandiri, tidak dalam
bentuk perbandingan atau hubungan.
Contoh:
Jika
rumusan masalah berbentuk seperti berikut ini.
1) Berapa
lama daya tahan TV merek “P”.
2) Berapa
rata-rata penjualan cabang PT “X” di kota J.
3) Seberapa
baik gaya kepemimpinan di PT “R”.
Rumusan hiopotesis deskriptifnya adalah sebagai berikut.
1) Daya tahan
TV merek “P” = 11.500 jam.
2) Rata-rata
penjualan cabang PT “X” di kota J adalah 100 buah/hari.
3) Gaya
kepemimpinan di PT “R” mencapai 80% dari yang diharapkan.
b. Hipotesis
Komparatif
Hipotesis
komparatif adalah hipotesis mengenai nilai perbandingan antara satu variabel
dengan variabel yang lainnya.
Contoh:
1) Bagaimana
daya tahan TV merek “P” bila dibandingkan dengan daya TV merek “Q”.
2) Bagaimana
rata-rata penjualan cabang PT “X” di kota J dibandingkan dengan rata-rata
penjualan cabang PT “X” di kota B.
3) Bagaimana
gaya kepemimpinan di PT “R” dibandingkan dengan gaya kepemimpinan di PT “L”.
Rumusan hipotesis komparatifnya adalah sebagai berikut.
1) Daya tahan
TV merek “P” > daya tahan TV merek “Q”.
2) Rata-rata
penjualan cabang PT “X” di kota J < rata-rata penjualan cabang PT “X” di
kota B.
3) Gaya
kepemimpinan di PT “R” ≠ gaya kepemimpinan di PT “L”.
c. Hipotesis
Asosiatif
Hipotesis
asosiatif adalah hipotesis mengenai nilai hubungan antara satu atau lebih
variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya.
Contoh:
Jika rumusan
masalah berbentuk seperti berikut ini.
1) Bagaimana
bentuk hubungan antara stres dan kinerja karyawan PT “X”.
2) Bagaimana
bentuk hubungan antara inflasi dan harga saham PT “A’.
Rumusan hipotesis asosiatifnya adalah sebagai berikut.
1) Ada
hubungan positif antara stres dan kinerja karyawan PT “X”.
2) Ada
hubungan negatif antara inflasi dan harga saham PT “A”.
Berdasarkan atas uji statistiknya, rumusan hipotesis
dapat dibedakan atas dua jenis hipotesis, yaitu sebagai berikut.
a. Hipotesis
Nol atau Hipotesis Nihil
Hipotesis nol, disimbolkan H0
adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai surat pernyataan yang akan diuji.
Disebut hipotesis nol karena hipotesis ini tidak memiliki perbedaan atau
perbedaannya nol dengan hipotesis sebenarnya.
Hipotesis nol ini sering juga disebut sebagai
hipotesis statistik karena dipakai dalam penelitian yang bersifat statistis,
yaitu diuji dengan perhitungan statistik.
Hipotesis nol ini dapat dinyatakan dengan
tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak ada pengaruh variabel X
terhadap variabel Y.
Contoh rumusan hipotesis nol.
1) Tidak ada
perbedaan antara … dengan …
Contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa semester
IV dan VI dalam disiplin kuliah.
2) Tidak ada
pengaruh … terhadap …
Contoh:
Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kemampuan
membaca berita.
Hipotesis nol (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan ketidak adanya hubungan antara variabel, adanya
persamaan atau tidak adanya perbedaan. Contoh:
a)
Tidak
ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
b)
Tidak
ada hubungan sebab akibat timbal balik antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha.
c)
Tidak
ada hubungan sebab akibat antara banyaknya makan dengan tingkat kekenyangan.
b. Hipotesis
Altenatif atau Hipotesis Kerja
Hipotesis alternatif, disimbolkan Ha
aatau H1 adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan/tandingan
hipotesis nol.
Hipotesis alternative ini menyatakan adanya
perbedaan antara dua variabel, atau ada pengaruh variabel X terhadap variabel
Y.
Contoh rumusan hipotesis alternatif.
1) Ada
perbedaan antara … dan …
Contoh:
Ada perbedaan antara mahasiswa semester IV dan
semester VI dalam disiplin kuliah.
2) Ada
pengaruh … terhadap …
Contoh:
Ada pengaruh pelatihan terhadap kemampuan
membaca berita.
Hipotesis kerja (H1), yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel, tidak adanya
persamaan atau adanya perbedaan. Ada dua macam
hipotesis kerja:
a)
Directional hypotesis
b)
Non directional hypotesis
Contoh:
Directional:
Tingkat kekayaan
berpengaruh terhadap kelancaran berusaha. Kelancaran berusaha berpengaruh
terhadap tingkat kekayaan
Non directional:
Ada pengaruh tingkat
kekayaan terhadap kelancaran berusaha
Ada pengaruh keberhasilan
berusaha terhadap tingkat kekayaan.
Directional:
Banyaknya makan
berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makan
mempengaruhi tingkat kekenyangan.
Non directional:
Ada pengaruh banyaknya
makan terhadap tingkat kekenyangan.
Ditinjau
dari lingkupnya, dapat dibedakan menjadi dua hipotesis:
1)
Hipotesis
mayor yaitu: hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian.
Contoh:
Banyaknya makan
berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
2)
Hipotesis
minor, adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel atau dengan kata lain
pecahan dari hipotesis mayor.
Contoh:
Banyaknya makan nasi
berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makan kue
berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makan
buah-buahan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makanan ekstra
berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
2.7 Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik
Hasan Iqbal (2004:31) menyatakan bahwa suatu
hipotesis dikatakan baik apabila memenuhi beberapa kriteria seperti berikut.
a.
Hipotesis
harus menyatakan hubungan
Ini berarti bahwa hipotesis
merupakan pernyataan dugaan tentang hubungan antarvariabel. Hipotesis
mengandung dua atau lebih variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial
dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut
berhubungan.
b.
Hipotesis
harus sesuai dengan fakta
Ini berarti bahwa hipotesis harus
terang, konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti dan
tidak mengandung hal-hal yang bersifat metasifis.
c.
Hipotesis
harus sesuai dengan ilmu, tumbuh dengan ilmu pengetahuan.
Ini berarti bahwa hipotesis harus
ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang
sedang dilakukan.
d.
Hipotesis
harus dapat diuji
Ini berarti hipotesis, baik secara
nalar kekuatan dapat memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat
statistik dapat diuji.
e.
Hipotesis
harus sederhana
Ini berarti hipotesis harus
dinyatakan dalam bentuk spesifik/khas untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman pengertian.
f.
Hipotesis
harus dapat menerangkan fakta
Ini berarti bahwa hipotesis harus
dinyatakan dalam bentuk yang menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan
dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai.
Pendapat lain mengatakan bahwa sebuah hipotesis penelitian
dikatakan baik apabila memiliki cirri-ciri:
a.
Jelas
secara konseptual,
b.
Mempunyai
rujukan empiris,
c.
Bersifat
spesifik,
d.
Dapat
digunakan dengan teknik penelitian yang ada , dan
e.
Berkaitan
dengan teori.
2.8 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis
adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan
dalam menerima atau menolak hipotesis ini. Dalam pengujian ini, keputusan yang
dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar atau salah. Suatu Hipotesis harus diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa
yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi
atau lapangan empiris yang memberi data yang diperlukan.
Dalam menguji hipotesis
ini ada beberapa langkah yang harus dilalui, dikenal dengan prosedur pengujian
hipotesis, yaitu sebagai berikut.
a.
Menentukan
Formulasi Hipotesisnya
·
Hipotesis
nol (H0)
·
Hipotesis
alternatif (H1)
b.
Menentukan
Taraf Nyata dan Nilai Tabel
Taraf nyata adalah batas toleransi
dalam menerima kesalahan dari hasil hipotesis terhadap nilai parameter
populasinya. Taraf nyata dilambangkan dengan α. Besaran yang sering digunakan
untuk menentukan taraf nyata (dinyatakan dalam %) adalah 1%, 5%, dan 10%.
c.
Menentukan
Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian adalah bentuk
pembuatan keputusan dalam hal menerima atau menolak hipotesis nol dengan cara membandingkan
nilai kritis (nilai α tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya.
·
Hipotesis
nol (H0) diterima jika nilai uji statistiknya berada di luar nilai
kritisnya.
·
Hipotesis
nol (H0) ditolak jika nilai uji statistiknya berada berada dalam nilai-nilai
kritisnya.
d.
Melakukan
Uji Statistik
Uji statistik ini merupakan
rumus-rumus dari distribusi (berhubungan dengan distribusi) tertentu, seperti
uji t, (distribusi t), uji Z (distribusi Z), uji χ2 (distribusi kai
kuadrat), dan sebagainya.
e.
Membuat
Kesimpulan
Pembuatan kesimpulan ini merupakan
penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol sesuai
dengan kriteria pengujian.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
3.2
Saran
Komentar
Posting Komentar