makalah metodologi masalah dan penelitian


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Era globalisasi abad milenium membawa dampak bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang ada untuk mampu menghadapi arus globalisasi. Oleh karena itu, Indonesia sedang mempersiapkan diri dalam menjawab tantangan globalisasi dengan membangun basis pendidikan, sebab dengan baiknya basis pendidikan dapat diharapkan mempunyai daya saing yang tinggi dan memperkuat jati diri serta kepribadian bangsa.
Bangsa Indonesia  menyadari bahwa pendidikan sangat diperlukan untuk mengasilkan manusia-manusia yang terampil, produktif, inisiatif, dan kreatif, karena nilai-nilai dasar yang dimiliki oleh setiap manusia seperti keimanan dan ketaqwaan, akhlak, disiplin, dan etos kerja, serta nilai-nilai instrumen seperti penguasaan IPTEK dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian bangsa dapat tumbuh dan berkembang hanya melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling utama untuk menghasilkan manusia yang dapat mengembangkan kemampuannya dan membina kehidupan di dalam masyarakat. Hal ini digariskan dalam GBHN Tahun 2003 yakni :
“Pendidikan nasional yang berakar pada kebudanyaan bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan hidup bangsa dan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan manusia serta masyarakan Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berbudi luhur, memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan, kekuatan jasmani dan rohani, serta kepribadian yang mantap dan mandiri”.
Sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut diharapkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berwawasan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta keimanan dan ketaqwaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di atas maka pendidikan dilaksanakan seumur hidup yang dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, yaitu keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu diadakan berbagai upaya. Salah satunya mengevaluasi proses belajar mengajar serta melakukan penelitian tentang aspek aspek yang mempengaruhi peningkatan standar pendidikan. Berdasarkan uraian diatas maka pada makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai masalah dan hipotesis penelitian.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
1)      Bagaimana pengertian masalah penelitian?
2)      Bagaimana ciri masalah yang baik?
3)      Apa sumber untuk memperoleh masalah?
4)      Bagaimana cara merumuskan masalah?
5)      Bagaimana definisi dari hipotesis?
6)      Bagaimana bentuk-bentuk rumusan hipotesis?
7)      Bagaimana pengujian hipotesis?

1.3  Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1)      Untuk mengetahui pengertian masalah penelitian.
2)      Untuk mengetahui ciri masalah yang baik.
3)      Untuk mengetahui sumber untuk memperoleh masalah.
4)      Untuk mengetahui cara merumuskan masalah.
5)      Untuk mengetahui definisi dari hipotesis.
6)      Untuk mengetahui bentuk-bentuk rumusan hipotesis.
7)      Untuk mengetahui pengujian hipotesis.


8)      Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1)      Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini, dapat digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari dan memahami tentang masalah dan hipotesis penelitian.
2)      Bagi pembaca
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih bagi pembaca tentang masalah dan hipotesis penelitian.
3)      Bagi guru



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Masalah Penelitian
Margono S. (2009:54) mengungkapkan bahwa masalah ialah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada (das sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein). Misalnya, kesenjangan antara luapan jumlah lulusan SMTA (das sein) dengan harapan akan kemampuan perguruan tinggi menampung lulusan itu (das sollen).
Setiap proses meneliti harus memiliki masalah penelitian untuk dipecahkan. Perumusan masalah penelitian merupakan langkah kerja yang tidak mudah, termasuk para peneliti yang sudah berpengalaman sekalipun. Padahal, apabila dicermati, masalah itu selalu ada dilingkungan sekeliling kita.
Pemecahan yang dirumuskan dalam penelitian, sangat berguna untuk membersihkan kebingungan kita terhadap berbagai hal atau fenomena, untuk memisahkan kemenduaan, untuk mengatasi rintangan ataupun untuk menutupi celah antar kegiatan atau fenomena. Oleh karena itu, peneliti harus dapat memilih suatu masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut. Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah awal yang pentingsekaligus sebagai pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Berdasarkan pengalaman, masalah timbul karena adanya berbagai hal, antara lain:
1)      Tantangan
2)      Kesangsian atau kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena
3)      Kemenduaan arti
4)      Halangan dan rintangan
5)      Celah (gap) antar kegiatan atau antar fenomena
Menurut Nasir (1999:133-134) tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk:
1)     Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademik seseorang.
2)     Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru.
3)     Melatakkan dasar untuk memecahkan penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya.
4)     Memenuhi keinginan sosial
5)     Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.

2.2  Ciri Masalah Yang Baik
Dilihat dari segi isi (content) rumusan masalah, ataupun dari kondisi penunjang yang diperlukan dalam pemecahan masalah yang telah dipilih. Apabila dikalsifikasikan, setidaknya ada tiga ciri masalah yang baik, sebagai berikut:
1)      Masalah harus memiliki nilai penelitian, artinya:
a)      Mempunyai nilai keaslian
b)      Menyatakan suatu hubungan (setidaknya memiliki 2 variabel)
c)      Merupakan hal yang penting
d)     Dapat diuji
e)      Dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
2)      Masalah harus memiliki kelayakan (feasible), artinya:
a)      Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia
b)      Biaya, sesuai kemampuan
c)      Waktu
d)     Biaya dan hasil harus balance
e)      Administrasi dan sponsor harus kuat
f)       Tidak bertentangan dengan hukum & adat.
3)      Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
a)      Menarik bagi si peneliti
b)      Sesuai dengan kualifikasi

2.3  Sumber untuk Memperoleh Masalah
Jika dieksplorasi secara cermat, sebenarnya banyak sekali permasalahan yang berada di lingkungan sekitar kita. Namun persoalannya kemudian adalah keterbatasan kemampuan peneliti dalam mengidentifikasi berbagai persoalan yang harus dipecahkan. Terdapat beberapa sumber untuk memperoleh dan menemukan masalah:
1)      Pengamatan terhadap kegiatan manusia
2)      Pengamatan terhadap alam sekitar
3)      Bacaan/referensi
4)      Analisis bidang pengetahuan
5)      Replikasi hasil penelitian
6)      Diskusi-diskusi ilmiah
7)      Catatan dan pengalaman pribadi

Untuk meningkatkan kemampuan melihat suatu masalah yang perlu diteliti, ia harus giat mencari masalah dari sumber-sumbernya:
Adapun yang menjadi sumber utama permasalahan ialah:
  1. Bacaan
  2. Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah
  3. Pernyataan dari orang yang memiliki otoritas
  4. Pengamatan sekilas
  5. Pengalaman pribadi
  6. Perasaan dan ilham
1)      Bacaan
Seseorang peneliti harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal penelitian atau laporan penelitian. Pada umumnya penelitian ilmiah jarang menjawab permasalahan dengan tuntas. Bahkan suatu penelitian itu memeberi rekomendasi tertentu untuk diteliti lebeh lanjut.
2)      Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah
Peserta-peserta seminar, dikusi dan pertemuan ilmiah membawa makalah-makalah yang memecahkan permasalahan menurut bidangnya masing-masing. Mungkin saja masalah itu perlu diteliti pula dari segi ilmu yang lain.
3)      Pernyataan dari orang yang memiliki otoritas
Sering dalam ceramah atau pernyataan seorang pejabat tinggi, misalnya seorang menteri bahwa ada suatu masalah yang harus dipecahkan. Demikian pula pernyataan ahli-ahli tertentu yang disiarkan melalui media massa mengenai suatu permasalahan. Sehingga seorang peneliti tergugah untuk menelitinya. Umpamanya seorang administrator pendidikan di Sumatra Utara mengatakan, bahwa kemunduran mutu pendidikan di Sumatera Utara disebabkan mundurnya dedikasi guru-guru di SD hingga SLTA. Seorang peneliti tergugah untuk menguji kebenaran pernyataan itu.
4)      Pengamatan sekilas
Mungkin seorang ahli ketika melakukan perjalanan dinas melihat suatu gejala yang tidak sehat yang perlu dipecahkan. Untuk pemecahannya harus diadakan penelitian terlebih dahulu. Umpamanya seorang ahli dari staf BP3K, melihat dalam peninjauan ke daerah, terdapat banyak anak-anak dari usia sekolah tidak bersekolah walaupun SD Inpres sudah ada di tempat itu.
5)      Pengalaman pribadi
Dari pengalaman pribadi seorang yang berminat dalam penelitian mungkin muncul suatu pertanyaan yang mendorong ia mendorong ia melakukan penelitian. Umpamanya, seorang dosen telah mengajar selama beberapa tahun memperhatikan bahwa mahasiswa dari sekolah-sekolah kejuruan lanjutan atas yang telah bekerja sedikitnya dua tahun semua berhasil mengikuti kuliahnya dengan baik.
6)      Perasaan dan ilham
Dalam benak seorang peneliti yang sudah berpengalaman, mungkin tiba-tiba muncul suatu pertanyaan yang mendorong melakukan penelitian. Mungkin saja pertanyaan itu tiba-tiba ia rasakan ketika ia sedang santai-santai dengan anggota keluarganya. Umpamanya, seorang peneliti ketika santai berbincang bincang dengan putra-putranya yang remaja memperhatikan rambut gondrong mereka. Tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
Setelah suatu masalah diputuskan untuk diteliti pemecahannya, maka peneliti mencari teori-teori, konsep-konsep dari segala macam sumber yang mungkin ada kaitannya dengan permasalahan. Maka kegiatan peneliti harus banyak membaca, baik dari sumber acuan umum yaitu dari buku-buku teks di perpustakaan, maupun dari sumber acuan khusus yaitu dari jurnal-jurnal penelitian, makalah-makalah, seminar dan lain-lain. Dalam memilih sumber-sumber acuan itu, perlu diperhatikan keterkaitannya dan pandangan terbaru.

2.4  Cara Merumuskan Masalah
Sesudah masalah dipilih dan diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis pada langkah selanjutnya, dan dari rumusan masalah dapat dihasilkan topik penelitian, atau bahkan judul penelitian. Pada umumnya, masalah dirumuskan dengan mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut.
1)      Biasasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
2)      Rumusan masalah harus jelas dan padat
3)      Harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
4)      Harus merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis
5)      Harus menjadi dasar judul penelitian

2.5  Definisi Hipotesis
Menurut Trealese dalam Jainal (2010) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu fakta yang dapat diamati. Good dan scates dalam Jainal (2010) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Kerlinger (1973) dalam Jainal (2010) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel
Hipotesis didefinisikan sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 1995:71) dalam Zuriah, (2006:162). Sementara itu, menurut Hasan Iqbal (2004:31) Pengertian hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris. Hal ini sejalan dengan istilah dari hipotesis itu sendiri yang berasal dari gabungan kata hipo yang berarti di bawah  dan tesis yang artinya kebenaran. Jadi, hipotesis berarti di bawah kebenaran. Artinya, kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti.
Hipotesis biasanya menunjuk pada hubungan antara dua variabel. Untuk penelitian dua atau lebih variabel, hipotesis merupakan dugaan tentang kebenaran mengenai hubungan dua variabel atau lebih. Hubungan antar variabel dapat dibedakan menjadi tiga:
1)      Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik (simetris) Contoh: Hubungan antara kemampuan matematika dengan IPA
2)      Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik (timbal balik/reciprocal) Contoh: Hubungan antara tingkat kekayaan dan kelancaran usaha
3)      Hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik (asimetris) Contoh: Hubungan antara makan dengan kekenyangan.
Sehubungan dengan ketiga jenis hubungan tersebut, maka terdapat juga tiga jenis hipotesis untuk dua variabel, yakni:
1)      Hipotesis tentang hubungan dua variabel sejajar
2)      Sebab-akibat timbal balik atau saling pengaruh
3)      Sebab akibat tidak timbal balik atau hipotesis pengaruh.

2.6  Bentuk-Bentuk Rumusan Hipotesis
Bentuk rumusan hipotesis ini bergantung dari criteria-kriteria yang menyertai hipotesis tersebut. Berdasarkan tingkat  eksplanasi hipotesis yang akan diuji atau bentuk jenis masalahnya maka rumusan hipotesis dapat pula dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut.
a.       Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah hipotesis mengenai nilai suatu variabel mandiri, tidak dalam bentuk perbandingan atau hubungan.
Contoh:
Jika rumusan masalah berbentuk seperti berikut ini.
1)      Berapa lama daya tahan TV merek “P”.
2)      Berapa rata-rata penjualan cabang PT “X” di kota J.
3)      Seberapa baik gaya kepemimpinan di PT “R”.
Rumusan hiopotesis deskriptifnya adalah sebagai berikut.
1)      Daya tahan TV merek “P” = 11.500 jam.
2)      Rata-rata penjualan cabang PT “X” di kota J adalah 100 buah/hari.
3)      Gaya kepemimpinan di PT “R” mencapai 80% dari yang diharapkan.
b.      Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah hipotesis mengenai nilai perbandingan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.
Contoh:
1)      Bagaimana daya tahan TV merek “P” bila dibandingkan dengan daya TV merek “Q”.
2)      Bagaimana rata-rata penjualan cabang PT “X” di kota J dibandingkan dengan rata-rata penjualan cabang PT “X” di kota B.
3)      Bagaimana gaya kepemimpinan di PT “R” dibandingkan dengan gaya kepemimpinan di PT “L”.
Rumusan hipotesis komparatifnya adalah sebagai berikut.
1)      Daya tahan TV merek “P” > daya tahan TV merek “Q”.
2)      Rata-rata penjualan cabang PT “X” di kota J < rata-rata penjualan cabang PT “X” di kota B.
3)      Gaya kepemimpinan di PT “R” ≠ gaya kepemimpinan di PT “L”.
c.       Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah hipotesis mengenai nilai hubungan antara satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya.
Contoh:
Jika rumusan masalah berbentuk seperti berikut ini.
1)      Bagaimana bentuk hubungan antara stres dan kinerja karyawan PT “X”.
2)      Bagaimana bentuk hubungan antara inflasi dan harga saham PT “A’.
Rumusan hipotesis asosiatifnya adalah sebagai berikut.
1)      Ada hubungan positif antara stres dan kinerja karyawan PT “X”.
2)      Ada hubungan negatif antara inflasi dan harga saham PT “A”.

Berdasarkan atas uji statistiknya, rumusan hipotesis dapat dibedakan atas dua jenis hipotesis, yaitu sebagai berikut.
a.       Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil
Hipotesis nol, disimbolkan H0 adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai surat pernyataan yang akan diuji. Disebut hipotesis nol karena hipotesis ini tidak memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis sebenarnya.
Hipotesis nol ini sering juga disebut sebagai hipotesis statistik karena dipakai dalam penelitian yang bersifat statistis, yaitu diuji dengan perhitungan statistik.
Hipotesis nol ini dapat dinyatakan dengan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Contoh rumusan hipotesis nol.
1)      Tidak ada perbedaan antara … dengan …
Contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa semester IV dan VI dalam disiplin kuliah.
2)      Tidak ada pengaruh … terhadap …
Contoh:
Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kemampuan membaca berita.
Hipotesis nol (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan ketidak adanya hubungan antara variabel, adanya persamaan atau tidak adanya perbedaan. Contoh:
a)      Tidak ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
b)      Tidak ada hubungan sebab akibat timbal balik antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha.
c)      Tidak ada hubungan sebab akibat antara banyaknya makan dengan tingkat kekenyangan.

b.      Hipotesis Altenatif atau Hipotesis Kerja
Hipotesis alternatif, disimbolkan Ha aatau H1 adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan/tandingan hipotesis nol.
Hipotesis alternative ini menyatakan adanya perbedaan antara dua variabel, atau ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Contoh rumusan hipotesis alternatif.
1)      Ada perbedaan antara … dan …
Contoh:
Ada perbedaan antara mahasiswa semester IV dan semester VI dalam disiplin kuliah.
2)      Ada pengaruh … terhadap …
Contoh:
Ada pengaruh pelatihan terhadap kemampuan membaca berita.
Hipotesis kerja (H1), yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel, tidak adanya persamaan atau adanya perbedaan. Ada dua macam hipotesis kerja:
a)      Directional hypotesis
b)      Non directional hypotesis
Contoh:
Directional:
Tingkat kekayaan berpengaruh terhadap kelancaran berusaha. Kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat kekayaan
Non directional:
Ada pengaruh tingkat kekayaan terhadap kelancaran berusaha
Ada pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan.
Directional:
Banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makan mempengaruhi tingkat kekenyangan.
Non directional:
Ada pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan.

Ditinjau dari lingkupnya, dapat dibedakan menjadi dua hipotesis:
1)      Hipotesis mayor yaitu: hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian.
Contoh:
Banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
2)      Hipotesis minor, adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel atau dengan kata lain pecahan dari hipotesis mayor.
Contoh:
Banyaknya makan nasi berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makan kue berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makan buah-buahan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makanan ekstra berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.

2.7  Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik
Hasan Iqbal (2004:31) menyatakan bahwa suatu hipotesis dikatakan baik apabila memenuhi beberapa kriteria seperti berikut.
a.       Hipotesis harus menyatakan hubungan
Ini berarti bahwa hipotesis merupakan pernyataan dugaan tentang hubungan antarvariabel. Hipotesis mengandung dua atau lebih variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan.
b.      Hipotesis harus sesuai dengan fakta
Ini berarti bahwa hipotesis harus terang, konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti dan tidak mengandung hal-hal yang bersifat metasifis.
c.       Hipotesis harus sesuai dengan ilmu, tumbuh dengan ilmu pengetahuan.
Ini berarti bahwa hipotesis harus ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan.
d.      Hipotesis harus dapat diuji
Ini berarti hipotesis, baik secara nalar kekuatan dapat memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistik dapat diuji.
e.       Hipotesis harus sederhana
Ini berarti hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk spesifik/khas untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman pengertian.
f.       Hipotesis harus dapat menerangkan fakta
Ini berarti bahwa hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai.
      Pendapat lain mengatakan bahwa sebuah hipotesis penelitian dikatakan baik apabila memiliki cirri-ciri:
a.       Jelas secara konseptual,
b.      Mempunyai rujukan empiris,
c.       Bersifat spesifik,
d.      Dapat digunakan dengan teknik penelitian yang ada , dan
e.       Berkaitan dengan teori.

2.8  Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini. Dalam pengujian ini, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar atau salah. Suatu Hipotesis harus diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi atau lapangan empiris yang memberi data yang diperlukan.
Dalam menguji hipotesis ini ada beberapa langkah yang harus dilalui, dikenal dengan prosedur pengujian hipotesis, yaitu sebagai berikut.
a.       Menentukan Formulasi Hipotesisnya
·         Hipotesis nol (H0)
·         Hipotesis alternatif (H1)
b.      Menentukan Taraf Nyata dan Nilai Tabel
Taraf nyata adalah batas toleransi dalam menerima kesalahan dari hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan dengan α. Besaran yang sering digunakan untuk menentukan taraf nyata (dinyatakan dalam %) adalah 1%, 5%, dan 10%.
c.       Menentukan Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam hal menerima atau menolak hipotesis nol dengan cara membandingkan nilai kritis (nilai α tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya.
·         Hipotesis nol (H0) diterima jika nilai uji statistiknya berada di luar nilai kritisnya.
·         Hipotesis nol (H0) ditolak jika nilai uji statistiknya berada berada dalam nilai-nilai kritisnya.
d.      Melakukan Uji Statistik
Uji statistik ini merupakan rumus-rumus dari distribusi (berhubungan dengan distribusi) tertentu, seperti uji t, (distribusi t), uji Z (distribusi Z), uji χ2 (distribusi kai kuadrat), dan sebagainya.
e.       Membuat Kesimpulan
Pembuatan kesimpulan ini merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol sesuai dengan kriteria pengujian.





BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan

3.2  Saran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model-Model Pembelajaran Pkn di SD

Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sosiologi: Individu dan Masyarakat