RESUME SENI RUPA
resume
Berbicara tentang seni rupa di Bali
tidak ada habisnya, Bali sangat kaya dengan ragam bentuk dan fungsi benda. Di
samping hal itu, istilah yang biasa digunakan dalam kegiatan-kegiatan tersebut
pun beragam dan menunjukkan kekayaan pikir dan rasa para penggubahnya. Para
pelaku kegiatan seni rupa tersebut, adalah seniman
tradisional Bali yang menerima pelatihan keterampilan secara
contohan, serta mendapatkan pengetahuan melalui pewarisan lisanan. Banyak
karya seni rupa yang dibuat oleh masyarakat Bali masa lalu yang telah hilang. Sebagian
besar benda-benda seni rupa tersebut adalah benda fungsional yang terkait
dengan teknologi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari.
Dalam laporan-laporan hasil
penelitian mahasiswa maupun dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa (JPSR)
FBS-Undiksha, yang membahas seni tradisional Bali, pewarisan contohan
dalam bentuk tindakan dan (juga) lisanan kerap tampak mengemuka dalam pembuatan
benda-benda seni rupa tesebut. Dalam proses pewarisan tersebut, tuntunan berupa
naskah atau rujukan tertulis tidak gampang ditemukan. Budaya pencatatan materi
ajaran dalam lontar yang pernah hidup subur dikembangkan oleh masyarakat masa
lalu, kini tidak berlanjut dalam bentuk pencatatan yang sejalan dengan zaman.
Sementara itu, penggubahan masih terus berlanjut. Karya-karya lama sebagian
ditinggalkan karena dianggap tidak sejalan dengan tuntutan kondisi zaman.
Karya-karya baru terus muncul semakin beragam, karena masyarakat seni rupa di
Bali tidak pernah berhenti menggubah karya untuk keperluan pariwisata. Di
samping hal itu, telah banyak pula bentuk-bentuk karya baru hasil percampuran
pengaruh akibat kepentingan pasar, yang menunjukkan bahwa karya-karya masa kini
akan menyebabkan semakin sulit dalam pengelompokan asal, bentuk, maupun
pelakunya.
Satu contoh penting tentang
kesadaran pendokumentasian adalah adanya Museum Subak di Kabupaten Tabanan,
Bali. Di dalam museum ini disimpan dokumentasi peralatan pertanian tradisional
masyarakat Bali. Ada tenggala, wuluku, cangkul, posong, dan peralatan pertanian
sejenis lainnya. Tetapi, sejalan dengan percepatan waktu, ketika pertanian telah
bersentuhan dengan teknologi mesin masa kini, tenggala tidak banyak digunakan
lagi dan diganti dengan traktor yang dianggap lebih efektif dalam pemanfaatan
waktu kerja.
Isi museum, tampaknya, tidak pernah
bertambah, hanya mengandalkan benda koleksi yang telah ada sejak masa awal
pembangunannya. Begitu pun ketertarikan masyarakat yang lahir kemudian terhadap
keberadaan benda-benda teknologi hasil olah pikir dan rasa para leluhur, telah
semakin menipis, karena perubahan kondisi teknologi maupun kondisi lingkungan.
Upaya pendokumentasian benda-benda
milik bangsa, prestasi anak bangsa, perlu segera dilakukan. Penyusunan
ensiklopedia yang merupakan bentuk inventarisasi dan sekaligus dokumentasi
kekayaan milik bangsa menjadi amat penting. Hal itu terkait dengan alasan bahwa
begitu banyak benda hasil gubahan masyarakat Bali yang telah hilang tanpa
dokumentasi. Di sebuah perguruan tinggi Australia telah terkumpul data visual
sebagian benda-benda tradisional milik masyarakat Bali. Ada upaya sejumlah
ilmuwan dari negara tetangga itu untuk membangun museum peralatan tradisional
Bali melalui pengumpulan lukisan-lukisan tradisional Bali yang bertema
kehidupan masyarakat Bali masa lalu yang di dalamnya digambarkan lingkungan
latar keberadaan peralatan-peralatan tradisional sesuai masanya.
SADDHU.
*nb: Bagi para pembaca yang ingin lebih tahu mengenai seni rupa,
silahkan mengakses http//:rupasenirupa.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar