Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery learning adalah salah satu model
pembelajaran yang dikembangkan dan diterapkan dalam pelaksaan pembelajaran
kurikulum 2013. Guru sebagai pelasana utama pembelajaran tentu berkewajiban
untuk memahami dan menerapkan model pembelajaran ini. Model pembelajaran
discovery learning menggamit beberapa langkah pembelajaran yaitu: persiapan,
pelaksanaan, dan penilaian. Sedangkan pada kegiatan inti yaitu pelaksanaan
pembelajaran model pembelajaran discovery learning menggamit pemberian
stimulasi/ rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data,
pengolahan data, verifikasi/pembuktian dan menarik kesimpulan /generalisasi.
Tahap pertama pembelajaran model discovery
learning adalah persiapan. Kegiatan persiapan ini menggamit kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: pertama, menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
harus dirumuskan terlebih dulu sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Kedua, melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya). Setiap
anak mempunyai keunikan tersendiri. Dalam hal ini guru harus memperlakukan
siswa secara klasikal dan secara individu. Ketiga adalah memilih materi
pelajaran. Materi pelajaran harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Keempat adalah
menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi). Kelima adalah mengembangkan bahan-bahan belajar
yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari
siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Keenam adalah mengatur
topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,
ikonik sampai ke simbolik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan tingkat
kesulitan materi. dan ketujuh adalah melakukan penilaian proses dan hasil belajar
siswa seusia dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
Tahap pertama pelaksanaan pembelajaran
pada model discovery learning adalah. stimulasi/pemberian rangsangan. Pada
tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan keingintahuan sehingga
merangsang siswa untuk ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang akan
dipelajari. Guru tidak memberi siswa generalisai agar siswa mempunyai keinginan
untuk mau menyelidiki sendiri baik individu maupoun kelompok. Disamping itu
guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan.
Tahap kedua pelaksanaan pembelajaran pada
model discovery learning adalah pernyataan/ identifikasi masalah. Pada kegiatan
ini siswa mempunyai tugas untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mucul
untuk dipecahkan. Selanjutnya siswa memilih satu atau lebih permasalahan yang
telah diidentifikasi untuk dibuat rumusan hipotesis jawaban sementara atas
pertanyaan masalah. Pada identifikasi ini para siswa telah dilatih membuat
hipotesis baik hipotesis nol maupun hipotesis satu. Pendekatan ilmiah sangat diterapkan
pada kegiatan ini sehingga siswa akan belajar mandiri sesuai dengan hipotesis
yang telah dirumuskan
Tahap ketiga pelaksanaan pembelajaran pada
model discovery learning adalah data pengumpulan data. Pada kegiatan ini siswa
melakukan eksplorasi dan mengumpulkan data-data yang dapat dijumpai. Setelah
informasi dapat dikumpulkan, siswa dapat membuktikan kebenaran pada hipotesis
yang telah dibuat. Guru memberi kesepatan kepada siswa untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Tahap keempat pelaksanaan pembelajaran
pada model discovery learning adalah pengolahan data. Pengolahan data merupakan
kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai
hasil bacaan, wawancara, observasi, dan lainnya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Guru melatih dan
membimbing siswa untuk berlatih menata data sehingga data yang diperoleh
merupakan data yang valid dan reliable.
Tahap kelima pelaksanaan pembelajaran pada
model discovery learning adalah verifikasi (pembuktian). Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari merupakan obyek yang
dipelajarai dan merupakan dokumen yang penting bagi siswa dalam menghubungkan
kehidupan nyata dengan teori yang dipelajarai dikelas.
Tahap keenam pelaksanaan pembelajaran pada
model discovery learning adalah menarik kesimpulan/generalisasi. Kegiatan
generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi. Setiap siswa/kelompok siswa akan menghasilkan
kesimpulan yang mungkin sama atau sebaliknya. Guru perlu melakukan konfirmasi
sehingga perbedaan pendapat dari kelas bisa disatukan dan pemahaman siswa bisa
dipadukan.
Sistem penilaian pada model pembelajaran
discovery learning dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika
bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran
discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan
sangat cocok
BalasHapus