RPP Bahasa Indonesia
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/1 (Satu)
Pertemuan ke : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar
Kompetensi : 1. Memahami penjelasan narasumber dan cerita
rakyat secara lisan.
Kompetensi
Dasar : 1.2 Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang
didengarnya.
Indikator : 1. Mampu menyebutkan nama-nama tokoh serta watak tokoh dalam cerita rakyat.
2. Mampu menyebutkan latar cerita rakyat.
3. Mampu meyebutkan pesan atau amanat pada isi cerita rakyat.
4. Mampu
menceritakan kembali isi cerita rakyat dengan kalimat runtut dan
mudah dipahami.
A. Tujuan Pembelajaran
· Siswa mampu menyebutkan nama-nama tokoh serta
watak tokoh dalam cerita rakyat setelah mendengarkan cerita rakyat yang
dibacakan oleh temannya.
· Siswa mampu menyebutkan latar cerita rakyat
setelah berdiskusi dengan temannya.
· Siswa mampu meyebutkan pesan atau amanat pada
isi cerita rakyat.
· Siswa mampu menceritakan kembali isi cerita
rakyat dengan kalimat yang runtut dan mudah dipahami setelah mendengarkan
cerita rakyat yang dibacakan oleh temannya.
B. Materi Ajar/Uraian Materi
Teks cerita rakyat
Judul cerita : Asal-Usul Danau Toba
Tokoh-tokoh dalam cerita :
Petani, Putri, dan Putra
Teks cerita terlampir.
C. Pendekatan, Metode Pembelajaran
Pendekatan :
Kontekstual
Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab,
dan menceritakan kembali.
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (± 10
menit)
·
Guru membalas salam siswa.
·
Guru melakukan absensi kehadiran siswa.
·
Guru memberikan apersepsi
Ø Apakah
anak-anak pernah dibacakan sebuah cerita rakyat oleh orang tua di rumah?
Ø Cerita
apa saja yang pernah dibacakan?
·
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti (± 50
menit)
1) Eksplorasi
·
Siswa mendengarkan cerita rakyat yang
dibacakan oleh salah satu temannya.
·
Siswa mengamati gambar yang
diperlihatkan oleh guru.
·
Siswa membentuk kelompok untuk kegiatan
berdiskusi.
·
Siswa berdiskusi tentang latar cerita
dan amanat rakyat tersebut.
2) Elaborasi
·
Siswa menuliskan nama-nama tokoh serta
wataknya di buku tulis masing-masing.
·
Siswa menuliskan hasil diskusinya pada
buku tulis masing-masing dan perwakilan setiap kelompok untuk menyampaikan
hasil diskusi di depan kelas.
·
Kelompok yang lain menanggapi hasil diskusi
yang disampaikan oleh temannya.
·
Siswa menceritakan kembali cerita yang
didengarkan tadi dengan kata-kata sendiri dan dengan kalimat yang runtut di
depan kelas secara individu.
·
Siswa yang lain menyimak cerita yang
disampaikan temannya.
3) Konfirmasi
·
Siswa yang belum memahami materi
diberikan kesempatan untuk bertanya.
·
Guru meluruskan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh siswa.
3. Kegiatan
Akhir (± 10 menit)
·
Guru melakukan refleksi.
·
Siswa dan guru menyimpulkan atau
merangkum materi yang telah dibahas.
·
Guru memberikan evaluasi.
·
Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.
E. Sumber Belajar atau Media
Sumber Belajar : Buku Bahasa Indonesia Membuatku
Cerdas untuk Kelas V SD, Penerbit : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan
Nasional.
Media :
Teks cerita dan gambar.
F. Penilaian
1. Penilaian Proses
2. Penilaian Hasil
1. Penilaian
Proses
No.
|
Nama Siswa
|
Aspek
yang dinilai
|
||||||||
Kognitif
|
Afektif
|
Psikomotor
|
||||||||
Paparan
cerita
|
Keseriusan
|
Keterampilan
|
||||||||
|
|
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
A = Amat baik (80 – 100)
B = Baik (60 – 79)
C = Cukup (40 – 59)
2. Penilaian Hasil
Soal:
1. Sebutkan
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita “Asal-Usul Danau Toba”!
2. Bagaimana
watak para tokoh dalam cerita tersebut?
3. Bagaimana
rupa ikan yang didapat oleh petani ketika memancing di sungai?
4. Mengapa
putri bersedia menjadi pendamping hidup Petani?
5. Apa yang
terjadi setelah Petani melanggar janjinya?
Jawaban:
1. Tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita “ Asal-Usul Danau Toba” adalah Petani, Putri, dan Putra.
2. Watak
para tokoh dalam cerita tersebut yaitu:
·
Putri berwatak baik, penyayang, dan
rajin.
·
Petani berwatak rajin, baik, dan sabar.
·
Putra berwatak malas, nakal, dan rakus.
3. Warna
sisik ikan sangat indah, sisik ikan berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua
matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan.
4. Putri
bersedia menjadi pendamping hidup Petani karena Putri merasa berhutang budi
pada Petani itu yang telah menyelamatkannya dari kutukan Dewata.
5. Yang
terjadi setelah Petani melanggar janjinya yaitu seketika anak dan istrinya
lenyap dan dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat
deras dan makin keras. Air tersebut merendam desa Petani dan sekitarnya. Air
meluas hingga membentuk sebuah danau yang dikenal dengan nama Danau Toba.
Pedoman
Penilaian
Nilai
Akhir (NA) = Jumlah skor perolehan siswa x 4
Keterangan
:
·
Jawaban benar : skor 5
·
Jawaban kurang tepat : skor 3
·
Jawaban salah : skor 1
·
Tidak membuat jawaban : skor nol
Mengetahui, Singaraja,
18 Nopember 2010
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
I Komang Koti,
S.Pd I
Nyoman Pasek, S.Pd
NIP
19571231 197910 1 137 NIP
19611011 198304 1 009
Lampiran Cerita
Asal-Usul Danau Toba
Di sebuah desa di
wilayah Sumatra, tinggal seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja
walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia dapat dapat mencukupi kebutuhannya
dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup
untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidupnya sendiri. Di suatu pagi hari
yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai.
“Mudah-mudahan, hari
ini, aku mendapat ikan yang besar” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa
saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera
menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan
cukup besar.
Ia takjub melihat warna
sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan.
Kedua matanya bulat menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku
jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku”. Petani tersebut terkejut
mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya
terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi
gadis yang cantik jelita.
“Bermimpikah aku?” gumam
petani.
“Jangan takut Pak. Aku
juga manusia sepertimu. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah
menyelamatkanku dari kutukan Dewata, ” kata gadis itu.
“Namaku Putri. Aku
bersedia menjadi pendamping hidupmu”, desak gadis itu. Petani itu pun
mengangguk. Oleh karena itu, jadilah mereka pasangan suami istri. Namun, ada
suatu janji yang disepakati. Mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal usul
Putri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar, akan terjadi malapetaka dasyat.
Setelah sampai di desa
petani, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani
tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka.
Petani merasa sangat
bahagia dan tentram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari
nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena
ketekunan dan keuletannya petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya.
Banyak orang merasa iri dengan menyebarkan sangkaan buruk yang dapat
menjatuhkan keberhasilan usaha petani.”Aku tahu petani itu pasti memelihara
makhluk halus!” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga
Petani dan Putri itu. Namun, mereka tidak merasa tersinggung, bahkan makin
rajin bekerja.
Setahun kemudian,
kebahagiaan petani dan istri bertambah karena istri petani melahirkan seorang
bayi laki-laki. Ia bernama Putra. Kebahagiaan mereka tidak membuatnya lupa
diri. Putra tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi manis,
tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang
tuanya yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat
dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putra
selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia
selalu menolak. Istri petani selalu mengingatkan petani agar bersabar atas ulah
anak mereka. “ Aku akan bersabar. Dia tetap anak kita!” kata petani kepada
istrinya.
“Syukurlah Kanda
berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan seorang ayah yang baik,”
puji Putri kepada suaminya.
Memang kata orang,
kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh petani. Pada suatu hari, Putra
mendapat tugas mengantar makanan dan minuman ke sawah. Akan tetapi, Putra tidak
memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya sambil menahan haus dan
lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Dilihatnya Putra sedang bermain bola.
Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. ”Anak tidak tahu diuntung!
Tidak tahu diri! Dasar anak ikan!” umpat Petani. Tanpa sadar, ia telah
mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani
mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya lenyap
tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air
yang sangat deras dan makin deras. Air merendam desa Petani dan desa
sekitarnya. Air meluas hingga membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya di
kenal dengan nama danau Toba, sedangkan pulau kecil di tengahnya di kenal
dengan Pulau Samosir.
Sumber: www. e-SmartSchool, diakses pada 24 Februari
2008,
dengan perubahan
Komentar
Posting Komentar