PROSES DAN TEORI BELAJAR
PROSES DAN TEORI BELAJAR
A.
Hakikat Belajar
1.
Kematangan dan Belajar
Peristiwa membelajarkan berhadapan dengan dua aspek dari anak
didik, yaitu aspek kematangan (maturation) dan aspek belajar (learning).
Kematangan anak didik adalah hasil proses perkembangan dari sifat-sifat
perorangan anak didik yang berbeda-beda dan telah terbentuk sejak sebelum
lahir. Peristiwa belajar yang oleh banyak ahli dianggap sebagai lawan dari
kematangan adalah aspek penting yang perlu dipahami untuk kepentingan
membelajarkan. Belajar ialah proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam
diri individu yang tidak ditentukan oleh unsur keturunan, tetapi lebih banyak
ditentukan oleh faktor-faktor dari luar (eksternal). Perubahan itu mungkin
terjadi dalam pandangan hidup, prilaku, ketrampilan, persepsi, motivasi maupun
gabungan dari unsur-unsur ini.
Membelajarkan
adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru atau oleh suatu tim dalam
rangka pencapaian setinggi-tingginya tingkat kematangan dan tujuan belajar anak
didik. Prosedur pengajaran harus dirancang secara sistematik agar secara
terarah berbagi hasil belajar dapat dicapai. Dua hal yang penting dalam belajar
adalah : apa yang dipelajari dan bagaimana kondisi belajar. Hasil pengajaran
dapat digolongkan menjadi 5 tipe yaitu : ketrampilan intelektual, informasi
verbal, strategi kognitif, ketrampilan motoris dan sikap.
Peran guru
dalam membelajarkan atau dalam kegiatan pengajaran itu dalah merencana dan
mengontrol peristiwa-peristiwa luar.
Membelajarkan
dapat diartikan sebagai menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Dimana
kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal peserta didik.
Ada tiga aspek
yang pendidikan yang perlu diketahui oleh guru dalam tugasnya sebagai pengajar,
yaitu memahami “yang belajar”, “proses belajar”, dan “situasi belajar”.
2.
Apa yang Dimaksud dengan Belajar?
Proses belajar adalah proses perubahan tingkah laku
individu. Perubahan ini mungkin terjadi
dalam pengetahuan, ketrampilan, sikap, kepribadian, pandangan hidup, persepsi,
norma-norma, motivasi atau gabungan dari unsur-unsur itu. Yang dimaksud dengan
situasi belajar adalah semua faktor atau kondisi yang mungkin mempengaruhi
hasil dan proses terjadinya belajar. Keseluruhan kegiatan belajar itu merupakan
rangkaian mata rantai yang saling sambung menyambung dan saling melengkapi satu
sama lain.
Salah satu
teori yang dikemukakan oleh Gagne , rantai belajar itu paling tidak terdiri
dari delapan fase perubahan, dengan urutan : (1) fase perubahan dalam motivasi;
(2) fase perubahan dalam pemahaman; (3) fase perubahan pada penerimaan; (4)
fase penyimpanan dan mengingat kembali ; (5) fase penyimpulan atau
generalisasi; (6) fase penampilan; (7) fase perolehan penguatan karena adanya
umpan balik.
3.
Beberapa Ciri Belajar
Orang awam sering mengira kegiatan belajar harus diartikan
sebagai kegiatan yang berlangsung dalam hubungan dengan persekolahan. Para ahli
mengartikan belajar dalam arti luas, meliputi keseluruhan proses perubahan
individu, baik perubahan prilaku nyata (fisik), maupun perubahan berupa
kematangan psikologis dan mental. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar itu
merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru sebagai hasil respon individu
terhadap lingkungannya.
Beberapa ciri
yang membedakan belajar dari kematangan, pertumbuhan atau insting adalah :
a.
Belajar menyebabkan perubahan
pada aspek-aspek kepribadian
b.
Belajar adalah perbuatan sadar,
karena itu belajar selalu mempunyai tujuan
c.
Belajar hanya terjadi melalui
pengalaman yang bersifat individual
d.
Belajar menghasilkan perubahan
yang menyeluruh melibatkan keseluruhan tingkah laku yang
mengintegrasikan semua aspek
e.
Belajar adalah proses interaksi,
bukan sekedar proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktip dari
individu yang belajar.
4.
Unsur-Unsur Apa yang Terlibat dalam Belajar ?
Perilaku belajar adalah perilaku yang cukup kompleks karena
banyak unsur yang terlibat di dalamnya. Beberapa unsur diantaranya:
Tujuan yang
ingin dicapai.
a.
Pola respons dan kemampuan yang
dimiliki atau kesiapannya.
b.
Situasi belajar.
c.
Penafsiran situasi sebelum berbuat.
d.
Reaksi atau respon.
e.
Reaksi terhadap kegagalan.
1.
Prinsip-Prinsip dalam Belajar
Proses belajar adalah kegiatan yang kompleks yang berlangsung
menurut aturan atau system tertentu. Aturan dan system tersebut disebut
prinsip-prinsip belajar atau hukum-hukum belajar.
Di dalam dunia
teori belajar, para ahli mengemukakan tujuh hokum tentang belajar. Ketujuh
hokum tersebut adalah:
a.
Prinsip efek kepuasan
Berdasarkan prinsip atau hukum ini, hasil belajar akan diperkuat
apabila menghasilkan rasa senang atau puas. Dan sebaliknya hasil belajar akan
diperlemah apabila menghasilkan perasaan tidak senang.
b.
Prinsip Pengulangan
Prinsip ini mengandung arti bahwa hasil belajar dapat lebih
sempurna apabila sering diulang, sering dilatih. Hubungan antara rangsangan (stimulus)
dengan reaksi (respons) akan diperkuat apabila sering diadakan pengulangan.
c.
Prinsip Kesiapan
Kesiapan tersebut berkenaan dengan kematangan fisik, dan
kesiapan psikologis. Berdasarkan prinsip ini, dari segi kesiapan fisik belajar
akan efektif apabila individu telah mampu mengkoordinasikan anggota tubuhnya
untuk melakukan berbagai kegiatan.
d.
Prinsip Kesan Pertama
Ini berarti bahwa proses belajar pertama akan sulit digoyahkan.
Ini berarti bahwa proses belajar pertama yang keliru dan membentuk kebiasaan
buruk, akan tetap mewarnai belajar berikutnya, begitupun sebaliknya.
e.
Prinsip Makna yang Dalam
Hasil-hasil yang diharapkan tentu saja adalah yang bermakna
secara mendalam. Berdasarkan prinsip ini, belajar akan memberi makna yang dalam
apabila diupayakan melalui kegiatan yang bersemangat.
f.
Prinsip Bahan Baru
Ini mengandung arti bahwa bahan yang baru dipelajari, akan lebih
mudah diingat, sedangkan bahan yang telah lama dipelajari akan terhalang oleh
bahan baru sehingga terbenam kea lam bawah sadar. Prinsip itu berkenaan dengan
konsep rintangan atau inhibisi dalam belajar.
g.
Prinsip Gabungan
Prinsip ini menunjukan perlunya pada keterkaitan bahan yang
dipelajari dengan situasi belajar yang akan mempermudah berubahnya tingkah
laku. Ini berarti bahwa hasil belajar yang memberikan kepuasan dan latihan yang
erat kaitannya dengan kehidupan individu yang belajar akan meningkatkan hasil
belajar.
Disamping tujuh prinsip tersebut, ada
prinsip yan g berlaku pada proses belajar, yang disebut plateau dalam belajar.
Disebut plateau atau mendatar karena memang terjadi kemandegan dalam proses
belajar atau tidak terdapat kemajuan dalam pencapaian hasil belajar.
Plateau dapat terjadi karena berbagai
sebab, di antaranya :
a.
Kesulitan bahan yang dipelajari
meningkat, sehingga individu yang belajar tidak mampu menyelesaikannya.
Sekalipun individu yang belajar terus berusaha, akan tetapi tidak terjadi
peningkatan tingkah laku yang bersangkutan.
b.
Metode belajar yang digunakan
individu, tidak memadai sehingga upaya yang dilakukannya akan sia-sia belaka.
c.
Kejenuhan belajar yang disebabkan
oleh keletihan karena kurang mendapatkan kesempatan beristirahat.
Untuk mengatasi plateau belajar, hendaknya diketahui terlebih
dahulu penyebabnya. Apabila plateau belajar itu terjadi karena metode
belajarnya keliru, maka individu yang belajar diajak mendiskusikan cara-cara
baru yang lebih sesuai dengan bahan yang dipelajari. Apabila faktor kelelahan
yang menyebabkan terjadinya plateau, hendaknya yang belajar diberi kesempatan
untuk beristirahat terlebih dahulu.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Dalam usaha menyiapkan situasi belajar
dan pembelajaran yang efisien, perlu diketahui factor-faktor yang mempengaruhi
belajar dan pembelajaran. Semua factor yang mempengaruhi belajar dan
pembelajaran itu dapat digolongkan menjadi factor-faktor yang berasal dari diri
orang belajar itu sendiri maupun berasal dari luar orang yang bersangkutan.
Faktor yang termasuk dari dalam diri
individu:
a) Kematangan
untuk belajar
Ada kaitannya dengan pertumbuhan
biologis, misal; anak yang dalam masa pertumbuhan belum tiba untuk belajar
berjalan janganlah dipaksa untuk belajar berjalan karena pemaksaan uk belajar
sesuatu sebelum kematangannya akan menimbulkan efek yang tidak baik pada anak
itu sendiri
b) Kemampuan
atau keterampilan dasar untuk belajar
Faktor persyaratan bagi keberhasilan
proses belajar. Seseorang yang memiliki kemampuan belajar yang tinggi akan
lebih cepat berhasil dalam belajar selanjutnya apabila terlebih dahulu memiliki
bekal kemampuan yang dipersyaratkan cenderung akan lebih berhasil.
c) Dorongan
untuk berprestasi
Dorongan ini sudah ada sejak lahir,
tinggi rendahnya dorongan akan sangat tergantung pada pengalaman orang itu
sendiri dalam menggunakan dorongan itu.
Faktor dari luar diri manusia antara lain:
a) Suasana
di tempat belajar
Pada umumnya siswa akan senang belajar
ditempat yang rapih, bersih dan menyenangkan. Disamping suasana lingkungan
secara fisik, suasana lingkungan bersifat psikologis juga mempengaruhi yaitu
orang yang memberi pembelajaran.
b) Pelatihan
Pelatihan dalam psikologis berarti
pengulangan respons sewaktu terjadinya rangsanganatau stimulasi. Mengulangi
stimulasi dapat memperkuat hubungan itu, dan pada gilirannya dapat meningkatkan
mutu prilaku yang ditimbulkan oleh upaya pengulangan itu.
Penguatan (reinforcement)
c) Penguatan
terhadap respons yang diberikan siswa kepada suatu stimulasi pembelajaran
merupakan upaya efektif untuk mencapai keberhasilan belajar dan pembelajaran.
Penguatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan system ganjaran atau
penghargaan.
B.
Teori-teori Belajar
Teori belajar ialah pandangan yang
amat mendasar, sistematis dan menyeluruh tentang proses bagaimana manusia,
khususnya anak didik berhubungan dengan lingkungannya. Adapun pengelompokannya
terdiri dari kelompok teori tradisional dan kelompok teori modern.
a.
Teori
Tradisional
Terdapat delapan teori yang tergolong
teori tradisional:
a) Teori
Ganjaran dan Hukuman
Teori ini berpegang pada prinsip bahwa
tingkah laku orang akan berubah melalui proses pemberian ganjaran dan hukuman.
Adapun kelemahan teori ganjaran dan hukuman yaitu apabila guru tidak berada di
kelas ,berarti tidak akan terjadi proses belajar karena tidak ada orang yang
akan memberikan ganjaran atau hukuman
b) Teori
Penambahan Fakta
Tujuan
kegiatan belajar, ialah menambah isi gudang itu dengan fakta-fakta baru, ini
berarti; 1) Belajar dianggap sebagai proses penerimaan dan penyerapan fakta, 2)
Belajar berarti mengingat, 3)Belajar dipandang sebagai proses sekedar menerima
secara pasif.
c) Teori
Hasil Belajar Permanen
Teori
ini memandang bahwa materi tidak akan dilupakan, dan akan tetap ada dalam diri
orang yang belajar. Ini berarti hasil belajar bersifat permanendan tidak
berubah.Sifat permanen hasil belajar tergantung pula pada latihan dan
pengulangan dalam belajar.
d) Teori
Rangsangan dari Luar
Teori ini memandang bahwa perubahan
tingkah laku akan terjadi apabila ada rangsangan dari luar berupa buku atau
rangsangan lainnya. Didasarkan pada teori ini, pemberian tugas membaca atau
mendengar, akan menyebabkan perubahan tingkah laku terhadap orang yang
mendengarkan atau membaca.
e) Teori
Proses Tahanan
Menurut teori ini tingkah laku akan
berubah melalui tahapan-tahapan tetentu, Ini berarti bahwa bahan pelajaran
seyogianya disusun berdfasarkan kesulitannya dan disajikan mulai dari tahap
yang paling rendah ke tahap yang paling sukar.
f) Teori
Transfer Otomatis
Teori ini memandang bahwa hasil belajar
dalan satu bidang tertentu dapat di transfer untuk digunakan dalam lapangan
lain yang berbeda situasinya.Transfer itu dianggap otomatis. Ini berarti orang
yang mempelajari secara otomatis akan dapat menggunakan apa-apa yang sudah
dipelajari secara tepat, kapan saja, dimana saja, dan terhadap apa pun.
g) Teori
Kerja Keras
Teori ini memandang bahwa pendidikan
merupakan proses memperkuat mental. Tingkah laku dapan berubah melalui proses
latihan yang keras dan berat.
h) Teori
Kondisi Menyenangkan
Teori ini memandang bahwa tempat belajar
itu harus menyenangkan dan dapat memberikan kepuasan kepada yang belajar, hanya
proses belajarn yang menyenangkan yang dapat memberikan hasil yang besar.
b.
Teori
Modern
Berikut
ini akan dibahas tiga jenis teori belajar yang dapat dikelompokkan sebagai
teori-teori modern.
a.
Teori
asosiasi
Menurut
teori ini, segala pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Setiap pengalaman
kita berasosiasi atau berhubungan dengan hal-hal tertentu sebagai hasil
belajar. Misalnya, disaat kita melihat gambar rumah, kita akan ingat kepada
orang tua yang jauh di kampung halaman.
Dari contoh di
atas dapat dikemukakan bahwa antara stimulus dengan respons terjadi asosiasi
atau hubungan yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku. Asosiasi itu
terjadi melalui berbagai cara dan diantaranya karena kebetulan. Asosiasi itupun
dapat terjadi tanpa arah, dapat juga dengan sengaja dan terarah. Dalam upaya
menerangkan asosiasi yang terjadi dalam belajar yang terarah, Thomdike
memandang pentingnya peranan Law of effect
dalam belajar. Hal ini berarti bahwa kepuasan yang di peroleh (dalam belajar)
setelah melakukan sesuatu akan menyebabkan terjadinya asosiasi yang kuat antara
stimulus dan respons. Untuk membuktikan teorinya itu , Thomdike melakukan
eksperimen terhadap seekor kucing yang dikurung dalam “kandang teka-teki”
kadang teka teki tersebut mempunyai pengungkit yang dapat di gerakkan kucing
untuk membuka pintu kandang. Kalau kucing dapat mengangkat pengungkit sehingga
pintu kandang terbuka. Ia akan dapat melepaskan diri dari ruang terkurung itu.
Setelah keluar dari kandang, kucing itu memperoleh makanan.
Tahap pertama
,kucing itu berjalan keliling-keliling di dalam kandang, mengeong,
menyenggol-nyenggol pintu, mencakar dan sebagainya. Pada suatu saat, secara
kebetulan, pengungkit tertekan kakinya dan pintu langsung terbuka kucing dapat
bebas dan memperoleh makanan.
Setelah beberapa
kali kucing itu mengulang perbuatan tersebut, ternyata kucing sudah mampu
langsung membuka pintu, secepat
dimasukkan ke dalam kandang itu. Kucing sudah mampu mengidentifikasi lokasi
yang dapat memberikan kepuasan, yaitu keluar dari kandang dan memperoleh
makanan. Untuk itu ia harus menekan pengungkit agar pintu terbuka dan ia dapat
keluar kandang.
Dari gambaran
eksperimen tersebut dapat di simpulkan bahwa belajar terjadi karena melalui
coba-coba dan mengalami kegagalan yang dapat disarikan sebagai berikut:
1.
Belajar sangat tergantung pada banyaknya
ikatan stimulus respons yang telah terbentuk. Orang cerdas akan lebih banyak
memiliki kesempatan untuk menghasilkan banyak hubungan stimulus respons.
2.
Latihan dalam belajar akan efektif
apabila hubungan stimulus respons diikat dengan pemberian kepuasan. Sekiranya
tidak diikat dengan pemberian kepuasan, besar kemungkinan tidak akan terjadi
perubahan tingkah laku.
3.
Pemahaman tidaklah berperan penting
dalam belajar tipe asosiasi ini. Akan tetapi hasil belajar yang lalu dapat mempercepat proses belajar
selanjutnya
4.
Belajar pada dasarnya adalah memperoleh
respons yang spesifik yang di bentuk melalui pemberian ganjaran
5.
Proses belajar terjadi secara
mekanistik, yang menghubungkan stimulus dengan respons. Stimulus yang sama akan
memberikan respons yang sama pula.
b.
Teori
kognisi
Teori ini
berpandangan bahwa lingkungan semata tidak cukup kuat menumbuhkan bentuk
respons yang di harapkan. Para ahli teori ini berpendapat bahwa respons
individu tidak langsung pada stimulus, akan tetapi respons itu ditujukan kepada
stimulus yang mereka hayati. Ini berarti bahwa tidak semua stimulus di respons,
akan tetapi individu hanya merespon pada
bagian tertentu saja. Dari lingkungan, dan mengabaikan lainnya. Interpretasi
terhadap lingkungan, tidak semata-mata berdasarkan situasi yang ada, akan
tetapi di dasarkan tujuan yang ingin dicapainya, motif, pengalaman masa lalu
dan kemampuan orang yang belajar.
Untuk memahami
teori kognitif, akan di ungkapkan eksperimen yang dilakukan Kohler terhadap
seekor simpanse. Ia ingin membuktikan bahwa pemahaman berperan dalam proses terbentuknya
tingkah laku. Dalam eksperimennya, Kohler meletakkan beberapa peta kayu dalam
kandang simpanse, di letakkan pisang kesukaan simpanse, lalu simpanse itu
melihat pisang Lalu dia melompat-lompat ingin meraih pisang tersebut, akan
tetapi tetap tidak teraih. Dinaikinya satu peti, lalu di cobanya meraih pisang
akan tetapi tetap tidak teraih. Simpanse itu terus melompat-lompat, akan tetapi
tidak menghasilkan apa-apa. Tiba-tiba simpanse itu menumpukkan satu peti ke
atas peti lainnya, dan ia belum juga dapat meraih pisang itu, ia
meloncat-loncat lagi untuk mendapatkan pisang tersebut. Satu kali dia tumpukkan
peti berikutnya lalu ia naik. Ternyata ia mampu meraih pisang itu melalui
tumpukan peti yang dikerjakannya sendiri.
Sebagai
kesimpulan dapatlah di ungkapkan bahwa teori kognitif memandang bahwa
terbentuknya tingkah laku baru melalui proses restrukturisasi situasi yang di
hadapi yang dapat di terangkan sebagai berikut:
1. Bentuk
belajar tahap tinggi tergantung kepada kapasitas alamiah individu bersangkutan.
2. Menganalisis
respons menjadi beberapa potongan-potongan stimulus, tidaklah memadai untuk
menerangkan belajar secara utuh.
3. Organisme
merupakan pusat proses belajar, berarti bahwa proses belajar diawali oleh
penghayatan yang bersangkutan terhadap stimulus yang di hadapkan kepadanya.
4. Belajar
merupakan proses yang dimanis. Belajar terjadi melalui latihan yang terarah. ini
berarti bahwa hubungan stimulus respons , tidak berlaku untuk menerangkan
belajar berdasar teori ini.
5. penstrukturan
situasi menentukan belajar yang akan terjadi.Individu merespons satuan keutuhan
yang persepsinya, dan bukan merespon objek tertentu dari lingkungannya.
c.
Teori Mengkondisi
Sebagai ringkasan dapat
diungkapkan bahwa teori mengkondisi berpandangan sebagai berikut:
i.
Lingkungan sangat besar perannya
dalam membentuk tingkah laku baru.
ii.
Pengamatan membantu kita dalam
memahami jenis belajar yang mengkondisi.
iii.
Stimulus yang spesifik akan
menyebabkan individu merespon.
C. Pengalihan Belajar
1.
Hakikat Pengalihan Belajar
Gagasan dasar dari pengalihan belajar
ialah bahwa seseorang memperoleh keuntungan atau kerugian dalam suatu situasi belajar karena hasil
belajar yang diperoleh sebelumnya. Seorang pemikir Yunani ,Plato, berpendapat
bahwa kalbu manusia berisi kekuatan-kekuatan atau daya-daya , seperti berpikir
dan mengingat, yang dapat diperkuat melalui suatu upaya atau latihan sederhana
. Pandangan ini yakin bahwa pikiran dan ingatan dapat dilahirkan dengan materi
apa pun asal selalu melibatkan berpikir dan mengingat, Pandangan ini tidak
dapat dibuktikan dalam pendekatan eksperimental. Karna itu ahli-ahli psikologi
menolak pandangan disiplin mental formal ini. Akan tetapi tidak menolak adanya
pengalihan belajar, yang ditolak dalam hal ini ialah cara menjelaskan bagaimana
terjadi pengalihan dan apa sebenarnya
hakikat dari pengalihan. Jadi pengalihan belajar itu ternyata bukan hanya
proses penggunaan hasil belajar yang
tuntas tentang sesuatu yang khusus untuk mempelajari sesuatu yang baru.
2.
Kondisi
–kondisi yang Mempermudah pengalihan Belajar
Beberapa keadaan yang dapat memperlacar
atau mempermudah terjadinya pengalihan belajar dapat dilihat dari
peristiwa-peristiwa di sekolah.
Peristiwa –peristiwa dapat dirangkumkan dalam kondisi –kondisi berikut ini:
a. Kemampuan
Asli Pelajar
Sudah menjadi kenyataan bahwa
siswa-siswa yang cerdas atau berintelegensi tinggi lebih baik dan lebih cepat
berhasil dalam belajar , dibandingkan dengan siswa yang lemah kecerdasannya.
b. Keberartian
Bidang Pengajaran
Sejalan dengan dikemukakan di atas ,
seseorang akan lebih mudah belajar apabila bahan yang dipelajarinya itu
menyenangkan dirinya, artinya mempunyai arti khusus bagi dirinya.
c. Sikap
dan Usaha Pemelajaran
Dengan menunjukan kepada kondisi pertama
, ialah bahwa kecerdasan memperlancar pengalihan , perlu diperhatikan bahwa
kecerdasan yang tinggi itu tidak dengan
sendirinya menjamin keberhasilan belajar yang tinggi. Proses belajar sangat
dipengaruhi pula oleh unsur-unsur
rohaniah seperti : kesiapan belajar, cita-cita, tujuan, sikap, serta
usaha sukarela dari fihak siswa sendiri.
d. Cara
Mengajar
Keberhasilan belajar siswa di kelas
banyak tergantung pada kemampuan guru dalam menyampaikan bahan pengajaran
kepada siswanya. Cara mengajar yang menarik, bervariasi, tepat guna dan selaras
dengan kemampuan siswa menerima pelajaran sangat menunjukan pencapaian hasil
belajar yang baik.
3.
Usaha
untuk Menjelaskan Pengalihan Belajar
Pengalihan belajar itu merupakan sesuatu
dirasakan penting dalam proses belajar dan tampak sebagai peristiwa yang unik,
maka banyak yang ingin memberikan kejelasan tentang terjadinya pengalihan tersebut.
Beberapa di antara pandangan atau teori tentang
pengalihan belajar dibawah ini:
a) Teori Disiplin Mental Formal
Teori ini yakin bahwa kalbu manusia
terdiri atas berbagai daya yang dapat diperkuat dengan latihan,lebih dari itu
latihan yang diperlukan untuk memperkuat daya tidaklah perlu latihan kusus,
asalkan latihan tersebut langsung berhubungan dengan daya yang bersangkutan.
b) Teori
Komponen-komponen Identik
Teori ini berusaha menerangkan peristiwa
pengalihan belajar atas dasar pandangan bahwa dalam perbuatan belajar itu terdapat unsur yang terlibat. Komponen yang terlibat dalam
proses belajar itu tidak terbatas kepada bahan pengajaran, tetapi termasuk juga
hal-hal seperti metode belajar-mengajar, sikap, prosedur rohaniah, dan berbagai
kemampuan khusus yang dimiliki oleh siswa.
c) Teori
Generalisasi
Teori ini menekankan pentingnya
penguasaan siswa atas makna dan kaitan atau prinsip yang luas mendarasi
pengalaman seseorang. Oleh karna itu ,
dalam teori perkataan pengalihan itu sama artinya dengan generalisasi.
d) Teori-teori
lain yang senada dengan Teori Generalisasi
Ialah teori pengalihan melalui
keberartian bahan pengajar , teori pengalihan melalui cita-cita yang disadari
dan teori Gestalt.
Komentar
Posting Komentar